Sisi menarik dari wanita ini adalah tidak hanya cantik secara fisik, melainkan juga cantik hatinya. Ia sosok wanita sederhana yang mengabdikan dirinya sebagai guru di tempatku mengajar. Wajahnya tak terpulas riasan apa pun, namun kecantikannya terpancar dari senyumnya dan gaya bicaranya yang lembut tapi tegas.
Wanita jebolan Sosiologi, UI, ini memiliki kemampuan membaca cepat sehingga tak jarang dalam sehari ia dapat melahap beberapa buku sekaligus. Di sekolah, ia tidak hanya pandai mengajar Sosiologi, tapi juga pernah mengajar Sejarah, Bahasa Indonesia, bahkan Siroh Nabi karena kekurangan guru pada saat itu. Sekarang, ia juga menulis buku paket Sosiologi, modul persiapan UN dan modul pembelajaran Prakarya untuk dipakai kalangan sendiri.
Setelah diberlakukannya kurikulum 2013, sekolah kewalahan mencari guru Prakarya sehingga menunjuk beliau sebagai salah satu pengajar Prakarya Tekstil. Bukannya tanpa alasan, tapi kemampuannya dalam bidang jahit-menjahit, merajut, menyulam, menguntai kalung mute, gelang kristal, flanel, serta membuat bros bunga patut diacungi jempol.
Sebagai wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, keteguhan prinsip dalam menjalankan kedisiplinan dan kesabarannya, menuntutnya lebih sabar dan bijaksana dalam menangani permasalahan siswa. Dari kedisiplinan berseragam yang menuntut siswa menjahit badge sekolah sendiri di halaman sekolah, keterlambatan siswa, hingga memotivasi dan mengikutsertakan siswa dalam berbagai lomba antarsekolah, lomba yang diadakan pihak universitas, sampai OSN.
Kekuatannya terpancar dari wajahnya yang lembut dan kata-katanya yang santun lagi tegas, sehingga disegani oleh para siswa. Beliau juga orang kedua, setelah kepala sekolah kami, Pak Ade Noor Syamsudin, S.Si, M.Pd., mengerakkan saya menulis buku paket Bahasa Indonesia dan Modul Superintensif UN untuk dipakai di sekolah. Perilakunya mencerminkan citra wanita Indonesia yang tegar, tegas, dan terampil.
Sebagai seorang ibu rumah tangga, wanita berdarah Minang-Sunda ini mengakui tidak pandai memasak tapi cukup paiwai dalam membuat Sate Padang dan bakso daging bebas MSG dan bahan pengawet. Hobi membacanya ternyata menurun pada anak sulungnya, Dzaky, yang saat ini masih duduk di kelas tiga SD. Di bawah didikannya, Dzaky tumbuh menjadi anak yang cerdas, kritis, dan shaleh. Begitu pula dengan anak kedua dan ketiganya, dan sekarang beliau sedang menantikan kelahiran anak keempatnya.
Selain itu, sebagai seorang istri, ia pun cukup tegar dalam mendampingi sang suami yang juga sibuk sebagai wakil kepala sekolah bidang kurikulum, Pak Endang Rancasa, S.Sc., M.Pd. Karena sama-sama sibuk, mereka menjadi saling memahami dan saling bekerja sama dalam mengurus buah hati mereka. Semoga pernikahan mereka sakinah, mawaddah, warahmah, serta dimudahkan dalam menghadapi proses persalinan nanti. Teruslah menginspirasi kami, Bu Dwi Andini!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H