Mohon tunggu...
Rini Zahroh
Rini Zahroh Mohon Tunggu... -

Member of Psychology UIN Maliki Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Padat Semakin Padat, Sepi Semakin Sepi

1 Desember 2014   08:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:22 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Yang padat semakin padat, yang sepi semakin sepi. Itulah Indonesia saat ini. Tahu nggak maksutnya? Pasti udah ada bayangan kan mau bahas apa? Eh eh, bukan konser musik band terkenal atau yang nggak terkenal lo ya,,

Iya, iya, ini lagi bahas jumlah penduduk yang nggak rata di Indonesia. Kenapa bisa nggak rata ya? Coba bayangkan ya!

Indonesia terdiri dari pulau – pulau yang sekian banyaknya. Ada yang sudah berpenduduk, ada yang masih kosong. Karena penjajahan bangsa Eropa ke Asia penduduk yang terusik mulai menempati pulau – pulau kosong. Dengan demikian sebagian besar pulau terisi, walaupun banyak pulau kecil yang sampai sekarang belum terisi. Namun secara keseluruhan telah merata.

Selanjutnya karena terbentuk ibu kota yaitu Jakarta, menjadikan pembangunan lebih diutamakan di ibu kota tersebut. Segala prasarana dan fasilitas dilengkapi dan terus diperbaharui agar pelayan – pelayan rakyat terfasilitasi dan dapat optimal dalam melayani kebutuhan rakyat.

Oleh karenanya penduduk secara tidak langsung berpusat pada Jakarta. Ada yang hanya berpatok pada ibu kota untuk mengembangkan fasilitas di daerahnya. Hal ini sangat positif sekali bagi meratanya fasilitas di daerah – daerah. Namun jarang sekali orang berfikiran seperti itu karena terlalu rumit atau alasan – alasan lainnya.

Sebagian besar dari penduduk yang tidak berada di ibu kota lebih memilih terjun langsung di Ibu kota untuk menikmati fasilitas yang ada disana. Misalnya orang tua kita mengirim kita untuk bersekolah di Ibu kota karena disana fasilitas sekolah lebih lengkap dan bagus daripada di desa.

Bukan hanya fasilitas pendidikan, ada pula yang datang ke Jakarta untuk pengobatan. Karena memang di Indonesia hanya Jakarta yang fasilitas rumah sakitnya memadai. Sehingga orang – orang berusaha mencari pengobatan yang lengkap. Karena tidak mungkin tidak orang yang ingin sembuh.

Hal yang paling membuat ibu kota sesak adalah fakta bahwa awal perkembangan Jakarta, Jakara membutuhkan banyak sekali tenaga kerja. Bukan hanya dari kepemerintahannya, tetapi juga dalam pemenuhan fasilitas dan dan pemenuhan kebutuhan sehari – hari manyarakat di ibu kota.

Semakin lama Jakarta semakin padat karena masyarakat banyak yang merantau untuk mencari pekerjaan dan lain sebagainya. Rumor mencari pekerjaan di Jakarta mudah yang dulu terbukti sekarang hanyalah rumor belaka.

Karena semua yaitu penduduk asli dan pendatang di Jakarta terlalu membeludak sedangkan lapangan pekerjaan yang terbatas serta kreatifitas atau kesadaran membuat lapangan kerja sendiri sangat minim.

Harusnya orang yang merantau untuk mencari pekerjaan itu sadar bahwa mencari pekerjaan di zaman sekarang sangat sulit jika tanpa keahlian. sehingga lebih mengembangkan dirinya dulu kemudian menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.

Selain itu pemerintah harus memeratakan penduduk dan memeratakan fasilitas agar tidak menumpuk di satu tempat saja. Memang butuh waktu yang lama bagi pemerintah untuk menciptakan hal tersebut jika tidak ada kesadaran dari masyarakat. Jadi sebaiknya kita sebagai masyarakat harus memulai perubahan dengan berusaha mandiri menciptakan lapangan pekerjaan baru sekreatif mungin dan mengajak masyarakat yang lain utntuk ikut andil dalam pengembangan daerah yang ditinggalinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun