Mohon tunggu...
Riawan Djack
Riawan Djack Mohon Tunggu... wiraswasta -

My Family is the best

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Beginilah Hidup Rakyat Pedalaman Kalimantan

3 Oktober 2011   05:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:23 5829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

[caption id="attachment_139090" align="aligncenter" width="614" caption="Perkampungan Desa Data Dian"][/caption]

Saat menangani sebuah pekerjaan di pedalaman Kalimantan. Saya mendapatkan sejuta pengalaman yang luar biasa. Mengenali lebih jauh kehidupan masyarakat pedalaman yang tak lain adalah etnis Suku Dayak.

Mulai dari perjalanan awal hingga mengenal berbagai kekayaan alam yang terkandung didalamnya  sehingga dapat dimanfaatkan demi kesejahteraan rakyat. Kali ini saya akan mengupas tentang bumi yang di tempati masyarakat pedalaman sampai pengolahan lahannya. Dimana awal hanya berupa hutan belantara kini bisa dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Pemaparan yang saya angkat adalah daerah Kabupaten Malinau terutama Kecamatan Kayan Hulu, Kecamatan Kayan Hilir, Dan Kecamatan Kayan Selatan. Dari ketiga kecamatan ini, semua terletak hampir berbatasan dengan Sabah Malaysia. Untuk menuju daerah yang saya sebutkan diatas, kita bisa mulai berangkat dari kota Malinau dengan mengendarai pesawat kecil (Susi Air) dan nanti kita akan turun di Bandara Long Ampung (Kecamatan Kayan Hulu).

Di ketiga Kecamatan diatas untuk pengakuan hak tanah yang dijadikan tempat tinggal dan ladang, penduduk setempat tidak memiliki sertifikat atau berkas kepemilikan tanah yang lain. Secara otomatis, warga disana tidak pernah membayar apa yang dinamakan Pajak (PBB). Untuk status lahan yang ada, disana hanya berupa pengakuan semata dari masing-masing individu. Dan warga mematuhi itu semua karena sudah menjadi kesepakatan bersama yang di setujui dalam hukum adat.

Masyarakat pedalaman rata-rata untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, hampir  75 % dari mereka bercocok tanam dengan menggarap ladang atau kebun. Tanaman mereka yang utama adalah padi, ketela pohon, dan ubi. Kemudian ada juga buah-buahan seperti nanas, pisang  dan juga tanaman perkebunan yaitu teh dan karet. Sistim mereka berladang adalah berpindah-pindah dari tempat satu ke tempat yang lain. Awal mereka mencari dulu tempat yang subur, baru kemudian menebang pepohonan yang ada lalu dibakar baru ditanami ( khusus untuk tanaman padi ). Dengan sekali menanami, penduduk setempat sudah mengakui lahan tersebut  adalah miliknya. Akan tetapi ada juga batas-batas warga untuk mengakui tanah sebagai hak mereka dengan yang lain. Jenis pengelompokan kepemilikan  ladang tersebut berdasar batas desa yang sudah di musyawarahkan dan di setujui oleh masing-masing ketua adat. Biasanya batas desa satu dengan yang lain berupa sungai, gunung batu, atau pohon yang besar. Penduduk hanya diperkenankan berpindah-pindah ladang sesuai luas desa yang sudah ditentukan.

[caption id="attachment_139091" align="aligncenter" width="628" caption="Tanaman padi, Desa : Sungai Barang"][/caption]

[caption id="attachment_139092" align="aligncenter" width="631" caption="Tanaman Nanas, Desa Long Nawang"][/caption] [caption id="attachment_139093" align="aligncenter" width="638" caption="Kebun Teh, Desa Sungai Barang"][/caption]

Masyarakat  tidak serta merta semua hutan yang ada dikelola total di jadikan ladang mereka. Ada juga lokasi-lokasi  tertentu yang mereka sisakan . Seperti hutan lindung, tanah untuk rencana sarana dan prasarana umum ( berdasar  peraturan perundang-undangan  yang baru di bawa masuk oleh aparatur daerah dan sudah di sosialisasikan kepada masyarakat ).

Selain status kepemilikan lahan, masyarakat pedalaman juga tidak bingung membayar besarnya tagihan listrik

Balai Adat Desa Long Nawang

dan air. Karena sudah ada beberapa kebijakan dari pemerintah setempat untuk pengelolaan itu semua. Seperti listrik contohnya, seperti sekarang ini misalnya. Hampir setiap desa yang ada di kecamatan tersebut sudah memiliki listrik sendiri. Listrik tersebut berasal dari aliran sungai yang diolah menjadi PLTA ( Pembangkit Listrik Tenaga Air )dengan sistim kerja PLTMH ( Pembangkit Listrik Tenaga Micro Hydro ). Penjelasan lebih lanjut ada di artikel saya sebelumnya. Anda bisa klik disini PLTMH, Solusi Listrik Masyarakat Pedalaman

Untuk air bersih, penduduk setempat memanfaatkan sumber mata air pegunungan yang ada. Menggunakan sistim gravitasi. Air di salurkan dari bukit yang tinggi melalui pipa-pipa pvc hingga sampai ke pemukiman penduduk. Kini masyarakat disana tidak bingung lagi memikirkan sulitnya mendapatkan air bersih dan membayar tagihan setiap bulan.

Dengan begini kita bisa membayangkan, betapa enaknya hidup dipedalaman akan tetapi jauh dari keramaian.

Artikel saya yang lain tentang pedalaman Kalimantan Timur di kompasiana, anda bisa membacanya disini : Arung Jeram Sungai Kayan Mentarang Produk Unggulan Dalam Negeri, Padi Adzan Terlezat Dilidah Susi Air, Transportasi Andalan Masyarakat Pedalaman Bermandi Lumpur Menikmati Perjalanan Di Kaltim

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun