Mari kita duduk sejenak
Dan bercermin pada nurani
Sembari memakai kaca mata rakyat
Mencobamemahami dan menyelami
Hidup rakyat dengan asa dan mimpi yang berserak
Segala pikiran mereka yang memenuhi benak
Harapan mereka yang kadang membuat hati sesak
Tak hanya bersapa atau bertanya
Tapi ikuti hidup mereka
Orang-orang desa yang sederhana
Yang kadang pikirannya pun sederhana
Entah apa yang bisa memenuhi perutnya
Tak berpikir kenyang atau tiada
Dan hari ini bisa makan apa
Orang-orang kota yang jauh dari kaya
Yang kadang pikirannya pun tidak kaya
Mencoba peruntungan menghidupi keluarga
Yang hasihnya jauh dari seberapa
Terpinggirkan dari segala fasilitas serba ada
Mengais rezeki dari sisa-sisa
Orang-orang yang terbelit dan terlilit kemiskinan
Yang bingung menyambung hidup
Dan memanjangkan napas
Entah dengan apa mampu bertahan
Hanya lemah menunggu kematian
Tak berdaya dalam ketiadaan dan kepapaan
Orang-orang yang mencari tempat berteduh
Dan pasrah berlindung di mana
Karena tempat tinggal seadanya
Dengan bedeng-bedeng lusuh
Atau bahkan bertiang angin beratap langit
Beralas tanah meringkuk dalam kedinginan
Dan terpanggang dalam kepanasan
Orang-orang yang jungkir-balik bekerja
Yang hanya dapat uang tak seberapa
Yang tak mampu menghidupi keluarganya
Bahkan untuk seorang nyawa dirinya
Menahan tangis mendengar keluh anak-anaknya
Yang harus dipenuhi kebutuhannya
Walau kadang mengorbankan hidup dirinya
Demi kebahagiaan orang-orang tercinta
Orang-orang yang harus merelakan anak-anaknya bekerja
Membantu menafkahi keluarga
Memenuhi kebutuhan hidup yang kian meninggi
Dan jauh melambung ngeri
Membumbung tak terkendali
Bahkan untuk sesuap nasi tak terpenuhi
Bocah-bocah kecil tak sekolah terpaksa
Menanggalkan keceriaan dan kebahagiaannya
Karena tuntutan ekonomi keluarga
Orang-orang yang tak mampu mengenyam pendidikan
Yang berkubang dalam kebodohan
Hingga menjerat mereka pada kemiskinan
Bahkan kadang menyeret pada kejahatan
Biaya sekolah tinggi dengan kebutuhan gono-gini
Lebih baik untuk biaya makan hari ini
Orang-orang yang berselimut dalam kefakiran panjang
Yang berdesakan dalam kekumuhan
Yang hanya bisa memungut makanan terbuang
Memenuhi tuntutan perut
Bahkan sering sabar menahan lapar
Tak satupun yang bisa disantap
Hingga berpuasa setiap hari hal yang biasa
Orang-orang yang terpaksa sakit
Dan terabaikan sakit
Yang merelakan hidupnya dalam kesakitan
Sebab biaya pengobatan tinggi
Entah dengan apa harus menebusnya
Kesehatan adalah sesuatu yang mahal
Yang kadang tak memihak pada kesembuhan
Orang miskin dan terpinggirkan
Mari memakai hati…
Bayangkan kondisi mereka pada diri
Rasakan derita rakyat jelata
Rasakan bahagia ala mereka
Yang mungkin sengsara bagi penguasa
Atau orang kaya bergelimang harta
Biar kita mengerti …
Hidup mereka sangat sederhana
Bahkan cenderung teramat ala kadarnya
Hidup bersama mereka dalam kemelaratan
Membuat kita sedikitnya memahami
Peduli, simpati, dan empati …
Akan segala kesulitan dan kesempitan mereka
Jadi…
Berpikirlah bijak dengan kebeningan hati
Dalam menentukan kebijakan
Yang berpihak pada rakyat jelata
Bukan pada kepentingan kelompok
Atau pribadi semata
Yang mengatasnamakan negara
Atau kesejahteraan bangsa katanya
Tapi akhirnya….
Menambah beban hidup mereka kian sulit
Hingga membuat mereka menjerit
Karena hidup kian menghimpit
Jangan lukai hati rakyat!
Penguasa adalah pelayan rakyat
Bekerja untuk kesejahteraan rakyat
Berjuang untuk kemajuan bangsa dan masyarakat
Emban kepercayaan rakyat
Laksanakan dengan jujur amanat rakyat
Berkhianat pada rakyat
Ingat Tuhan kan melaknat
Ingat…bangsa ini kan jauh dari rahmat!
Pondok Aren, 31 Maret 2012
(Teruntuk para wakil rakyat yang baru dilantik, presiden terpilih,
para pemimpin negeri, dan politisi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H