Mohon tunggu...
Rini Zahroh
Rini Zahroh Mohon Tunggu... -

Member of Psychology UIN Maliki Malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kebudayaan yang Terus Diremehkan

1 Desember 2014   09:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:22 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suara derap kaki orang berlari terdengar di lorong hingga di telinga Natasya. Natasya sudah tahu itu pasti suara teman Fei teman sekelasnya yang baru datang jadi Natasya telah siap menutup telinganya sebelum Fei masuk kelas.

“Assalamualaikum. PAGI ASYAAAAAAAAA!!” Sapa Fei dengan suara melengking yang nggak kalah melengking dari peluit satpam, suara yang menohok telinga Natasya seperti petir yang nyambar langsung disebelahnya.

“Suaramu nggak sekeras biasanya. Walaupun masih sekeras petir sih. Kenapa kamu?” Jawab Asya dengan datar.

“Lagi bingung nih.” Suara Fei semakin mengecil hingga Asya bengong sendiri melihat temannya yang biasanya super lebay sekarang jadi super kalem.

“Ngomong itu yang stabil dong volumenya, yang pas. Nggak dikit – dikit keras dikit – dikit pelan.” Protes Natasya.

“Lagi bingung nih milih ekstra kulikuler. Aku pengennya si ikut modern dance. Tapi mamaku nggak setuju. Aku disuruh Tradisional dance.”

“Yaelah masalah itu doang, Lebay mu nggak sembuh ya ternyata.” Natasya merespo dengan lebih cuek dari awal Fei datang. Namun Fei sudah terbiasa dengan tingkat kecuekkan temannya itu.

“Trus aku harus milih yang mana Sya?” Fei pasang muka melas se-melas – melas-nya.

“Tradisional.” Natasya menjawab dengan singkat.

“Syaa... Please deh. Udah nggak zaman tari – tari gituan. Mau tarok dimana muka ku kalau di tanya orang “Bakatmu apa?” trus aku jawab menari jaipong gitu? atau kuda lumping?. IIIIIHH.. Nggak banget Sya!”

“Aku ikut Tradisional Dance dan aku nggak malu jawabnya. Karena itu budaya ku. Bahkan itu yang membuat kita beda. Kamu tahu apa yang ditonjolkan Bali selain keindahan alamnya? Budaya kan? dan itu kebudayaan tari mereka. Mereka nggak malu. Justru bangga. Sekarang ganti aku yang nanya, kamu tahu tari Mandau dari mana?” Natasya mulai tertarik dengan pembicaraan mangkanya ngomong panjang lebar. Tapi belum volume karena belum dikali tinggi ya.

“Emm.....(1 Abad kemudian)” Fei pakai muka mikir serius.

“Tahu kan itu tari tradisional Indonesia?. Kamu orang mana Fei?. Nggak malu kamu?. Kalau aku malu si malu Fei. Aku orang Indonesia tapi nggak tahu budaya sendiri. Memang di era globalisasi kita bisa mengembangkan budaya kita dengan mengkombinasikan dengan budaya asing, namun kita harus tetap menjaga kebudayaan asli kita. Karena itu adalah identitas kita yang kaya akan budayanya.”

“Speacless aku Sya. Iya deh aku coba dulu masuk tradisional dance. Nyoba suka dulu ya..” Sekarang Fei pasang muka pasrah.

~Tamat~

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun