Mohon tunggu...
Renny Pareira
Renny Pareira Mohon Tunggu... -

terus berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi yang terbaik...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pekalah

10 Mei 2013   01:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:50 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berusaha untuk membuatmu peka atau menunggu kamu peka. Entah sampai kapan dan bahkan mungkin kamu akan sadar pada saat aku tidak lagi ingin kamu peka dengan kehadiranku. Aku sendiri pun lupa sudah berapa banyak aku berusaha untuk selalu bersabar dengan tingkahmu, ketidakperdulian kamu, seberapa berartinya aku atau bahkan masihkah aku memiliki arti didalam hidupmu? Masih pentingkah aku didalam hidupmu? Dan masih adakah peran pentingku dalam hari-harimu? Entahlah, namun masih banyak pertanyaan. Apakah aku masih menjadi satu-satunya wanita yang ada dihatimu? Segitu sibuknyakah kamu dengan kuliahmu dan juga pekerjaanmu yang sepertinya waktumu habis tersita dengan urusan kepentingan pribadi kamu sehari-hari.
Aku suka kamu yang sekarang mulai fokus dengan masa depan kamu yang mungkin juga akan menjadi masa depan kita. Ah masa depan kita? Mengucapkan itu rasanya membuat seluruh otakku bekerja dengan keras. Apakah mungkin masa depan kita yang membuat kamu sesibuk ini, membuat kamu mengabaikan ku, dan melupakan waktu kamu untuk ku. Disela-sela jam istirahatmu bahkan aku menjadikan handphoneku satu-satunya pandangan yang terus aku lihat. Dan berharap namamulah yang muncul di layar benda itu. Tetapi percuma, kamu tidak kunjung menghubungiku untuk sekedar menanyakan kegiatanku atau perhatian-perhatian kecil yang dulunya sering kamu lakukan.
Ya dulu, dulu saat kamu begitu memperhatikan hari-hari ku, menjadikan kegiatanku sebagai suatu bagian yang penting kamu ketahui. Tapi aku tetap saja menunggu benda bodoh itu berdering, aku sudah seperti orang bodoh yang terus memperhatikan sebuah benda mati yang entah sampai kapan mewujudkan harapan ku.
Ya kabar darimu saja sudah menjadi seperti harapan yang ditunggu-tunggu. Dan aku masih dengan lugu menunggu kabar darimu disaat kamu pulang kerja. Aku mulai berhenti berharap hal-hal yaang indah bersamamu, kesibukanmu, ketidakperdulianmu, pengabaianmu membuatku lelah. Rasanya tak akan ada lagi hal yang indah bersamamu, aku ingat dulu. Berulang kali aku sebut kata dulu, karena memang ya dulu segalanya jauh lebih baik dari sekarang tapi sayang itu dulu. Dulu kita memiliki waktu untuk selalu bersama, sekedar jalan-jalan, bercanda dan tertawa, foto-foto dan semua hal yang manis dan indah itu sudah mengukir sebuah cerita didalam hidpuku maupun hidup kita berdua.
Kamu masih inggatkan? Aku kangen dengan masa-masa itu. Berbeda dengan sekarang, kamu sudah tidak mau lagi ya jalan-jalan, bercanda, tertawa bareng atau pun makan-makan bareng serta foto-foto bareng dan lain sebagainya kayak dulu lagi. Ya aku juga tahu kita sekarang bukan lagi anak-anak, remaja atau apalah dan itu yang seringkali kamu jadikan sebagai alasan ketika aku marah ala Anak Baru Gede (ABG), yang memang aslinya aku ingin diperhatikan sama kamu. Kalimat yang sering menjadi andalan kamu "Kita kan udah dewasa, cobalah berpikir dewasa, ngertiin aku dikit ya sayang! Aku kayak gini kan juga demi kamu,demi kita".

Allllaaaaahhh basi! Demi kita? Demi ambisimu kali! Aku lelah sayang, aku capek dengan semua ini, aku kangen kamu yang dulu yang punya banyak waktu buat aku. Kamu tahu seperti apa kamu sekarang? Yang ada dipikiran kamu sekarang adalah cuma kuliah dan kerja. Kamu terlalu fokus dengan dengan ambisimu, kamu mengabaikan orang-orang yang ada disekitarmu, mengabaikan orang-orang yang membutuhkan kamu, aku. Dimana sosok aku dalam pikiranmu? Sudah kamu buang jauh-jauhkah? Rasanya aku tak pernah lagi menjadi sosok yang mengganggu pikiranmu. Ya iyalah wong cuma kuliah dan kerjaanmu yang kamu pikirkan.

Kamu bilang aku kayak anak kecil, kamu bilang aku harus dewasa, kamu bilang aku harus mengertiin kamu. Aku sudah mencobanya dan selalu mencobanya seperti yang kamu inginkan. Apakah kamu sadar dengan pengorbananku? Apakah kamu sadar dengan kesabaranku? Apakah kamu sadar dengan penantianku? Mungkin ini merupakan salah satu caraku untuk menjadi lebih dewasa, memahami kamu, dan sekarang bagaimana dengan diri kamu sendiri. Dimana pengertian kamu, dan dimana letak kedewasaan kamu. Apakah kamu mengerti akan rinduku padamu. Apakah kamu tidak sadar kalau aku lagi membutuhkan perhatian dari kamu.
Aku bukan pajangan yang bisa kamu simpan ditempat mana pun yang kamu suka. Lalu, kamu dengan bebas melakukan aktifitas kamu dan merawat panjangan itu kapan saja sesuka hatimu jikalau kamu ingat atau sempat. Apakah kamu menganggap aku seperti itu di mata kamu sekarang? Kamu berubah! Jauh! Dan aku benci. Kamu tahu kan kalau aku sangat sulit untuk membenci kamu. Membenci orang yang sangat aku cintai sama saja aku menghancurkan kebahagiaanku. Aku mohon berubahlah untuk ku dan untuk kita. Pekalah dengan sosok yang merindukan kamu, aku lelah bersabar untuk ambisimu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun