Mohon tunggu...
H.Sabir
H.Sabir Mohon Tunggu... Freelancer - Lakum Dinukum Waliyadin

Dunia ini hanya untuk disinggahi dan dinikmati sesekali kita memang akan kedatangan sial, tapi tak akan berlangsung lama tidak ada pesta yang tak usai demikian juga tidak ada badai yang tak reda.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jakarta Membunuh semua Cinta Lamaku

4 Mei 2016   22:16 Diperbarui: 4 Mei 2016   22:34 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cinta Tak Selamanya tentang tempo kita bersama

Kampung kecil itu tidak banyak berubah, pepohonan rimbun masih menjulang di pinggiran-pinggiran jalannya, rumput-rumput hijau tertata rapi berjejer dan kicauan burung-burung pipit yang sedang bercengkrama juga masih terdengar. Sudah tiga tahun aku tidak pulang menengok kampung ini. Semenjak aku berpisah dengan Beatrix aku seperti trauma untuk kembali kesini. Begitu banyak kenangan yang kami ciptakan bersama di alam perawan hutan-hutan kecil kampung ini, di koridor-koridor sekolahnya Beatrix dan di kamar-kamar asrama yang kosong tak berpenghuni.

Tiga Tahun yang lalu ***

” Turun dimana dik ? ini sudah di Dumoga.” tanya tukang ojek yang mengantarku, menghamburkan semua kayalanku beberapa saat.

” Oh iya aku hampir lupa, disini aja bang, aku mau ke gubuk itu,” ucapku sambil menunjuk ke sebuah gubuk kecil yang terletak di tengah-tengah perkebunan jagung. Gubuk itu milik Omanya Beatrix, aku memilih turun disitu karena aku dengar dia sudah tidak lagi tinggal di Asrama sekolah, sejak tiga bulan terakhir.

” Kamu murid baru SMK sini ya ?, aku baru melihatmu ?” kata tukang ojek, mungkin dia baru pertama kali melihatku berada di tempat ini. Disini memang ada sebuah sekolah Pertanian, sekolah itu sengaja dibangun di tengah hutan dan jauh dari pemukiman penduduk, untuk memudahkan para siswanya menjalankan praktek lapangan dengan bercocok taman.

” Bukan, aku Cuma mau mengunjungi pacarku, dia sekolah disini, sudah lama aku tidak kemari, mumpung lagi ada cuti.” jawabku pada pengojek, tanpa menunggu komentar lebih banyak lagi aku segera mengucapkan terima kasih dan pergi. Gemerisik padang-padang rumput yang tersapu oleh jeansku terdengar seperti nyanyian di telingaku. Dikejauhan aku lihat Opa Beatrix sedang menanam bibit kelapa di sela-sela tanaman jagung. Aku segera menyapanya dan menanyakan keberadaan Beatrix.

” Selamat Sore Opa..?

” Selamat Sore, eh ternyata nak Teddy, kapan datangnya” ujar Opa Beatrix, dan segera menghentikan pekerjaannya dan mengajakku masuk ke Gubuk kecil mereka.

” Beatrix, kemana Opa ?, kok nggak kelihatan ?” tanyaku lagi tak sabaran. Ingin sesegera mungkin aku menemukan wajah gadisku itu, kerinduan ini sepertinya akan segera meledak dalam balutan hatiku.

” Dia lagi les di sekolahnya, usai jam pelajaran, dia Cuma makan sebentar kemudian pergi lagi, katanya ada les matematika di sekolah”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun