Mohon tunggu...
RIZKA PERMATA SARI Putri Reni
RIZKA PERMATA SARI Putri Reni Mohon Tunggu... -

Saya adalah anak pertama dari ibu bernama DAHRENI, menamatkan pendidikan di SD N 2 yukum jaya, SMPN 2 terbanggi besar, SMAN 1 BINTANG Martapura dan melanjutkan strata 1 di FKIP jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di Universitas SRIWIJAYA.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

elegei dalam hidup ibu

8 Februari 2014   09:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:02 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menatapi garis sendu dimata ibu

Menggambarkan kerinduannya akan hidup damai

Sepanjang malam diatas ranjang mewah iya tersedu-sedu

Sama sekali tidak pernah menikmati empuk kasur yang ia tiduri

Kisruh batin yangs selalu ia perangi sejak ia mempertahankan dinda dalam kandungan

Hingga dinda lahir perempuan tua itu masih saja membenci ibu

Ibu selalu jelaskan itu nenek

Itu nenek sayang

Tapi sekalipun aku tak pernah melihat ibu diperlakukan sebagai menantu

Lebih mirip sebagai seorang babu

Dan ibu yang jauh lebih gagah dari perempuan tua itu lebih memilih memasang badan

Dari pada sekedar melawan dengan omongan

Plak ! plak! Plak !

Aku pernah saksikan

Tangan keriput perempuan tua itu mendarat tajam dipipi ibu

Tanpa rasa iba sama sekali.

Masih saja tak ada perlawanan

Aku tidak mengerti mengapa mengapa ibu sanggup menahan itu

Aku pernah memaksa bertanya pada ibu

Ibu mengapa ibu?Mengapa bu?

Dengan raut pilu ia menjawab

“sabar sayang, ibu sedang berusaha mempertahankanmu “

Sudahlah bu, jika perempuan tua itu tak sudi menerima kita

Aku rela hidup di jalan asal kita berdua

Dan hari itu seorang ibu dan anak pergi meninggalkan istana

Turun ke jalan untuk sebuah kedamaian.

Turun dari ranjang mewah tidur diatas selembat tikar

Dan sebuah bantal yang ditiduri berdua

Tanpa selimut , tanpa penerangan,

Hanya saja aku merasa begini lebih hangat

Dari pada harus melihat ibu bangunsubuh tidur subuh bangun subuh

Ah,

Apa yang baru saja aku lamunkan

Bayang-bayang masa lalu belum juga surut dari ingatan ku

Dalam ruang sempit yang membuat kami selalu berdekatan

Aku pandangi lekat-lekat wajah ibu

Ia nampak lelah

Memejamkan mata seperti tak ingin bangun lagi

Tidak! Tidak ! tidak

Aku harus belajar giat

Aku harus belajar giat

Aku akan berjuang untuk wanita baja yang telah memperjuangkan ku

Aku harus sukses

Dan akan kubahagiakan ia yang telah meilih memperjuangkan aku

Dan mengorbankan hidupnya.

Ya tuhan ku

Jangan biarkan ajal menyentuhnya sebelum aku balas budinya

Sudah bu jangan risaukan lagi nasib anakmu

Lebih dari sekedar baju baru dan mmeiliki perempuan tua itu

Aku ucapkan terimakasih karena telah mempertahan kan aku

Dan berjuang untuk hidup ku

Terimakasih bu untuk semua pengorbananmu

Terimakasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun