Hari kemarin kita resmi menerima satu lagi kabar buruk dari dunia retail Indonesia. Giant Tutup Permanen!, begitu judul dan perbincangan yang terjadi di masyarakat beberapa hari ini. Akhirnya tumbang juga ritel yang menjadi primadona masyarakat semua kalangan itu.
Berita Tutupnya Giant menjadi Hot Topik dan Headline di linimasa, penulis sendiri  mempunyai beberapa moment kenangan di supermarket Giant yang terletak di bilangan Mampang. selain harganya yang relatif lebih murah dari beberapa supermarket yang mainstream, juga tempatnya yang nyaman dan selalu  berada tak jauh dari pemukiman padat penduduk membuat Giant menjadi salah satu tempat favorit untuk berbelanja kebutuhan dasar.
Sebelum pandemi melanda dunia memang telah terjadi pergeseran cara berbelanja masyarakat dunia dengan kemudahan dalam genggaman digital. kita tidak perlu lagi datang ke supermarket hanya untuk sekedar belanja cemilan atau belanjaan ringan lainnya, aplikasi olshop dan aplikasi antar jemput yang tertanam di ponsel kita telah merubah cara berbelanja kita. Tinggal Klik-Pesen-Bayar-Sampe deh..Pakeeett..
Saya masih ingat sekitar 2 tahun yang lalu ketika bulan Puasa dan hendak berbelanja baju lebaran ke Bilangan Blok M dan sekitarnya, terlihat pusat keramaian yang dulunya sangat ramai dan padat telah berubah bak kota sunyi tanpa pengunjung  yang berdesak-desakan. Salah satu tempat favoritku adalah distro-distro yang terletak di basement terminal Blok M, 10 tahun yang lalu tempat itu sungguh ramai dan penuh sesak.
Namun seiring perkembangan zaman dan teknologi yang memudahkan manusia untuk berbelanja, pusat-pusat perbelanjaan mengalami kemunduran jumlah pengunjungnya. coba saja anda ke Blok M pada sabtu atau minggu terminal-terminalnya bahkan kosong dan sunyi, tiada lagi riuhnya kernet yang melayani penumpang-penumpang Metro dan Kopajanya disana ditambah lagi dengan kehadiran Ojek Online dan Taksi Online, maskot Blok M itupun perlahan tenggelam dan tersengal-sengal mempertahankan eksistensinya di Terminal.
Dua tahun lalu sebelum datangnya Pandemi kebangkrutan yang melanda beberapa supermarket telah terjadi, bukan karna daya beli masyarakat yang menurun tetapi biaya operasional yang ditanggung oleh perusahaan tidak sebanding dengan pendapatan laba dari pengunjung yang datang ke toko.
Tingginya biaya sewa dan jumlah karyawan  yang harus dibayar membuat toko-toko retail mulai mengencangkan ikat pinggang, beberapa dari mereka mencoba bertahan dengan mengurangi pembukaan gerai-gerai baru atau bahkan menutup sebagian gerainya. Meskipun TransMart berhasil mengusung konsep baru ritel moderen dengan menggabungkan konsep hiburan sambil berbelanja pada gerai-gerainya, yang sempat menjadi pilihan utama masyarakat berbelanja dan menghabiskan waktu bersama keluarga untuk merasakan wahana-wahana yang tersedia di Transtudio di awal-awal kehadirannya namun belakangan ini beberapa Studionya sudah mulai sepi pengunjung dan bukan tidak mungkin akan sangat menguras tenaga dan dana yang cukup besar untuk menutupi biaya operasionalnya.Â
Pada akhirnya apa yang selama ini kita kuatirkan terjadi hari ini, migrasi cara berbelanja dari konvensional ke digital mengakibatkan tutupnya ritel-ritel moderen karena tidak sanggup bersaing dan membiayai operasionalnya. Pandemi bukanlah penyebab utama dari bangkrutnya Giant dan beberapa ritel lainnya.Â
Pandemi Corona hanyalah mempercepat waktu bagi ritel-ritel untuk tutup dan mengalihkan konsep bisnis dari retail-retail tersebut dari cara konvensional menuju era digital. Klik-Pesan-Bayar-Antar.
Kita semua punya kenangan manis dari Supermarket yang telah hadir di Indonesia sejak pertama kali pada tahun 2002 di Tangerang ini. Terima kasih telah menemani hari-hari kami, menjadi tempat bertemunya kami dengan jodoh dan gebetan  dan memberikan keceriaan pada anak-anak kami.Â