Tak mungkin tak kau tau!
jika gumpal wajahmu bahkan telah kuerami di balik mataku jauh sebelum sabit itu membintik di pori kulon
jenuh, aduh
sungguh berpeluh
rapuh sejak rindu mulai membengkak didadaku
sejak rembulan selalu ampuh meluluhlantakkan paru
yang kerap memampangkan wajahmu
samar dari celah dedaun yang membeku oleh dingin dan sunyi
Tak mungkin tak kau tau, jika igaku juga telah tuntas jadi batu
terlalu letih berkirim doa
terlalu rintih berdebat dengan para jangkrik
tentang jendela kaca
yang selalu sembab oleh gerimis
dan sepasang mata
yang masih menangisi purnama
Entah buat apa purnama
jika tak bisa diajak berdansa
jika tak bisa
jika tak pintar menghangatkan bebukit
Tak mungkin tak kau tau
semburat purnama itu bahkan pilunya
jauh melebihi iris sembilu
bayangmu yang terlalu, dan fosil senyummu yang berkali-kali menikahkanku dengan gerhana
kota tua yang menua bersama kita yang entah dimana.
Pekanbaru. 2003
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H