Mohon tunggu...
Binoto Hutabalian
Binoto Hutabalian Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Penulis di www.sastragorga.org

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rindu Offline

11 Agustus 2020   11:53 Diperbarui: 11 Agustus 2020   12:31 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Yang berdiri di pintu sunyi, cemas mengetok-ngetok, menggedor-gedor
waktu yang membatu. Para biarawati cekikikan dari sudut bulan sabit.


Pintu sunyi tak teramuk, tak hanya tentang usil nyamuk
atau siksa batuk-rindu yang mulai berdarah
yang hampir bernanah, nunggu kunang-kunang berpecahan entah kapan?

Tiada yang kasihan pada patung yang saban malam diguyur sepi,
walau menggigil pun itu, walau selalu ngigau, atau sampai guling-guling merengeki  bidadari. Sebab rindu telah lama terjual. Cukup mahal, tergadai di seberang samudera, berondok dibalik senja yang selalu jadi pihak ketiga

Biar. Terserahlah pintu-pintu itu terus katub. Sampai berlumut sampai entah maksudnya mau ngalahkan para petapa? Tak apa.  
Mari kita berperang. Sekenyang mungkin.
Saling mengintip, dan saling mengintai di layar smartphone ini, seabadi luka.
Yang berkecambah di dalam paru.
Aku. Dan engkau!

Dermaga maya.
Samosir. Agustus '20

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun