[caption caption="Gubuk Cinta"][/caption]Mengenang Waktu, di Gubuk Cinta
ini secangkir kopi, bisikmu pelan dan terkesan manis.
Sebuah kursi rotan, dan aku sedang menunggumu menyaksikan gumpalan senja yang segera tersedot purusan angin sore.
Bayi perempuan di gendonganmu, tangisnya baru reda bersama gerimis september yang baru tuntas melukisi pelangi di matamu. Di senyum manjamu yang menghakimiku dengan sejuta kenangan.
Sayang, mari membaca lembayung dan capung-capung yang memunguti aroma kering di rerumputan. Biar bocah perempuan di gendonganmu itu tak lagi cemberut oleh suara gerimis yang sedikit menjengkelkan.
Dekatlah kesini. Senja ini sungguh menggiurkan. Biar kita hirup lagi kenangan muda itu seolah kita pacaran lagi seperti dulu kita tulisi cinta di sembarang waktu di dinding-dinding malam.
Lihatlah, sobekan-sobekan kalender itu telah sukses kutukangi menjadi rumah. dan kau memungutinya sebagai pengganti popok bagi anak pertamamu yang jidatnya sangat mirip dengan neneknya.
Sebab bayi perempuan di gendonganmu itu, tangisnya telah memaksaku menggadaikan keringat ke sepenjuru musim.Â
Yang mengobarkan semangatku tetap kokoh. Menjagaimu, juga anak-anak yang kau lahirkan dari denyut cintamu.
Topi Tao, Parbaba September ’16
karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event Romansa September RTC,