Mohon tunggu...
Binoto Hutabalian
Binoto Hutabalian Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Penulis di www.sastragorga.org

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrasi & Komunikasi Politik yang Membabibuta?

4 November 2014   06:03 Diperbarui: 24 Agustus 2016   13:43 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Demokrasi"][/caption]

Demokrasi & Komunikasi Politik yang Membabibuta?

 

( : Negara Lemah )

 

Harus diakui bahwa perkembangan demokrasi di negara kita Republik Indonesia dewasa ini sudah memasuki sebuah pencapaian kemajuan yang cukup drastis. Hal tersebut sangat terasa berawal dari terpicunya sebuah pergerakan ide reformasi yakni ketika sebuah rezim yang bergelar Orde Baru telah berhasil dirobohkan hanya dengan sebentuk kesepakatan massa yang terkoodinir pada kesempatan itu.

Menyangkut hal kebebasan-kebebasan yang hampir dijamin pada segala bentuk hak manusia/masyarakat secara umum, dan mencakup berbagai pembebasan-pembebasan di banyak aspek tampaknya rasa nyaman yang berlebih telah terhempang luas secara otomatis di dalam pribadi lepas pribadi setiap orang/masyarakat untuk mengungkapkan segala topik yang mungkin terganjal dalam benak, lewat sebentuk reaksi batin yang tanpa arah dan cenderung dijabarkan secara emosional tanpa makna yang terlalu berarti.

Sungguh telah merupakan sebuah cuaca komunikasi politik yang tak bermartabat apabila pemberian sebuah garansi kebebasan oleh negara/pemerintah kepada masyarakatnya ternyata tidak berhasil dicerna secara arif dan bijak oleh berbagai kalangan/kelompok kepentingan yang akhir-akhir ini turut meramaikan pentas perpolitikan di negara ini lewat berbagai pemikiran kritis dalam upaya mengamati perkembangan roda pemerintahan di negara ini.

Puluhan, ratusan dan bahkan ribuan pengamat telah berhasil bermunculan. Dengan berbagai latar belakang niat yang menyuarakan beraneka pola dan motif pergerakan kepentingan yang berbeda. Tidak boleh dipungkiri bahwa orang-orang seperti mereka (Elit/Pengamat politik) adalah sosok impian yang diharapkan akan dapat membawa pencerahan-pencerahan di negara ini. Sebab secara langsung, beberapa hal yang dicoba bahas oleh sebagian dari mereka menyangkut nasib bangsa ini telah banyak memperoleh hasil positif dalam rangka menciptakan efek-efek pemulihan di tubuh para pembuat kebijakan publik serentang perguliran pesan-pesan reformasi yang hingga saat ini memang masih layak untuk diperjuangkan dan dipertahankan oleh setiap warga di negara ini.

Pada pangkal permulaan proses penetasan reformasi pada masa itu dan hingga kini, beberapa diantara pengamat/elit politik ada yang hadir berdiri dan berseru benar-benar atas nama rakyat dengan perdebatan-perdebatan luar biasa demi sebuah penyampaian protes yang memang penting harus diutarakan dan mendesak diingatkan sebagai upaya pencegahan dini terhadap arah kebijakan tertentu supaya kerusakan penyimpangannya tidak terlalu jauh dan kebutuhan masyarakat luas tetap dikedepankan.

Berbagai macam aksi penyampaian keluh-kesah serta ketidakpuasan kepada pemerintah oleh berbagai orang/kelompok, pengaktualisasiannya juga ada yang spontan. Dan tak jarang berbagai aksi bermunculan, hanya oleh dalih provokasi iseng dari oknum pihak kepentingan yang biasa dinamai aktor dibelakang layar dengan mengusung pesan yang juga bervariasi tingkat kemurnian dan urgensitasnya. Bahakan banyak dari antara orasi-orasi tertentu yang kehadirannya bahkan belum sempat menyentuh gerbang pentas perpolemikan dari sebuahpun media yang ada namun sudah buru-buru kandas dan berhujung pada hari itu juga hanya dikarenakan oleh latar belakang kemurnian pesan yang tidak jelas dan tak berdasar.

Sebaliknya, di lain sisi terdapat juga berbagai pesan ketidakpuasan seseorang dengan kepentingan tertentu meskipun tingkat penyimpangannya belum terlalu fatal atau begitu berbahaya terhadap kepentingan masyarakat umum, tapi pesan tersebut langsung mencuat dan berubah cepat menjadi sebuah isu perdebatan hangat di kalangan pengamat/elit politik yang gemar mempertontonkan debat panasnya kepada masyarakat dalam berbagai forum diskusi walaupun sesungguhnya hal itu hanyalah sebuah hal sepele yang tak seharusnya digembar-gemborkan hingga kemudian terumum dengan pengkajian sangat berlebihan kepada masyarakat lapisan bawah.

Kaitannya dengan peranan media massa. Bahwa sebuah media massa sungguh berpengaruh besar terhadap penyebarluasan berbagai kejadian sampai ke berbagai penjuru. Jika berbicara pada posisi media sebagai sumber informasi utama masyarakat, biasanya media massa selalu mencoba mengakomodir sebuah isu yang dirasa sangat berpotensi sebagai sumber polemik besar untuk diperdebatkan dengan berbagai kalangan aktor pengamat dan politisi yang gemar berbicara dan berdebat. Khususnya program-program debat yang telah sering digelar lewat media pertelevisian.

Memang, sebuah isu perlu disebarluaskan kepada khalayak ramai. Akan tetapi jika sebuah isu tersebut terlanjur disebarluaskan tanpa pertimbangan matang, maka boleh saja isi dari isu tersebut akan dapat berdampak lain yang negatif bagi kondisi kejiwaan kalangan masyarakat lapisan bawah.

Memang, beberapa topik besar yang sangat genting menyangkut laju reformasi telah pernah berhasil diulas dan disampaikan kepada masyarakat luas melalui berbagai media massa. Termasuk detik-detik proses lahirnya reformasi di negeri inipun juga tidak luput juga diperankan oleh media massa sehingga file-file sejarah dimaksud berhasil teragendakan dan terabadikan dengan sempurna. Untuk itu sangat layak diucapkan terimakasih kepada media-media massa yang turut berpartisipasi dalam mencermati proses seluk-beluk bernegara hingga saat ini. Tak luput juga rasa bangga yang mendalam atas jerih payah para pemikir reformasi yang selalu gelisah mengamati gerak-gerik para pembuat kebijakan di negara ini tersebab apa yang mereka teriakkan saat itu memang murni untuk membela nasib rakyat kecil yang hingga kini masih terus resah memikirkan akumulasi berbagai krisis yang terus berlangsung.

Di tahun-tahun terakhir hingga memasuki periode keempat pertukaran pemegang tampuk pemerintahan setelah digulirkannya reformasi, meski pada kenyataannya pemerintah masih belum sempurna benar memberhasilkan cita-cita negara RI dalam upaya mensejahterakan rakyat, perlu diingat bahwa luas wilayah dan jumlah penduduk yang perlu disejahterakan juga sangat rumit dan cukup besar. Sebuah pengakuan berikutnya untuk sinyal-sinyal positif di berbagai sektor tertentu bahwa pemerintah mudah-mudahan masih sedang terus-menerus merancang berbagai upaya lewat program-program dan kebijakan yang senantiasa selalu mengarah pada percepatan pencapaian target pembangunan wilayah dan masyarakat meskipun secara bertahap dan berkesinambungan.

Kita harus sadar bahwa untuk menempuh sesuatu rencana besar maka akan dibutuhkan proses rumit dan panjang yang pasti memakan waktu yang tidak sedikit. Untuk itu sebuah kerjasama yang saling mendukung akan sangat membantu upaya penukangan proses tersebut demi keberhasilan yang harus segera diciptakan. Dengan melibatkan berbagai kalangan terkait termasuk peranan penuh darimasyarakat luas dan dengan mengupayakan sebuah situasi yang kondusif di seluruh lapisan masyarakat. Sebab tak ada mustahil tercapai meskipun sesulit apa sesuatu hal itu andai setiap lapisan /kelompok orang yang memiliki potensi diri sudi bergabung berperan dan menyatakan siap memberikan dukungan positifnya terhadap proses pembuatan kebijakan yang diperankan oleh pemerintah.

Sangat dibutuhkan jiwa besar dari orang-orang besar yang mempunyai berbagai pemikiran besar untuk menciptakan sebuah pondasi kokoh dalam merencanakan berbagai program pembangunan di negeri ini. Baik itu pemerintah maupun siapa saja yang merasa turut memiliki tanggung jawab akan nasib bangsa ini. Hanya butuh orang-orang berjiwa besar dan berpikiran besar. Bukan orang-orang besar yang suka memelintir hal tak penting dan lalu memakainya sebagai jurus memburuk-burukkan seseorang saja. Kenyataannya bahwa masyarakat lapisan bawah tidak terlalu selera terhadap aksi-aksi yang seperti itu. Terlebih-lebih lagi apabila ada yang mengaku-ngaku berdiri atas nama rakyat, tetapi kalimatnya terus-menerus hanya merencanakan orasi-orasi pelemahan bagi institusi pemerintahannya sendiri. Akan jadi apa negara ini? Mestinya sebuah solusi dan jalan keluar yang harus ditawarkan. Janganlah hanya oleh pernyataan yang pada dasarnya tidak berarti negatif namun tiba-tiba itu langsung kita biaskan sebengok-bengkoknya hanya agar tercipta celah setitik untuk menyuruh mundur seorang pucuk pimpinan tertinggi pemerintahan. Apakah jabatan sebagai presiden itu bukan hasil dari legitimasi rakyat yang notabene adalah juga sejiwa dengan pemerintahan?

Negara kita sudah terlanjur lemah. Dan akan sampai kapan kelemahan negara ini akan sabar kita rawat-rawat dengan perilaku masa bodoh? Pasti akan semakin melemah, sebelum setiap orang dari antara kita memutuskan untuk segera berhenti mengolok-olok jiwa dan marwah jajaran pemerintahan di negara ini. Tidak jauh halnya dengan kondisi Timnas Sepakbola kita yang menjadi tampil sebagai tim lemah saat tiba bertanding dengan Timnas Sepakbola Malaysia yang digelar di hadapan penduduk Malaysia yang ialah sebuah negara yang juga sering mengolok-olok martabat negara kita. Segumpal semangat akan menghilang pada saat jati diri sudah mulai menipis dalam benak. Bagaimana nama sebuah Negara Republik Indonesia milik kita ini akan bisa berbicara dan diakui oleh dunia luar apabila kita sendiri juga masih terus bangga mencaci-maki dan mempermalukan pemerintah kita sendiri?

Kelemahan kita adalah rahasia kita. Sebuah rahasia adalah kelemahan. Harus disimpan rapat-rapat sebab akan jadi bumerang dan berubah jadi malapetaka jika itu terkuak hingga sepenjuru jagad.

Negara kuat ialah negara yang dihuni oleh masyarakat yang bermental wajar, beretika layak dan mampu memberi solusi terbaik dalam segala kondisi. Mengerti porsi-porsi etika terhadap bawahan, terhadap sesama dan terlebih paham tentang bagaimana perilaku pantas terhadap atasan atau pemerintah yang secara alami telah dikukuhkan menjadi terhormat oleh sebuah proses penempuhan demokrasi yang mahal. Sebuah pemikiran tak terhormat andaikan seseorang mengagumi sesosok presiden Amerika Serikat denganlewat berbagai sanjungan, padahal dia sendiri membuat ucapan tidak senonoh bagi pimpinan pemerintahan di negaranya. Sebagaimana kita adalah masyarakat Republik Indonesia apa salahnya jika rasa kekaguman itu sedikit kita suguhkan dulu kepada siapapun itu yang telah berhasil dinobatkan menjadi presiden kita.

Menyangkut roda pemerintahan dalam pembangunan kemasyarakatan, kita jangan terlupa bahwa tugas pemerintahan itu sesungguhnya adalah sebuah sistim yang tak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain. Sebuah sitim yang jauh-jauh hari telah ditetapkan oleh para pendahulu kita. Segala tumpuan pembangunan sesungguhnya ada ditangan masyarakat dengan tak terkecuali. Yang intinya, bahwa dukungan positif melalui partisipasi dan peran aktif dari masyarakat, itulah hakekat sistim yang saat ini kita anut.

Bukan berarti oposisi itu tidak berguna. Tapi oposisi mari kita jadikan sebagai sebuah pertentangan yang dilakonkan secara wajar dan mempunyai niat baik. Berdiri sebagai barisan pemegang peran pemberi aba-aba peringatan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang nyata-nyata terbukti melakukan penyimpangan ataupun berperan memberi kontrol dini terhadap segala rencana program yang kemungkinan besar akan berdampak fatal terhadap kondisi perekonomian rakyat apabila jika kebijakan tertentu itu akan tetap dilaksanakan. Silahkan saja temuan-temuan penyimpangan itu digugat lewat sebuah prosedur komunikasi yang beretika dan efektif atau dengan membawanya ke dalam forum-forum diskusi intelek yang kemungkinan besar dapat berpeluang memberikan solusi penyelesaian tanpa harus terburu-buru menyebarluaskannya ke segala penjuru masyarakat yang tak terlalu butuh akan hal tersebut.

Tapi perlu sebuah pertimbangan matang untuk memutuskan sebuah diskusi berbagai penyimpangan pemerintah dibahas dan diulas secara mendalam melalui meja redaksi sebuah media pertelevisian yang disebarluaskan langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat luas sebab itu masih belum tentu bisa bermanfaat baik bagi sebagian besar masyarakat. Memang hal itu tidak melanggar sesuai peran dan fungsi yang melekat pada media itu sendiri.

 

Akan tetapi apa yang tertayang di media itu sesungguhnya itu bukanlah sebuah tindakan yang tidak mungkin berdampak lain pada masyarakat. Sebab secara tidak langsung, kehadiran berita-berita sejenis itu sangatlah tidak terlalu bermanfaat untuk harus didengar dan diketahui oleh masyarakat. Sebab dengan amat teganya para aktor penggugat pemerintah itu seolah merasa tidak bersalah telah terlanjur turut menambah beban pikiran masyarakat yang seolah secara sengaja menempah sebentuk keresahan di benak kalangan masyarakat lapisan bawah.

Dan kalau masih boleh dikaji kembali substansi sebuah berita, berita bermanfaat yang bagaimana berguna dan berpotensi untuk mengobati rasa resah dan risau masyarakat yang pikiran dan daya pikirnya sebenarnya cuma sanggup untuk mengkaji harga-harga bahan pokok dan BBM yang semakin melambung. Kenapa tidak? Mari, bagi orang-orang arif. Bagaimana agar benak masyarakat tidak terus menerus kita tumpuki dengan pikiran-pikiran kecemasan tentang segala yang terjadi di kalangan elit-elit politik negara ini.

Adalah sebuah karya besar, jika sebuah keputusan dapat kita sepakati bagaimana agar pikiran masyarakat tidak terlalu banyak tersita energinya untuk membahas atau mengkaji berbagai masalah yang pada dasarnya pokok penyelesaiannya sudah semestinya harus sudah dapat ditanggulangi cukup oleh para wakil-wakil rakyat yang ada dilegislatif tanpa harus perlu melibatkan hati masyarakat kecil yang juga tidak dapat berbuat apa-apa.

Kita harus hati-hati, sebab apabila tingkat kecemasan masyarakat lapisan bawah sudah memuncak, maka sebuah ancaman krisis sosisal akan berkecambah pesat dan pasti resiko akan sangat sulit untuk dikendalikan. Sejarah sudah mencatat sebuah revolusi pernah terjadi. Reformasi pecah juga karena dipicu oleh gerakan arus bawah. Dan tidak tertutup kemungkinan tentang sebuah Restorasi yang sudah mulai sering dicetuskan oleh berbagai kalangan di negeri ini.

Pada dasarnya masyarakat hanya membutuhkan sebuah ketenangan dan jaminan hidup sebagai imbalan atas berdirinya negara ini. Jika masyarakat tenang dan aman, maka pemerintah akan berkesempatan membuka pikiran serta memberi perhatian bagaimana agar seluruh masyarakatnya dapat tersenyum dan akan merasa lebih dihargai selayaknya masyarakat yang butuh rasa bangga akan Negaranya Republik Indonesia.

Jikalah kondisi ini masih terus berlanjut seperti kenyataannya sekarang, dimana para elit politik selalu asik”berperang” dan saling menyalahkan tanpa ada keterbukaan dan upaya konkrit terhadap penuntasan setiap masalah yang ada, maka jangankan timnas sepakbola kita akan berjaya, bahkan para petani sekalipun dipelosok desa tidak akan lagi bersemangat untuk bekerja di ladang mereka hanya disebabkan pikiran yang kacau karena terus-terusan memikirkan situasi negara ini.

Ini saat yang genting, harus terucap kata damai. Tak guna memperpanjang ”peperangan” dengan mengatasnamakan rakyat yang muatannya juga tidak jelas masyarakat yang mana. Mari berpartisipasi aktif dan positif untuk negeri ini demi sebuah niat dalam mengembalikan nama besar Negara RI dengan cara memberi kekuatan kepada Pemerintah tanpa harus menghilangkan fungsi kontrol dari berbagai pihak yang merasa turut terpanggil dan berniat tulus.

 

 

 

Profil:

 

Binoto Hutabalian, S. Sos

Lahir 13 Juli 1979 di Pardomuannauli Desa Harian Pulau Samosir – Sumatera Utara. Alumni Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau.

Pecinta sekaligus penikmat karya tulis sosial politik dan seni-budaya, yang berguru dan mengadu pada waktu, pada bumi, pada langit juga pada mimpi.

Menulis sejak duduk di bangku SMA hingga saat ini. Menulis Artikel, Opini dan Esai, Puisi, Cerpen, Cerbung, Opini dan Esai sastra di berbagai media seperti: Majalah Sastra Horison, Majalah Budaya Sagang, Harian Umum Riau Pos, Harian Batam Pos, Harian Riau Mandiri, Harian Global, Harian Medan Bisnis, Harian Analisa, Harian Waspada, Jawa Pos, Harian Lampung Pos dll.

Bekerja sebagai penulis dan sekaligus sebagai pekerja di Kantor Camat Pangururan, Pemkab. Samosir. Masih menggeluti kesenangan sebagai penggiat sastra di Dewan Kesenian Samosir (DKS), sekaligus sebagai Perwakilan Daerah Majalah Budaya Sagang Pekanbaru di Samosir.

Berdomisili di Pantai Pasir Putih Desa Hutabolon – Parbaba, Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir – Sumatera Utara

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun