Mohon tunggu...
eful saefullah
eful saefullah Mohon Tunggu... -

jalanilah hidup dengan iklas

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Munculnya Budaya Corat-Coret dalam Kelulusan Siswa

27 April 2014   03:53 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:09 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MUNCULNYA BUDAYA CORAT-CORET DALAM KELULUSAN SISWA

Oleh saefullah85yahoo.com

Lulus adalah sesuatu yang diidam-idamkan bagi semua siswa. Setiap siswa yang sekolah dimanapun pasti mengharapkan ia lulus. Lulus merupakan hal yang wajib ditempuh oleh semua siswa. Seorang siswa dianggap berhasil apabila ia bisa lulus dengan baik dari sekolah yang ia tempuh, dan ia sebagai siswa dianggap lulus apabila ia sudah menempuh ujian. Biasanya ujian tersebut ia bisa dapatkan apabila ia sudah mencapai tingkat akhir sekolahnya.

Ujian sudah ada sejak dulu. Ujian dilakukan dari mulai SD, SMP, SMA, bahkan perguruan tinggi sekalipun. Tetapi ujian zaman dahulu hanya ada yang namanya ujian sekola . Berbeda dengan zaman sekarang yaitu ada ujian  sekolah dan ujian nasional. Perbedaan ujian sekolah dan ujian nasional yaitu kalau ujian sekolah diadakan oleh sekolah, sedangkan ujian nasional diadakan oleh negara.

Apabila seorang siswa sudah melaksanakan ujian sekolah dan ujian nasional, dengan nilai yang diatas rata-rata. Maka seorang siswa dikatakan lulus dengan baik. Sebuah sekolah bias mengumumkan seorang siswa lulus atau tidaknya, melalui cara yang berbeda-beda. Misalkan ada yang mengumumkannya melalui kantor pos, yang dikirimkan kepada orang tuanya oleh pihak sekolah. Ada pula yang memberikan langsung surat kelulusannya kepada siswa yang bersangkutan tersebut.

Ketika sebuah sekolah mengumumkan kelulusan kepada siswa dengan cara yang berbeda-beda. Siswa di sekolah yang bersangkutan akan merayakan kelulusannya dengan berbeda-beda caranya pula. Misalkan ada yang merayakannya dengan cara bersyukur melalui shalat bersama atau ada pula yang melakukannya dengan cara bersedekah terhadap anak yatim. Subhanallah apabila siswa bersyukurnya dengan cara demikian, sangat mulia sekali hidupnya. Masih banyak lagi cara-cara unik yang dilakukan siswa untuk merayakannya. Tetapi kenyataannya terbalik lebih dominan siswa yang merayakannya dengan cara mencorat-coret bajunya sendiri. Budaya corat-coret ini muncul semenjak adanya yang namanya merayakan kelulusan. Padahal pihak sekolah sudah melarang siswa untuk tidak mencorat-coret bajunya apabila diumumkan kelulusan.

Kebanyakan siswa melakukan kompoy menggunakan motor dengan jumlah yang amat banyak. Terkadang sangat merih sekali melihat siswa dalam satu motor terdiri dari 3 orang yang menumpanginya. Mereka berjoged-joged di jalan sambil mengendarai motornya dan mencorat-coret bajunya, dengan menggunakan pilok atau pulpen. Hal tersebut sangat tidak mempunyai moral dan tidak mencerminkan jiwa seorang pelajar. Apabila kita melihat hal  tersebut sangat memperihatinkan dan meresahkan masyarakat sebagai pengguna jalan. Seringnya terjadi kecelakaan , dan banyak pula yang akhirnya meninggal dunia.

Perilaku berbudaya corat-coret ini seharusnya bisa dihilangkan apabila sekolah menjaga ketat siswanya agar tidak melakukannya. Sekolah seharusnya menyiapkan program khusus bagi siswa yang akan lulus, dengan menyiapkan program yang bermanfaat dan bernilai positif bagi siswa. Agar siswa tidak melakukan corat-coret. Apabila siswa yang melanggar peraturan berikan sangsi secara tegas terhadap siswa. Misalkan apabila terlihat corat-coret, ijazahnya tidak akan diberikan, hal demikan akan membuat siswa merasa takut. Sehingga guru dan orang tua akan merasa tenang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun