Mohon tunggu...
Salamah Teacher
Salamah Teacher Mohon Tunggu... -

saya adalah guru kelas IV Sekolah Dasar di salah satu kabupaten Wonosobo. Saya berharap bisa menulis novel....just dream. \r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Murid Kecilku Membuatku Menangis

14 April 2012   17:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:36 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari itu tepatnya hari Kamis, dimana ada jadwal BahasaIindonesia, Olahraga dan BTQ. Pagi hari saat jam pertama saya mengajar bahasa Indonesia, karena mau ulangan tengah semester maka saya membagi ulangan tengah semester tahun yang lalu, pelajaran berjalan normal sampai saat pembahasan sola UTS tersebut. Tidak berapa lama pun bel istirahat berbunyi, karena setelah jam istirahat adalah pelajaran olah raga maka saya mennyuruh anak - anak untuk berganti pakaian olahraga.

Pelajaran olahragapun berjalan lancar dengan di pandu oleh guru penjaskes. Ketika pelajaran olahraga berakhir dan berganti pelajaran BTQ saya kembali masuk kelas saya untuk mengkondisikan agar siswa siap menerima pelajaran BTQ, namun tiba - tiba saya di panggil ke kantor karena guru BTQ tiba - tiba tidak enak badan , sehingga secara otomatis saya mengisi pelajaran tersebut.Ssaat saya sedang mengkondisikan murid  murid saya, tiba - tiba beberapa anak perempuan berbicara pada saya ( dalam bahasa jawa nya wadul),"bu guru tadi si X memeluk - meluk saya" siswa yang lain pun mulai ikut menyelutuk " si Y ngintipi saya di WC bu" yang lainnya tambah banyak yang berbicara " si X meluk juga meluk saya" anak yang lain ikut juga berbicara " iya bu tadi juga ngelus -elus rambut R bu"  dan ada yang lebih mengejutkan saya " tiap hari  mau nyium saya bu" .

Kemudian dengan wajah agak sedikit bingung saya pun berbicara. " baik anak - anak, coba berbicara satu - satu dulu, bu guru jadi bingung kalau semua ikut bicara" ... anak - anak menjawab " ya bu....."

"coba B ceritakan pada bu guru apa yang Si X lakukan pada kamu"

B menjawab dengan wajah merah dan tertunduk malu," bu guru....X suka meluk - meluk saya terus, kadang pegang pipi saya , lalu mau mencium saya.......'". ada anak lain yang menyelutuk keras sekali kebetulan anak ini laki - laki," bu si X katanya pingin menikah dengan mila......"  gerrrrrrrr semua anak tertawa bersama.

" ya ya ya..... coba anak  - anak tenang dulu ya, biar jelas ceritanya" , anak - anak pun diam. " X apa benar yang dikatakan B " kata saya. " hehehehe ( sambil mukanya cengar - cengir cengingisan dan garuk - garuk kepalanya di sertai melirik ke B) hehehe nggih bu guru ( iya bu guru). " ya kalau begitu nanti X pulang sekolah jangan pulang dulu ya, bu guru mau ketemu X dulu" , lutfi menjawab," nggih bu guru". tidak saya sadari bel istirahtpun berdering, dan semua muridku prepare untuk pulang. setelah semua pulang tinggalllah X muridku yang berperawakan kecil,kurus dan hitam. saya pun mengajak bicara tentang alasan dia melakukan hal seperti itu, dan setelah hampir 1 jam saya ngobrol dengan X terperangahlah saya mendapati hal sangat diluar dugaan saya, murid kecilku,generasi bangsaku.....yang saya sayangi.....pernah melihat............. saya terhenyak, tak kuasa buliran air hangat membasahi pipiku. saya terdiam beberapa saat hingga mampu sedikit tenang walaupun suara saya bergetar menahan tangis yang ingin meledak. murid kecilku.....kelas IV SD......... mengapa terkontaminasi seperti itu? siapa yang salah? toh saya tidak pernah mengajarkan hal seperti itu? ini sekolah pinggiran bukan sekolah perkotaan.....ini adak desa......bukan anak kota

Saya pun menyuruhnya pulang sambil memikirkan apa yang akan saya lalukan untuk menyelesaikan masalah murid kecilku itu. namun sepanjang dalam perjalan pulang ke rumah, air mata ini keluar , saya saat itu cuma merasa bingung, sedih, marah, pingin teriak, perasaan yang campur aduk mengobrak abrik relung terdalamku, sampai tiba - tiba bel yang sangat keras membangunkan dari belakang kendaraan yang saya kendarai. saya mencoba menyusun kekuatan untuk tetap konsentrasi dalam mengendarai motor agar selamat di jalan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun