Mohon tunggu...
Rendi Hariwijaya
Rendi Hariwijaya Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Hukum Universitas Sriwijaya. Aktif dalam kegiatan Jurnalis Kritis. Menulis adalah bagian dari hidup. Hidup yang terdokumentasi dengan baik hanya dapat direkam melalui jejak rekam tulisan yang dikreasikan. @Chief Editor Media Sriwijaya

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Memposisikan Musisi Jalanan dalam Bingkai Musik Nasional

29 Juli 2011   13:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:16 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila anda sering menaiki bus mahasiswa melalui wilayah seputaran Cinde menuju kampus Indralaya, anda pasti sudah tak asing lagi dengan kehadiran sejumlah pengamen jalanan yang ‘menjual’ suaranya. Apalagi, setiap harinya pengamen jalanan ini rutin dan bergantian posisi mengisi bus-bus yang ditumpangi mahasiswa. Jadi, kehadiran mereka seolah menjadi bumbu ditengah perjalanan yang akan menguras waktu dan tenaga. Bila beruntung, anda akan menemukan atau bahkan mendapati pengamen dengan kualitas ‘bintang lima’ namun seharga ‘kaki lima’. Bila ketiban sial, terpaksa anda mendengarkan lantunan lagu yang diperdendangkan pengamen anak-anak yang (maaf) mempunyai keterbatasan dalam hal tarik suara. Bukan sebagai bentuk penistaan, namun hal tersebut adalah ekspresi sebagai penikmat musik. Kehadiran sejumlah pengamen jalanan sejati, yang memang benar-benar menggantungkan hidupnya sebagai pengamen adalah sebagai representasi dari kedigdayaan Indonesia dalam memiliki penyanyi-penyanyi bertalenta luar biasa. Bahkan, sempat terlintas dalam benak pikiran. Bila saja ada salah seorang pengamat music atau pemandu bakat rajin mengulik bakat-bakat potensial dari musisi jalanan, saat ini pasti anda sudah menyaksikan kesuksesan musisi jalanan didepan layar kaca televisi anda. Salah satu contohnya adalah Aris. Penyanyi solo yang merupakan binaan acara pencari bakat, Indonesian Idol tersebut adalah bukti nyata bahwa musisi jalanan mampu bersaing di jagat industri musik nasional. Bakat dan kemampuan olah vocal yang mumpuni plus karakter khas mereka yakni power suara yang stabil, menjadi modal awal mereka menapaki terjalnya sebagai penyanyi professional. Ditempa dalam keadaan yang serba sulit, membuat mereka tahan banting akan kerasnya persaingan industri musik Indonesia. Tak ayal, lantaran kerja keras yang tak pantang menyerah membuat mereka mampu bertahan ditengah terpaan badai yang tengah menimpa di kala popularitas mereka tengah menaik. Musisi jalanan mampu menjadi dahaga di tengah kekeringan industri musik nasional yang rigid. Kehadiran mereka yang kerap memperdendangkan lagu yang berlatar kritik social mampu menyedot perhatian sejumlah peminat musik. Kekakuan industri musik dalam negeri mampu ditawar oleh desiran nada yang dilantunkan oleh musisi jalanan. Bagi pecinta musik, kehadiran musisi jalanan sontak membuat kehangatan dan kenyamanan dalam menikmati musik menjadi lebih terasa. Sekali lagi, kekakuan permusikan dalam negeri dapat diantisipasi lewat kehadiran musisi jalanan yang kerap distreotipkan sebagai suara rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun