Mohon tunggu...
Ridha Muslimah
Ridha Muslimah Mohon Tunggu... Guru - Pendidik, Penulis, Pendongeng

Pendidik, mengajar di SMP Swasta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bingkai Kehidupan, Sebuah Analogi Diri

28 Mei 2014   03:33 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:02 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di sebuah galeri, terdapat empat buah lukisan kanvas. Lukisan pertama merupakan lukisan yang luar biasanya indahnya. Ia adalah karya seni yang sempurna. Perpaduan warna yang cerah dan goresan yang halus dari pelukisnya membuat lukisan ini benar-benar menakjubkan. Karena keistimewaannya, pelukis membuat lukisan yang sama miripnya dengan lukisan yang pertama. Jadilah ini lukisan yang kedua yang sama istimewanya. Semua orang mengakui bahwa kedua lukisan tersebut sangat indah. Apalagi pelukisnya adalah pelukis ternama.
Lukisan ketiga, adalah lukisan yang dapat dikategorikan lukisan biasa saja. Goresannya tampak kasar tetapi memiliki perpaduan warna yang indah. Beberapa orang mengakui bahwa ini karya seni yang indah namun yang lainnya berpendapat ini karya amatiran. Walau demikian, pelukis membuat duplikat lukisan tersebut, sama miripnya. Jadilah ini menjadi lukisan keempat. 
Pemilik galeri memiliki empat bingkai untuk keempat lukisan tersebut. Bingkai pertama, bingkai yang sangat mahal dan mewah, terbuat dari emas bertaburkan permata yang berkilau. Bingkai yang seperti ini ada dua buah. Bingkai yang selanjutnya adalah bingkai kayu biasa berwarna hitam, tanpa ukiran, tanpa hiasan. Bingkai yang seperti ini juga ada dua buah. Pemilik galeri memasangkan bingkai emas permata pada lukisan kedua dan keempat, dan memasangkan bingkai kayu hitam pada lukisan pertama dan ketiga. Kemudian empat lukisan tersebut dipajang di galeri. 
Para pengunjung sangat menyukai lukisan kedua. Ia menjadi primadona. Semua berdecak kagum dengan keindahannya. Pengunjung pun menggemari lukisan yang keempat. Semua terpesona akan keindahannya padahal sebelumnya lukisan tersebut tampak biasa saja. 
Bagaimana nasib lukisan yang pertama dan ketiga? Lukisan pertama memudar keindahannya dan tampak biasa saja. Walau sama gambarnya dengan lukisan kedua, tetapi pengunjung lebih menyukai lukisan kedua. Lukisan ketiga, sungguh tragis nasibnya! Pengunjung tak ingin memandangnya lebih lama. Lukisan ini, di mata pengunjung nampak jauh dari biasa. Ia tidak memiliki daya pesona.
Sudah berhari-hari keempat lukisan tersebut dipajang dan penuh dengan debu. Suatu ketika, saat penjaga galeri sedang membersihkan lukisan keempat, pemilik memanggilnya dan memintanya untuk melakukan sesuatu di gudang, sementara ia belum sempat membersihkan lukisan lainnya. Bersamaan dengan itu, masuklah seorang pengunjung dan melihat lukisan-lukisan tersebut. Pengunjung tersebut terpesona dengan lukisan keempat karena tampak indah dan memancarkan keistimewaan. Menurut pengunjung tersebut, lukisan ini merupakan karya seni yang luar biasa eloknya. Cantik tiada tara. Ia berani membeli mahal lukisan tersebut walau bukan digores pelukis ternama. Pemilik galeri menawarkan lukisan yang pertama dan kedua pada pengunjung tersebut karena lukisan ini sangat indah dan dilukis oleh pelukis ternama . Namun pengunjung tersebut mengatakan, "Lukisan ini indah, tapi entah mengapa saya hanya melihat kesuraman padanya. Sepertinya, warnanya mulai memudar." Lalu pengunjung tersebut menunjuk pada lukisan yang ketiga. "Yang ini, walau sama lukisannya dengan yang akan kubeli, tapi tampak buruk! Aku tak tahu mengapa ia tampak redup dan buram. Keindahannya tiada tampak!"
Masuklah pengunjung lain. Mereka pun berkomentar yang sama dan ingin memiliki lukisan keempat. Lukisan keempat benar-benar jadi primadona dan rebutan. Akhirnya terjadilah pelelangan di antara mereka. Pelelangan sangat sengit dan seru. Harga tertinggi sekian milyar dimenangkan oleh pengunjung pertama. Lukisan tersebut laku terjual dengan harga yang sangat tinggi!  ===== ===== ===== ===== ===== ====
Dari cerita tersebut, apa yang dapat kita ambil pelajaran? Tentu, ada hikmah yang berkaitan dengan kehidupan kita. Anggap saja lukisan itu kita. Lukisan pertama adalah insan yang diciptakan Tuhan dengan fisik yang bagus dan sempurna namun ia bingkaikan dirinya dengan budi pekerti yang biasa saja dan cenderung jauh dari kebaikan. Lukisan kedua, adalah insan yang diciptakan Tuhan dengan fisik yang bagus dan sempurna kemudian ia bingkaikan dengan budi pekerti yang luhur dan ia hiasi dengan kebaikan. Lukisan ketiga Tuhan berikan fisik yang biasa saja, namun ia nampak jauh dari biasa dan dapat dikatakan buruk karena ia bingkaikan kehidupannya dengan akhlak yang buruk. Lukisan keempat, Tuhan berikan fisik biasa saja, tetapi ia nampak istimewa dan terpancar kecantikannya karena hidupnya ia bingkaikan dengan akhlak mulia.
Lalu, mengapa akhirnya orang jadi menyukai tipe orang lukisan keempat dibandingkan tipe lukisan pertama pada ilustrasi tersebut? Tentu karena tipe orang pada lukisan pertama tak memelihara keindahan dirinya dengan ketakwaan sehingga tertutuplah keindahannya dengan debu-debu dosa. Tipe orang pada lukisan keempat semakin memancar 'inner beauty'-nya karena ditunjang dengan kebersihan hati dan ketakwaannya sehingga tampak sangat indah dan semakin disukai orang. Debu-debu dosa yang melekat pada dirinya ia bersihkan. 
Sejatinya, akan lebih indah bila hal ini dapat dilakukan oleh tipe lukisan kedua. Sudah cantik/tampan, pintar, baik akhlaknya, sholeh pula! Sungguh, siapapun akan senang bergaul dengannya. Secantik atau setampan apapun kita bila tidak dibingkaikan dengan budi pekerti yang luhur dan berdebu dengan keburukan, kemaksiatan, ataupun ingkar pada Tuhan, maka serasa luntur kecantikan atau ketampanannya. Kecantikan akhlak adalah sesuatu yang jauh berharga dari emas dan permata. Alangkah indahnya, bila semua insan dapat menjaga hidupnya dengan bingkai akhlak mulia dan memelihara dirinya dengan keimanan dan ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa. Insan seperti inilah yang membuat damai di bumi serta yang dijanjikan Tuhan mendapat keridhaan-Nya di dunia dan di akhirat. Lalu, tipe lukisan yang manakah diri kita?
Renungan malamRidha M. S.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun