Mohon tunggu...
Riska Maya Sari
Riska Maya Sari Mohon Tunggu... -

Mahasiswi di Universitas Sumatera Utara angkatan 2012 jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Saya berasal dari kota Pematang Siantar dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. tujuan masuk ke Kompasiana ingin mengasah kemampuan saya dalam menulis selain itu saya juga ingin berinteraksi dengan para anggota lain di Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Badai Diujung Penantian

11 April 2014   23:19 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:47 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cinta adalah ketika kamu menitikkan air mata, tetapi kau masih peduli kepadanya. Ketika dia meninggalkanmu kau masih setia menunggunya.

Sudah 2 tahun Maya menjalani hari-harinya bersama Raymond. Suka, duka, canda tawa dan tangis ia selalu bersamanya. Raymond adalah sosok yang sangat berharga baginya dan tak bisa tergantikan Raymond selalu menjaga, mencintai dan menyanyangi Maya sepenuh hati dan slalu menemani Maya dengan senyuman manisnya. Raymond selalu ada untuk Maya, kapanpun dan dimanapun ia berada.

Raymond adalah sosok yang ulet, rajin dan cerdas.Tidak heran dia mendapatkan pekerjaan yang cukup baik di pemerintahan.Raymond memilih pulau Jawa sebagai tempat untuk melanjutkan pekerjaannya. Mau tidak mau Raymond akan meninggalkan Maya sendiri dengan cinta mereka berdua. Maya tidak bisa sesering dulu lagi melihat senyumannya yang biasa menghiasi setiap waktu Maya.

Hari ini adalah waktu keberangkatan Raymond.Disinilah keutuhan dan kekuatan cinta mereka di uji. Waktu dan jarak akan menjadi saksi. Di dalam taksi Maya mengantarkan Raymond ke bandara.Maya hanya terdiam membisu.Perasaan sedih dan takut menghantuinya. Selama ini Maya tak pernah jauh dari Raymond namun ia harus di pisahkan oleh ruang dan waktu.

Detik-detik perpisahan sudah semakin dekat. Maya tak dapat membendung air matanya dan perasaannya menjadi tidak menentu. Maya yakin Raymond juga merasakan hal yang sama. Dengan kehangatannya Raymond menenangkan,menguatkannya agar dapat menerima semua kenyataan ini. Dan Raymond juga menyakinkannya bahwa jarak dan waktu bukanlah masalah, melainkan kesetian cinta diantara mereka berdua yang harus tetap kokoh dan kuat.

“Berjanjilah untukku bahwa kau akan setia menjaga cinta kita ini.”Ucap Raymond sambil mengusap air mata Maya yang sejak perjalanan tadi tidak berhenti.
“Aku janji, dan aku akan setia menunggumu.” Ucap Maya singkat sambil memeluknya. Dan tangis Maya pecah. Semua terasa berat, seakan ini tak adil bagi mereka berdua. Di belainya rambut Maya seraya agar Maya tetap tenang dan tegar.
Ia pun menggenggam kedua tangan Maya dan menatapnya dan berkata “Aku janji akan menjaga semua ini, dan aku akan kembali seperti sekarang ini dan membawa kembali cinta kita berdua.”Kata Raymond pada Maya.

Sejenak mereka berdua diam, membiarkan hati mereka berbicara. Perlahan Maya mulai melepaskan genggamannya dan dikecupnya kening Maya dengan penuh cinta. “I Love you”,” I love you too”. Kata singkat yang hanya dapat mewakili semua perasaan mereka berdua. Raymond pun melangkah dan mulai meninggalkan Maya. Sepanjang perjalanan pulang Maya hanya diam membisu dan sesekali air matanya berlinang.

Waktu bergulir dengan cepatnya.Tak terasa sudah 1 tahun 5 bulan, hubungan mereka berjalan dengan baik tanpa ada rintangan. Hanya saja perasaan rindu yang slalu menyiksa hati Maya. Tapi tidak sama halnya dengan Raymond, tak tahu mengapa suatu hari ia menyuruh Maya untuk melupakannya dan mencari penggantinya. Sebenarnya tak ada masalah diantara mereka berdua. Ia menyuruh Maya mencari penggantinya karena takut kalau Maya kesepian dan ternyata ia telah membagi cintanya dengan teman kerjanya di pulau penuh rintangan itu.

“Maya, maafkan aku telah membagi cintaku kepada orang lain dan tolong lupakan aku karena aku telah mengkhianatimu.”Ucap Raymond di telfon. Maya tak dapat berkata, hati sakit teriris oleh luka yang Raymond beri padanya. Raymond yang ia kenal dulu kini telah berubah. Raymond dulu sangat sayang dan slalu menjaganya tidak pernah membuat hatinya sakit, kini ia telah berbeda. Sekarang Maya berdiri tanpa pegangan dan ia bersandar tanpa sandaran.

Waktu terus berlalu, tidak ada sama sekali kabar dari raymond. Semenjak pernyataan itu ia tidak mau lagi mendengarkan kata-kata Maya lagi dan tak pernah lagi ia menjawab sms, e-mail bahkan pesan di facebook. Maya merasa sangat sedih dan kecewa. Maya sama sekali tidak bisa melupakan Raymond dari kehidupannya. Dan ia meninggalkan pesan terakhir di e-mailnya : “ Ray, cintaku padamu tidak akan pernah berubah dan aku akan setia menunggumu sampai saat ini dan jika nanti memang kau bukan milikku baru aku akan rela melepaskanmu untuk bahagiamu.”

Setelah itu ia putuskan untuk tidak mengganggu Raymond dan menghubunginya lagi walau ada rasa kerinduaan di hatinya. Maya menyibukkan dirinya agar dapat sejenak melupakan Raymond. Banyak teman pria Maya yang mendekatinya namun sosok Raymond sulit digantikan oleh orang lain.

Waktu terus berputar tanpa Maya sadari sudah 3 tahun ia telah berpisah dengan Raymond. Ia gelisah ingin sekali ia mendengar suara Raymond, melihat senyuman dan mengetahui kabar beritanya. Kapan Raymond akan kembali kepadanya dan apa Raymond masih berhubungan dengan gadis itu ? Entahlah Maya tak dapat berbuat banyak, yang hanya dapat ia lakukan hanyalah setia menunggu Raymond.

Dan pada suatu hari tiba-tiba“Drreettt…..drrreettt….” Hp Maya berdering tanda sms masuk. Ia buka perlahan pesan itu dan ternyata itu sms dari Raymond. Ingin rasanya ia menangis dan ia membaca ulang pesan itu baik-baik untuk menyakinkan. Maya merasa seperti bermimpi. “May, Apa kabar..” pesan singkat Raymond. Rasanya Maya ingin berteriak pada dunia agar dunia tahu bahwa ia sangat bahagia. Dan cepat ia membalas pesan itu.“Ray, aku baik-baik saja. Kamu bagaimana ? Kapan pulang ? Aku kangen banget sama kamu. Aku akan tetap menunggumu sampai kamu pulang.” Maya menunggu balasan darinya, namun ia tak membalas. Ia kian gelisah dan air mata selalu mengurai semua perasaan yang dirasakan.

Hingga suatu hari aku memberanikan diri untuk menelfonnya. Maya sudah bertekad untuk mendapat semua penjelasan darinya.“Ray” Hanya kata itu yang terucap dari bibirku. “May, maafin aku, karena aku sudah mengkhiatimu dan menghancurkan cinta kita berdua.Maafin aku.” Ucap Raymond padanya. Kata-kata itu membuat Maya terharu dan meneteskan air mata. Hingga ia tidak bisa berkata-kata.“Dan satu hal lagi sayang, aku sudah tidak bersama gadis yang aku pilih itu. Dia malah balik mengkhianatiku dan pergi bersama laki-laki lain. Jadi, sekarang aku baru merasakan hal yang sama waktu aku memutuskanmu dulu. Maafin aku, mungkin ini sudah terlambat.” Ujar Raymond kepada Maya. “Ray, aku masih seperti dulu yang masih setia menunggumu dan tidak ada yang bisa menggantikanmu.”jawab Maya.

Sejak saat itu Maya memutuskan untuk menjalin lagi hubungan cinta bersama Raymond yang dulu pernah kandas di tengah jalan. Dan Raymond berjanji tidak akan meninggalkan Maya lagi. Maya sangat senang dan merasa bahagia. Tinggal 3 bulan lagi kedatangan Raymond dan mereka berdua akan melangsungkan pernikahan. Akhirnya penantian Maya berbuah manis. Pernikahan? menikah dengan orang yang ia cintai. Rasanya seperti mimpi.

Hari ini adalah hari kepulangan Raymond dari Jawa. Maya dan kedua orang tuanya serta adik Raymond menuju bandara untuk menyambut kedatangan Raymond. Sebelum berangkat Raymond sempat smsan dengan Maya. “Sayang, aku senang akhirnya aku bisa pulang dan bisa melihatmu lagi jika di beri kesempatan, aku cinta kamu.” ucap Raymond menutup hp nya karena pesawat akan lepas landas.

Perasaan gembira menjadi duka dimana saat petugas bandara memberitahukan pesawat penerbangan JKT-MDN dinyatakan hilang. Teriak tangis memenuhi ruang tunggu. Maya sontak kaget karena itu adalah pesawat yang ditumpangi Raymond.Ia tak dapat membendung air matanya, badannya lemas bagai di sambar petir dan ia tak sadarkan diri. Saat Maya siuman ternyata ia sudah ada di rumah sakit. Maya hanya dapat meratapi kejadian ini. “Ya Tuhan, mengapa Engkau buat aku begini ? Dan mengapa Kau ambil dia dari sisiku ? Kenapa bukan aku saja ?” ucap Maya sambil menangis. Ibu dan adik Raymond memeluknya agar ia bisa tenang dan tabah menerima semua ini.

Sudah 1 minggu bangkai pesawat yang ditumpangi Raymond belum ditemukan sampai sekarang. Maya telah merasakan keputusasaan dan berfikir bahwa Raymond telah tiada. Maya mencoba untuk melupakan semua tentangnya dan membuka lembaran yang baru. Ia urungkan niatnya untuk menikah dengan Raymond dan dibuang jauh semua harpan-harapan indahnya bersama Raymond. Seluruh keluarga Maya juga keluarga Raymond pun ikut menguatkan nya dan memberikan banyak dukungan, namun perasaan itu tidak dapat ia elakkan bahwa Maya begitu mencintainya dan hanya ingin hidup bersamanya.

Ia jalani hari demi hari tanpa sosok dari Raymond hanya bayangan semu yang selalu merasuk dihati wanita lemah itu. Ia rasakan tiap denyut nadinya terasa begitu biasa saja tanpa semangat juga harapan. Sunyi dan sepi menemani perjalanan hidupnya setengah tahun terakhir ini. Maya merasa patah semangat dan segera ingin menyusul Raymond. Namun atas dukungan dari keluarga Maya dan keluarga Raymond ia mampu untuk tetap berdiri walau tak sekokoh dulu saat Raymond masih ada di sisinya.

Tepat pada hari ulang tahun Maya, ia dapati sebuah kotak kecil berpita diatas meja kerjanya. Perlahan ia buka dengan rasa penasaran yang begitu besarnya karena tidak ada sebelumnya dari keluarga yang memberikan ia kado ulang tahun diasaat merayakan ulang tahunnya, hanya Raymond lah yang begitu peduli atas hari ulang tahun Maya. Jantungnya terasa berdegup begitu hebatnya dan beribu harapan yang ia fikirkan salah satunya yaitu ia berharap bahwa isi kotak tersebut ialah cincin pernikahannya dengan Raymond yang sengaja Raymond siapkan sebagai kejutan untuk Maya. Namun Maya merasa itu hanyalah mimpi belaka. Ia buka satu persatu kaitan pita yang membungkus kotak tersebut dan perlahan ia mengangkat tutup dari kotak merah muda berpita itu. Sepucuk kertas yang berisikan tiket liburan ke bali, seketika Maya terdiam dan lemas. Maya begitu terheran karena apa yang diharapkan ternyata berbeda dengan isi yang ia dapatkan. Setelah itu Maya keluar dari kamar dan menanyakan soal kado tersebut kepada mamanya. Dengan nada heran mama menjawab bahwa ia juga tidak mengetahui siapa yang memberikan kado tersebut. Maya berfikir bahwa itu adalah ide papa yang begitu menginginkannya untuk kembali bersemangat lagi. Tanpa sepatah katapun Maya meninggalkan mamanya dan bergegas untuk pergi kerja.

Di kantor ia fikirkan kembali apakah benar ini adalah salah satu cara papanya agar Maya tidak mengingat tentang Raymond lagi atau bahkan ia hanya inginkan Maya untuk liburan sejenak. Maya memutuskan untuk pergi berlibur dengan tiket itu dengan tujuan menenangkan fikirannya sejenak, namun Maya tahu itu takkan mungkin berhasil untuk melupakan perasaannya kepada Raymond.

Tiba saatnya Maya menikmati hari libur tersebut dengan ditemani back pack kesayangannya yang dulu sering ia gunakan bersama Raymond saat menjadi seorang backpacker. Pakaian, handuk, cream kulit dan kamera sudah cukup untuk untuk bekal ia berlibur saat itu. Maya berangkat tanpa ada yang peduli seolah ia hidup sendiri dirumah yang cukup besar itu. Ia mulai perjalanan itu dengan menaiki taksi menuju bandara, ada perasaan takut bahkan trauma yang menusuk didalam hatinya. Ia takut akan merasakan hal yang sama seperti apa yang dialami oleh Raymond sang pangeran berkuda putih impiannya. Namun itu sudah menjadi keputusannya dan ia tidak boleh mundur. 5 jam perjalanan Medan-Bali telah ia lalui dan saatnya menuju hotel untuk beristirahat sejenak.

Keesokan paginya Maya berjalan menelusuri tepian pantai tanpa tujuan dan arah, hanya mengikuti jejak kaki melangkah. Panas terik tak menghiraukannya, ia terus berjalan dan berjalan, beberapa kali ia ambil sebuah objek foto untuk melengkapi liburan yang begitu sangat hening sama seperti perasaannya.

Tiba-tiba pandangannya tertuju pada sosok lelaki yang sedang berjemur menghadap kearah matahari, dan sosok itu begitu tidak asing baginya. Ia adalah sosok pangeran berkuda putih yang selama ini Maya tunggu-tunggu, lebih tepatnya ia adalah Raymond. Seketika jantung Maya berdenyut begitu cepat dan hatinya merasakan kebahagiaan yang begitu hebatnya. Maya berlari menuju sosok tersebut dengan tujuan untuk mengingatkannya kembali kepada Maya dan membawa Raymond pulang.

Langkah Maya terhenti dan seketika tubuhnya terkulai lemas saat seorang wanita menghampiri Raymond dengan sebuah kecupan dikeningnya. “oh tuhan, mengapa kau pertemukan aku dengannya saat ia tak lagi sendiri” ucap Maya dalam hati. Maya tak mampu lagi untuk meneteskan air mata hanya jeritan sekuat tenaganya yang dapat ia lakukan. Harapannya terbuang sia-sia dan hatinya begitu hancur walau Maya belum tahu pasti apakah lelaki itu benar-benar pangeran berkuda putihnya.

Sejak saat itu ia urungkan penantian panjangnya kepada raymond, Maya coba sekuat tenaga untuk melupakan sosok Raymond dalam kehidupannya. Maya sadar bahwa cinta tak harus memiliki dan jodoh telah diatur oleh Tuhan. Terhentilah segala penantian dan cita-citanya untuk hidup bersama dengan Raymond selamanya. Ia jalani hari-harinya kembali seperti saat ia belum mengenal sosok Raymond dalam hidupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun