Mohon tunggu...
Binoto Hutabalian
Binoto Hutabalian Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Penulis di www.sastragorga.org

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Itu Langit, Belum Neraka

25 Januari 2022   23:39 Diperbarui: 25 Januari 2022   23:43 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di Utara iblis coba hanguskan pelangi,
di Tenggara segerombol lagi bersepakat mengoyak-ngoyak matahari,
hampir seribu pagi

Sepenjuru mata angin berlomba mengobrak-abrik segala dengan gasing-gasing bertaringnya.

memporak-porandakan waktu
meluluh-lantakkan empedu
dan sejuta pasang cahaya yang leleh dari mata dan nyaris genangi tanah-tanah kuburan

Pori Bumi nyaris tuntas dihiasi liang-liang lahat,
nyaris dikerubungi lidah-lidah api neraka
kota-kota nyaris mengibar kavan ke sepenjuru ufuk

Di langit, para dewa putus asa dan hampir ketok palu,
hampir sepakat hentikan nadi waktu
hampir sudahi gema firman dan ayat-ayat Tuhan.
Hampir buru-buru menutup tirai senja-Nya, masih dengan keranda


Sisa bayang-bayang pun bersujud membujuk sisa-sisa malaikat yang kelelahan di persimpangan jalan, di ruang-ruang sempit

Sisa bayang-bayang dari sisa-sisa kiamat, masih ingin memompa matahari, menyalakan pagi beberapa ribu kali lagi
masih belum rela menutup senyuman

Seluruh,
masih ingin menunggu kedatangan tuhan yang kedua kalinya.

Sebab Itu masih langit, meski pahit, tapi belum neraka.

Bukan.

Hujung pandemi. Pangkal 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun