Mohon tunggu...
Ridha Muslimah
Ridha Muslimah Mohon Tunggu... -

Pendidik, mengajar di SMP Swasta

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Perokok Itu Orang Egois

31 Mei 2014   17:30 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:53 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merokok merupakan aktivitas yang sia-sia. Selain membuang uang hanya untuk kesenangan semu, rokok merusak kesehatan dan dapat mengakibatkan pada kematian. Beberapa ulama bahkan mengharamkan rokok karena tidak ada manfaat sama sekali, banyak mudharatnya, dan menzholimi diri-sendiri. Tidak hanya merusak diri, bahkan bisa merusak orang lain yang tidak merokok, atau kita sebut dengan perokok pasif.
Kita dapat melihat kepribadian dan karakter seseorang dari kebiasaannya merokok, apalagi bila sudah kecanduan. Orang yang sudah bersahabat karib dengan rokok, sulit berpisah walau seberapa menit. Bahkan rokok melebihi kekasih yang ia cintai, sehingga bagi para perokok terciptalah slogan yang telah tertanam di otak bawah sadarnya, "tiada hari tanpa rokok".
Orang yang yang telah menganggap rokok menjadi bagian hidupnya yang tak terpisahkan, sering tak menganggap orang-orang di sekitarnya ada. Tanpa peduli ada orang di kiri-kanan, depan-belakang, perokok mengisap rokok dan menyebarkan asap rokok ke mana-mana. Asapnya mengebul pada orang-orang di sekitarnya tanpa peduli orang lain tak suka atau tak menginginkan asap terhirup olehnya.
Pemandangan seperti ini sering kita dapati di mana-mana. Di angkot, di bus, di halte, di pinggir jalan, di warteg, dan di tempat-tempat umum lainnya, bahkan di sekolah dan kampus! Perokok mengebul-ngebulkan asap tak menghiraukan di sekelilingnya ada anak kecil, wanita hamil, ibu-ibu punya bayi, remaja putri, bahkan pelajar. Yang lebih miris kadang mereka seenak perutnya menyebarkan racun tersebut tanpa memikirkan akibat terhadap orang-orang di sekitarnya. Saat ditegur, mereka lebih galak dari orang yang menegur dan sumpah serapah pun kadang keluar sangat sengit dan tak pantas.
Saya pernah menegur penumpang bus yang sebagian besar para lelakinya merokok mengebul-ngebul asapnya sepanjang perjalanan. Di sana banyak anak-anak juga yang ternyata mabuk perjalanan. Ditambah lagi asap rokok yang memenuhi bus. Saya juga termasuk orang yang tak kuat dengan asap rokok. Tetapi bukan itu juga masalahnya. Saya lebih melihat sisi anak-anak yang tak berdaya. "Kasihan tuh Pak, anak-anak pada mabok apalagi banyak asap rokoknya." Yang terjadi, saya diserang dan jadi bulan-bulanan penumpang bus. "Kalau nggak mau kena asap rokok, naik taksi, Mbak!
"Naik kapal terbang aja, Mbak!"
"Sok amat sih!"
Dan seterusnya yang membuat kuping ini panas.
Setelah saya diserang habis-habisan, beberapa anak muntah-muntah. Wah kondisi demikian bukan membuat para perokok prihatin dan peduli, mereka terus saja merokok. Yah, yang ada dalam benak mereka, anak-anak itu muntah bukan kena asap rokok kok, tapi memang masuk angin aja atau mabuk perjalanan.
Pernah juga, saat di bus saya menegur beberapa bapak-bapak yang seenak udelnya merokok di bulan puasa. Ya, jelas saja mereka ini sangat tidak menghargai orang-orang di sekitarnya dan kesucian bulan Ramadhan itu sendiri. Akibatnya, saya didamprat habis-habisan oleh mereka walau ada juga yang mematikan rokok. Padahal teguran saya cukup halus kok.
Yang lebih membuat saya prihatin, saya pernah naik angkot yang isinya segerombolan anak-anak SMP. Di ujung bangku, terdapat ibu-ibu hamil. Anak-anak pelajar yang masih ingusan ini dengan seenaknya merokok dengan kebulan asap yang pekat. Saya sengaja membiarkan beberapa menit kondisi ini untuk melihat tingkah mereka. Ternyata, mereka sibuk dengan urusan rokok dan obrolan tawa walau mereka tahu ibu hamil yang di ujung sana sejak lama menutup hidungnya dengan tissue sambil mengibas-mengibaskan tangan. Mereka pun tak peduli dengan kondisi saya yang terbatuk-batuk. Akhirnya saya menegur mereka.
"Mas-mas SMP yang baik, ini angkot, tempat umum lho. Lihat itu ibu-ibu hamil di ujung sana dah nggak tahan dengan asap rokok kalian. Dia juga sama kayak kalian, pengen nikmati perjalanan dengan nyaman."
Bahasa halus kayak gini nggak dimengerti oleh mereka. Duh,anak-anak muda, di mana nalar kalian ya. Nggak ada respon. Akhirnya, dengan wajah yang ditekuk, keluar juga kata-kata saya yang agak tinggi.
"Dek, tolong mati kan rokok kalian. Ini angkot!" Barulah satu-persatu mematikan rokok.
Tapi pernah juga saya menegur anak kecil sekitar dua belasan tahun dengan pakaian rapi di malam minggu di angkot. Di sekitarnya banyak ibu-ibu yang menutup hidungnya. Kondisi ini berlangsung lebih dari 30 menit tapi tak satupun orang menegurnya dan anak kecil tersebut dengan santainya tak peduli dengan orang di sekelilingnya, tetap saja mengebulkan asap rokoknya.
"Dek, kalau mau merokok di bangku dekat pintu aja sana. Lihat tuh, ibu-ibu pada nggak kuat sama asap rokokmu!"
Saya sih berharap dia mematikan rokok. Eh tapi apa yang terjadi, ternyata ia benar-benar mengikuti omongan saya, pindah tempat, dan duduk di bangku kecil dekat pintu, menghadap ke luar masih mengebulkan rokoknya. Salah teguran. Seharusnya saya langsung tegur, "Matikan rokokmu!"
Saya banyak menemui, istri dari perokok yang mengalami sakit paru-paru dan meninggal lebih dahulu daripada suaminya. Didiagnosis oleh dokter diakibatkan asap rokok. Hal ini dialami oleh teman-teman saya. Mereka menyadari bapak-bapak mereka memang perokok, tapi mereka sulit menghentikan kondisi seperti ini apalagi ibu-ibu mereka adalah tipe istri yang setia dan maklum dengan yang dilakukan suaminya.
Bahaya rokok bukan tidak diketahui oleh para perokok. Mereka banyak yang sudah tahu walau ada juga yang memang bebal ngotot tidak berbahaya. Saya pernah juga kena damprat tetangga saya yang suami-istri perokok berat ketika dia mengebul-ngebulkan rokok di depan saya saat berbincang-bincang dengannya. "Gua seumur-umur ngerokok, semua sodara cewek gua ngerokok, ampe dah punya anak tiga dah gede-gede kayak gini, nggak kenapa-napa tuh. Anak-anak gua juga sehat-sehat aja tuh. Busyit, kalau ada orang bilang ngerokok ngebunuh kita atawa buat jantungan, bikin mandul! Buktinya gua! Gua brojolin anak tiga, gua nggak mandul!"
Wes, susah juga ya ngomong sama orang yang sudah kecanduan rokok, apalagi yang mengaku dirinya tak apa-apa. Tapi orang lain yang ada di sekitarnya, apakah seperti dirinya?
Ada juga sih perokok yang menyadari bahaya rokok baik buat orang lain maupun buat dirinya. Tapi karena sudah kecanduan, sulit melepaskannya. Akhirnya memilih merokok di tempat lain atau di komunitas para perokok. Lebih baiklah, walau ia sulit menahan hawa nafsunya.
Terlepas para perokok berkelit atau punya alasan sendiri mengapa ia merokok, yang jelas, yang namanya rokok itu berbahaya bagi kesehatan. Itu tak dapat dipungkiri, terutama bagi perokok pasif yang tidak merokok tapi turut mengisap racun rokok. Dan dari yang saya amati dari lingkungan saya terhadap para perokok, saya menarik kesimpulan ekstrem bahwa para perokok adalah orang-orang egois yang hanya mementingkan kesenangan pribadi tanpa memikirkan yang orang lain rasakan. Kepribadian orang yang merokok selain egois, ia juga sulit mengendalikan diri, boros, dan cenderung tidak menghargai orang lain. Yah, Indonesia yang bebas dengan para perokok dipenuhi oleh orang-orang seperti ini.
Alangkah senangnya bila kondisi sekeliling kita sehat dan bebas dari asap rokok. Generasinya pun bebas dari racun yang menggerogoti masa depan dan perlahan-lahan mematikan ini. Kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan agar tercipta lingkungan yang bebas asap rokok dan kepribadian buruk yang menyertainya. Semoga kita termasuk orang-orang yang peduli yang dapat mewujudkannya dan melindungi anak-cucu dan generasi di sekitar kita terlindung dari bahaya rokok.
Selamat memperingati Hari Tanpa Tembakau Dunia 31 Mei. Mari Peduli.
Ridha MS, Tangsel, 31514

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun