Mohon tunggu...
Sabaruddin Harahap
Sabaruddin Harahap Mohon Tunggu... profesional -

ingin mengabdi untuk negeri dengan sedikit kemampuan yang dimiliki

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sungguh Mulianya Dirimu Mama.

28 Februari 2014   16:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:23 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lantunan surat ar rahman mulai terdengar dari sudut tempat tidur menandakan sudah saatnya membukakan mata yang hanya sekejap terpejam, ia melihat disebelah kanan dan sambil memandangi imutnya sang buah hati yang tak lama baru memejamkan mata dalam hati kecilnya berkata 'bobok yang nyeyak ya sayang', ia pun bergegas dengan perlahan berharap tak membuat sang buah hati dan sang papa tidak terjaga dalam meniti dunia mimpinya,

melihat ke arah dinding sebelah atas sambil memperhitungkan waktu dan memprediksikan agar aktivitas yang akan ia lakukan sudah selesai sebelum mereka bangun, dapur adalah langkah pertama yang ia tuju, disitulah aktivitas dilakukan, sarapan sang buah hati dan sang papa yang harus ia persiapkan,

Ia tak bisa mengurusi dirinya jika aktivitas itu belum selesai ia lakukan, begitu mulianya dirimu bagi kami, entah apa yang membuatya bisa seikhlas itu untuk melakukannya 'sungguh mulianya dirimu mama' itu lah yang akan sang anak katakan jika ia sudah bisa bicara.

persiapanku untuk bekerjapun ia sudah siapkan diatas kasur, hatiku sangat senang, dan yang ku ingat adalah pintu surga sudah menantimu mama karna kau sudah membahagiakan ku.

"papa n mama brangkat kerja dulu ya sayang" kata itu yang selalu terucap di pagar sebelah luar rumah, sang buah hati hanya tersenyum sebagai jawaban.

do'a ku lantunkan berharap Allah selalu menyertai kami dalam perjalanan, kua jak bicara agar terjalin komunikasi dan sesekali aku ajak bercanda untuk mengurangi rasa lelah atas aktivitas yang ia lakukan di saat kami terlelap.

sesekali ku melihat dari sepion ternyata matanya sayu dan terkadang terpejam, hatiku menangis melihat pengorbanannya, sungguh mulianya dirimu mama.

aku adalah saksi hidup pengorbananmu, aku akan bersaksi kepada siapapun bahwa dirimu sangat mulia dan penuh keikhlasan.

SEMOGA ALLAH SELALU MELINDUNGIMU MAMA.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun