Mengenang 10 tahun tragedi tsunami aceh
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar (taubat) ”. (QS. Ar Ruum: 41)
Jelas ada kesedihan tersendirimengenang 24 Desember 2004 silam. Tepatnya hari minggu, sekitar jam 9 pagi, saat kebanyakan orang sedang mengisi waktu liburan di tepi pantai. Tiba-tiba wanita dan anak-anak menjerit ketakutan, laki-laki bertaburan dan berteriak seakan dalam medan perang. Ratusan ribu warga berlarian sembari meneriakkan kalimat-kalimat tauhid. Kendaraan melaju kencang dan menabrak apa saja yang ada di depannya. Namun malang, air dengan kecepatan 800 km/jam itu tetap berhasil memporak-porandakan “serambi mekah” kala itu.
Kita saksikan dilayar televisi, rumah dan harta benda hanyut, manusia dan semua bangunan bercambur baur dengan air. Keesokan harinya dikabarkan sekitar dua ratus ribu korban jiwa hilang . Mayat-mayat perempuan dan laki-laki yang ngambang dipermukaan dan yang berhasil dievakuasi diangkat dan dikuburkan secara massal. Anak tak dapat menemukan orang tua nya, orang tua tidak dapat menemukan anaknya. Yang ada hanya jerit tangis. Bukan hanya dari aceh, seluruh nusantara berduka hari itu.
Mereka yang selamat tidak sedikit yang terdengar langsung terkena depresi dan gangguan jiwa lantaran menyaksikan air laut menjadi sangat tinggi dan melumat anak serta istri dan suaminya. Pengakuan dan kesaksian dari mereka yang selamat menambah kengerian tersendiri akan tragedi itu. Kisah ini mungkin masih jelas terbayang dimata warga aceh. Atau mungkin selamanya mereka tidak dapat melupakan kesedihan ini.
Namun kejadian ini bukanlah tanpa campur tangan ALLAH . IA memberi peringatan kepada manusia bahwa segala yang berasal dari Nya, akan kembali kepadaNya.Pun begitu, dalam tragedi mengenaskan yang menjadikan bangunan rata kembali dengan tanah ini, ALLAH menghendaki Masjid yang letaknya berada di tepi pantai saat itu tidak ikut bersama air laut. Ganasnya air laut saat itu seakan hanya permisi kepadanya untuk numpang lewat. ALLAH HUU AKBAR , sedikitnya 5 masjid dan mushola yang selamat menjadi tanda-tanda tersendiri bagi kebesaranNya.Sungguh seharusnya manusia bisa mengenali tanda-tandadan mengambil ibrah daripada tragedi ini.
Akhirnya, tragedi ini kita kenang sembari bermuhasabah diri kepada ALLAH. kepunyaanNya lah segala apa yang ada dilangit dan dibumi. IA pemiliksebaik-baiknya kerajaan di dunia dan akhirat.sungguh tak sepantasnya kita berbuat aniaya kepadaNya dengan tidak mensyukuri nikmatNya dan bepaling dari kewajiban-kewajiban terhadapNya. Mudah saja bagi ALLAH untuk mengambil apa-apa yang ada dibumi ini. semoga kita termasuk orang-orang yang sabar.
“Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tanpa hisab (tak terhingga).” (QS. Az Zumar: 10).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H