[caption caption="Bolang"][/caption]Monumen Rindu
seonggok lelaki, tertancap mengerami deburan ombak yang nyaris menetaskan purnama di tenggara.
lelaki membaca purnama dan mulai menghitung satu per satu panah-panah sunyi yang meruncing ter-arit angin. Sebakar resah memuntung di jarinya. Dan kepul asapnya tak sanggup membohongi risaunya yang telah sebau kemenyan.
tak lagi seperti dulu, aroma rambut-lumut yang baunya sewangi melati itu telah menyisakan ledakan duri. Disini diingatannya.
sepuing lelaki terlentang sejajar-pasir. ingin menceburi langit yang menyakitkan. sebab sendirinya telah keterlaluan-sadis mengalahkan sunyinya para bangkai penghuni kubur.
setetes lelaki, teriakkan nama sampai berpetir, mengacak-acak pesisir si penyimpan sumpah yang pernah tumpah di tepi pulau: di genangan danau.
lelaki-retak. mengaduk-aduk puing air matanya sambil meringkuk di tebing waktu. Â Bersama jalanan berwarna rindu yang menjelma tembok hitam. Membungkam dermaga.
Pasir Putih – Parbaba 16
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H