Karena di-lockdown, akibatnya saya bisa kalap saat berbelanja. Merasa perlu beli ini-itu untuk persiapan makan paling tidak untuk seminggu. Barang yang paling banyak saya beli adalah makanan, terutama sayuran dan lauk-pauk. Ternyata, tanpa sadar bisa menghabiskan 200-300ribu karena berbelanja di warung terdekat, tentunya agak lebih mahal daripada harga di pasar.
Agar bisa menggunakan uang dengan bijak, saya berpikir akan menerapkan kebiasaan baik berikut.
1. Kurangi biaya 'kemewahan kecil-kecilan' seperti membeli martabak, ayam matang bermerk, dan es buah. Sesekali saja saya beli. Bukan pelit tetapi menunda membeli kalau habis gajian saja. Itu pun kalau bulan depan saya masih dapat gaji. Hiks.
2. Praktikkan cara 'belanja sehat'.
Saya akan mengecek harga terlebih dahulu, serta membeli barang kebutuhan sehari-hari dalam ukuran besar (karena jatuhnya lebih murah).
3. Hindari mentalitas 'obral'
Kalau saya membeli barang seharga Rp 100 ribu dengan Rp 60 ribu, bukan berarti Anda menghemat Rp 40 ribu. Barang itu barulah murah jika saya memang membutuhkannya. Sata hanya akan memanfaatkan masa obral untuk membeli barang kebutuhan sehari-hari. Jadi, saya akan membuat daftar prioritas dulu mana barang yang betul-betul saya dan keluarga saya butuhkan dan mana yang masih bisa ditunda atau tidak perlu dibeli sama sekali.
4. Lebih murah belum tentu berarti hemat.
Kalau barang yang murah itu mudah rusak dan membutuhkan perbaikan berkala, artinya barang tersebut mahal. Lebih baik membeli barang yang lebih mahal tetapi berkualitas baik sehingga lebih awet.
5. Abaikan godaan belanja lebih banyak begitu Anda naik gaji.
Ini berat bagi saya karena biasanya anak-anak menagih janji saya untuk membelikan barang atau makanan kesukaannya. Untuk hal ini saya akan berhemat di hari-hari sebelumnya demi membelanjakan lebih di hari yang saya janjikan. Saya menjelaskan kepada anak-anak bahwa barang yang mau dibeli haruslah yang benar-benar dibutuhkan dan tidak semua keinginan mereka harus dipenuhi karena bergantung pada isi dompet.
6. Tidak tergoda untuk memiliki dan menggunakan kartu kredit.
Pakar keuangan menyarankan, jangan memiliki kartu kredit lebih dari dua. Selain membingungkan, Anda pun cenderung berbelanja lebih banyak. Syukurlah, dari dulu pikiran saya tidak berubah, saya tidak tertarik untuk memiliki kartu kredit. Utang saya sudah banyak, kartu kredit hanya akan menambah daftar utang saya.
Dengan demikian, dibutuhkan kedisiplinan untuk tertib berbelanja. Saya akan benar-benar membelanjakan uang yang terbatas ini untuk keperluan yang betul-betul mendesak dan bermanfaat bagi keluarga. Untuk kepentingan pribadi saya tunda dulu sampai ada kejelasan masa karantina sampai kapan, apakah saya akan digaji bulan depan, WFH akan tetap ada atau tidak, sementara uang sekolah anak-anak tetap harus dibayar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H