Mohon tunggu...
Riska Ade Oktaviana
Riska Ade Oktaviana Mohon Tunggu... -

Saya adalah seorang wanita yang suka menjelajah dan berkarya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelabuhan Cintaku, Pantai Menganti

16 Oktober 2014   22:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:44 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1413449099925714178



Senja sore yang memerah terlihat apik nan estetik. Guratan sisa sang surya enggan untuk meninggalkan langit sore di Pantai Menganti. Bintang senja pun tak malu-malu menunjukkan dirinya. Kilau air laut tak luput dari pandangan mata. Bagai intan yang tersembunyi dalam sebuah kotak harta karun, sinarnya menyilaukan mata ketika kotak itu terbuka. Deburan ombak saling mengejar menyisakan suara alami seperti gemuruh. Sore itu sungguh indah. Aku menikmati kedamaian di pantai bersama kawanan burung yang terbang bebas di atas air laut. Ikan-ikan kecil dan pesona karang pun tak mau kalah berlomba menemaniku menghabiskan sisa hari. Kami seolah saling berbisik, berbicara, dan berinteraksi. Dalam gurauku, tak ada satu pun yang tahu perasaanku  saat itu.

Panorama Pantai Menganti nan asri sudah tersebar ke mana-mana. Telinga setiap orang sepertinya telah dimasuki hembusan kabar dari segala penjuru. Masyarakat mengenal Pantai Menganti sebagai tempat bersejarah. Sebuah tempat penantian seorang kekasih sampai akhir hayatnya. Kekasih yang tak kunjung datang setelah sekian lama dinanti. Pantai Menganti, pantai yang indah nan mempesona, penyimpan berjuta cerita. Pesona alam yang ditawarkan tak seindah kisah sejarah di sana. Kekasih yang diharapkan datang pun tak ada kabar, tak datang juga. Kesetiaan yang nyata ternyata hanya sebatas harapan kosong. Apalah daya, cinta memang membutakan mata. Segalanya terasa indah walaupun menyakitkan. Tak apalah menunggu lama. Cinta memang butuh pengorbanan. Biarpun orang menghujat dan menertawai, tapi ketulusan cinta tak dapat dipatahkan begitu saja. Waktu bukanlah penghalang untuk bertemu Sang Kekasih. Biar pun perlahan-lahan usia dimakan oleh waktu, namun kekasih yang diharapkan datang akan selalu dinanti di Pantai Menganti. Inilah hubungan jarak jauh sejauh-jauhnya. Perbedaan alam. Sejarah Pantai Menganti. Aku berharap kekasihku akan datang dalam penantianku ini.

Tiga tahun yang lalu, tumbuh benih-benih asmara dalam hatiku. Semakin lama semakin berkembang dengan indah. Tak kuasa aku menahan gejolak asmara terhadap dirinya. Bunga-bunga asmara itu pun terasa nyata dalam diriku. Inilah kali pertama aku bertemu dengan seorang lelaki yang mampu menghidupkan jiwaku lagi. Dia adalah seorang pendatang jauh dari kota. Kami bertemu di bawah hangatnya surya senja Pantai Menganti. Aku jatuh cinta.

Sapaan hangat dilontarkan lelaki itu kepadaku saat aku sedang tenggelam dalam langit abu. Dia tersenyum dengan ramah meskipun aku mengabaikannya. Tanpa kenal lelah, dia terus mengajakku bicara. Aku masih terdiam. Dia mulai menceritakan pengalamannya setelah beberapa hari singgah di Desa Menganti. Aku tak peduli dan terus terdiam. Keheningan melintas beberapa lama di antara kami. Rupanya lelaki itu menginginkan sebuah umpan balik dari semua pertanyaan dan pembicaraan yang diajukan. Dia kembali bercerita membagikan cerita hidup. Dia selalu tertawa dan dapat mengekspresikan segala rasa. Malam akan segera datang. Dia ijin kembali ke penginapan dan meninggalkan sebuah gelang di samping tempat dudukku. Tak lama berselang, aku menyusul lelaki itu untuk pulang dengan membawa gelang yang ditinggalkan.

Sore kembali mengajakku berdiam menyepi di pantai. Sore ini aku terlihat lebih semangat dan ceria. Lelaki yang tak sengaja bertemu denganku kemarin nampaknya sengaja menemuiku lagi. Kami duduk berdua dalam balutan romantika Pantai Menganti. Dia menyapaku dengan hangat seperti sore lalu. Aku pun membalasnya sembari bertanya perihal gelang yang ditinggalkan kemarin. Akhirnya aku mulai membuka diri. Kami saling memberi umpan balik atas pertanyaan dan pembicaraan masing-masing. Aku seperti menemukan jiwaku yang hilang. Sesaat jiwaku hidup dan mengajak untuk menata kembali hidup yang masih panjang. Aku merasa tenang bersamanya. Kedamaian menyelimutiku saat di samping dirinya. Ternyata kami saling memiliki rasa. Cinta pada pandangan pertama.

Hubungan kami baru seumur jagung. Tetapi keyakinan hati kami harus dibangun selayaknya sepasang kekasih yang telah lama bersama. Jujur dan percaya menjadi tameng hebat dalam hubungan kami. Walaupun harus terpisah jauh, namun komunikasi tidak akan pernah putus. Kemesraan akan selalu terasa walau tak saling bertemu. Sejarah Pantai Menganti akan kubuat indah sebagai kisahku bersama kekasih. Aku memang menanti kekasihku datang menemuiku di senja sore Pantai Menganti. Kami telah berjanji untuk selalu bersama. Tak apa walau harus menjalani hubungan cinta  jarak jauh. Aku di sini  bersama senja sore menganti, menanti kekasihku yang jauh di kota. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun