Berabad-abad rindu memuntahkan lava,
purnama dan gerhana yang saling mengoyak
Bulan sabit yang terseok-seok di pucuk danau. Sedingin itukah sunyi tega membatukan cinta?
Sampai bila dermaga selalu trauma aroma senja?
Sekejam itukah matahari menitip ngilu di rongga para penunggu waktu?
Berabad-abad rindu kelu mengulum durinya sepi. Bermil-mil terengah-engah mengejar bayang-bayang
yang selalu layu di puncak senja
Juli, oi kemarau parau!
Dimana kutemu wajahmu yang memekat disekat gerhana?
Puisi, duh sihir ilusi!
Berhentilah menghabisi hati.
Haruskah Aku nikahi engkau dibawah terik ini
dengan seperangkat air mata.
Tunai?
Sianjurmulamula. Ruang sepi. 26/07/19
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H