Pertanyaan terlogis ini dijawab Aristoteles yakni untuk menciptakan karakter yang baik pada setiap penduduknya, politik ada untuk mendorong kebajikan itu sendiri. Lebih jauh, suatu komunitas politik memiliki tujuan yang terintegrasi ketika terjadi pertemuan antara pembentuk – pembentuknya. Artinya, tujuan yang menuju kebaikan bersama itu tidak bisa lagi bersifat partikular.
Jurgen Habermas mendefinisikan politik dalam paradigma komunikasi dimana ada keterkaitan antara pihak pemimpin dan yang dipimpin. Tujuan komunikasi dalam politik ini bertujuan untuk menciptakan sebuah konsensus politik. Olh karena itu, suara dari dunia kehidupan tidak boleh diabaikan.
Hannah arendt merumuskan politik sebagai komunikasi yang terjadi diantara masyarakat. Politik tidak berhenti sebatas pada pembentukan instansi – instansi politik yang bersifat formal. Namun lebih dari itu, ia berkembang dari sebuah komunikasi.
Gambaran tentang politik ini setidaknya telah mengerucut pada sebuah kesimpulan, yakni politik yang berfungsi untuk menciptakan sebuah common good yang dibangun dengan sebuah komunikasi, dimana komunikasi yang terjadi adalah setara dengan tidak saling mendominasi.
Bukankah sebenarnya inilah substansi politik yang sebenarnya? Individu mengorbankan kemerdekaan individunya bukan untuk mendapatkan sesuatu yang buruk, namun lebih dari itu untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik secara permanen. (RS)