Mohon tunggu...
M Rosit
M Rosit Mohon Tunggu... -

Personally, I am an dreamer, loving reading and writing, learning how to play guitar, beautiful landscape lover, loving life freely, an ultimate Muslim.\r\n\r\n \r\nI graduated from State Islamic University (S1) and Post Graduated (S2) University of Indonesia.\r\n\r\n\r\nRosit adalah Dosen FIKOM Univ Mercu Buana, Univ Pancasila dan Univ Al Azhar Indonesia\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sudahkah Indonesia Merdeka?

17 Agustus 2011   09:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:42 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tak ada lagi teriakan serang, Allahu Akbar, hidup atau mati dan teriakan-teriakan perjuangan yang menggelora lainnya, seperti saat masa kolonialisme mencengkeram negeri tercinta ini selama 350-an tahun. Tentara Belanda, Portugis dan Jepang sudah tak lagi menjajah Indonesia. Berkat para pahlawan kita yang gigih memperjuangkan Indonesia merdeka dengan ikhlas dan rela mati, layak kita apresiasi seluruh pengabdiannya untuk negeri ini. Mereka menanggalkan egosentrisme golongan, mengedepankan kepentingan bangsa untuk berdaulat tanpa keterkekangan dari bangsa lain.

Sekali lagi, Kemerdekaan itu telah diperjuangkan dengan pengorbanan harta, darah dan nyawa, bukan hasil dari pemberian belas kasih sang penjajajah, tapi dari usaha para pahlawan kita dengan memohon keridhaan Allah SWT untuk bisa membebaskan negeri dari angkara murka kaum imperialis. Sungguh sebuah pengorbanan yang tiada terkira dari para pahlawan kita untuk membebaskan negeri ini dari tangan penjajah, tentu kita tak akan melupakan budi baik para pahlawan kita sampai kapanpun masanya. Simbol kemerdekaan berupa teks proklamasi yang telah dibacakan oleh Bung Karno pada 17 Agustus 1945, mulai saat itu sang bendera merah-putih berkibar setinggi-tingginya seiring dengan harga diri bangsa yang telah lama diinjak-injak oleh para imperialis. Sudah 66 tahun negeri tercinta ini merdeka dari Belanda, Portugis dan Jepang, seluruh negeri kini telah dikuasai oleh bangsa kita baik secara de jure maupun de facto, seluruh negara didunia ini telah mengakui kemerdekaan kita serta Bendera merah-putih telah berkibar dari Sabang sampai Merauke. Namun sudahkah Indonesia benar-benar merdeka? Merdeka dari kemiskinan, merdeka dari korupsi, merdeka dari ketidakadilan, merdeka dari westernisasi merdeka dari ketergantungan terhadap bangsa asing dan merdeka dari kebrutalan koruptor. Sungguh sangat ironis memang kalau melihat realitas yang terjadi di negeri yang telah lama menikmati nafas kemerdekaan. Kata "merdeka" pun perlu dikritisi dan dipertanyakan kembali. Ternyata merdeka tidak untuk seluruh rakyat Indonesia, merdeka bagi mereka yang bergelimang harta di tengah-tengah terjangan ekonomi global yang menyengsarakan rakyat. Kesenjangan sosial antara si kaya dengan si miskin semakin tampak seiring dengan revolusi industrialisasi dan teknologi yang semakin pesat. Dan sampai kapan kata "merdeka" ini menjadi milik seluruh warga negara Indonesia bukan hanya segelintir orang saja. Harus diakui bahwa mengisi kemerdekaan dengan menjadikan sejajar bersama negara-negara maju lainnya tentu tak semudah membalik telapak tangan. Namun realitas korupsi yang semakin merajalela dan ketergantungan dari negara lain tanpa bisa dibendung menandakan bahwa kemerdekaan belum bisa dijalankan secara baik. Dan yang bisa menjawab hanyalah kita sebagai warga negara khususnya pemerintah kita untuk secara terus-menerus berupaya dengan serius untuk memperjuangkan lahir dan batin untuk ibu pertiwi. Tak hanya seremonial belaka yang selalu tampak dari permukaan namun kemerdekaan penuh sesuai dengan kata "merdeka" yang selalu kita dengung-dengungkan. Tetapi sayang seribu kali sayang kemerdekaan ini cenderung hanya semu belaka, apalagi kalau melihat bagaimana kita mengisi kemerdekaan ini. Setelah komunisme runtuh , imperialisme berubah wajah dan cara untuk menaklukkan negeri-negeri lemah. Melalui politik, sosial, ekonomi dan budaya kini mereka menguasai, ini jauh lebih berbahaya dan merusak, karena kebanyakan kita tidak tersadar bahwa kita sedang dalam cengkeraman penjajah gaya baru (neo-imperialisme). Ternyata kolonialisasi masih mencengkeram negeri ini. Mengisi hari kemerdekaan dengan upacara bendera, balap karung, balap sepeda, panjat pinang dan goyang erotis yang disertai aroma minuman keras tentu sangat mudah dan menyenangkan. Dan hal itu sebenarnya tak dibutuhkan oleh rakyat miskin, namun yang dibutuhkan adalah merdeka lahir-batin 100% tanpa terkecuali, karena seluruh warga berhak menikmati kemerdekaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun