Mohon tunggu...
Sabiq Al - Aulia Zulfa
Sabiq Al - Aulia Zulfa Mohon Tunggu... -

Aku adalah aku dan bukan dia atau siapapun juga. Inilah aku yang tidak mau menjadi dia. Tapi ingin seperti dia.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kebersihan (Antara Syukur dan Kufur)

18 Juni 2011   03:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:24 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Islam mempunyai suatu konsep terkait dengan kebersihan. Sudah tidak asing lagi suatu maqalah berbunyi “Annadhafatu Min al –Iman” selalu terdengar . Tidak usah dipungkiri, kita semua mengetahui dan mengerti secara redaksi. Tetapi yang menjadi pertanyaan apakah redaksi itu sudah mempengaruhi kehidupan kita untuk selalu dapat menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan. Kita perhatikan sekitar kita, hanya ada dua jawaban pasti, antara bersih dan kotor. Kalau masih kotor, apakah kita segera membersihkannya ?.
Manusia tidak merasa jika dirinya banyak dianugerahkan nikmat, baik itu yang internal maupun yang eksternal. Tetapi, hanya nikmat yang bermateri yang sering dirasakan manusia tanpa merasakan syukur dengan apa yang sudah ada dalam dirinya. Kebersihan merupakan salah satu nikmat Allah.yang perlu disyukuri. Dalam suatu sabda Nabi Muhammad Saw diterangkan bahwa agama ini dibangun dengan kebersihan ( Nadhafah ).
Kembali dikaitkan dengan syukur yang berarti bahwa orang yang bersyukur yaitu seseorang yang menjaganya, tetapi sebaliknya, kufur bagi orang yang tidak menjaga alias membiarkan kebersihan itu sehingga pribadi dan lingkungannya itu kotor.
Kufur berasal dari kata kafara yang berarti menutupi yang diulang dalam Al – Qur’an sebanyak 525 kali. Teks – teks keagamaan menggunakan kata ini paling tidak untuk lima arti. Karenanya, janganlah cepat mengkafirkan seseorang walaupun ada teks yang menunjuk kepada kekafirannya. Siapa tahu kata tersebut tidak berarti demikian. Salah satu arti “kafir” adalah “tidak mensyukuri nikmat”. Salah satunya nikmat kebersihan.
Dilukiskan akibat kekufuran terhadap nikmat kebersihan dalam suatu negeri yang tadinya aman sejahtera dan rezekinya melimpah ruah di segenap penjuru tetapi mereka kufur. Kemudian ulah merekalah yang membuat negerinya tertimpa banyak bencana. Contoh kecil saja karena membuang sampah sembarangan seperti di selokan yang menjadi penyumbat saluran air hujan yang akhirnya dapat mengakibatkan banjir pada wilayah sekitar itu.
Ada benarnya melirik pernyataan Abah Hasyim “Teorinya di Indonesia, prakteknya di Cina.” Ditambah bahwa Islam sudah menawarkan suatu teori yang membangkitkan semangat dengan keterangan bahwa kebersihan adalah menjadi ciri iman seorang muslim sejati. Intinya, tidak bersih berarti dia kehilangan sebagian keimanannya. Tentu kita tidak ingin kehilangan iman yang menjadi pondasi utuh dalam diri pribadi masing – masing.
Hemat saya, menjaga dan melestarikan kebersihan merupakan bentuk syukur dan karena syukur itu maka Tuhan akan memberikan suatu nikmat yang akan selalu bertambah. Dengan kata yang lebih singkat ; kebersihan berarti syukur. Hanya ada dua pilihan dalam kaitan ini, syukur atau kufur. Syukur dengan menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan kemudian kufur dengan membiarkan atau mengotorinya.
Kalau makna “kekufuran” antara lain, seperti itu maka tidak keliru jika dikatakan bahwa di kalangan umat Islam pun tidak sedikit yang kafir, walaupun ia mempercayai kebenaran Al – Qur’an, mendirikan shalat dan puasa sekalipun.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun