Mohon tunggu...
Rendi Hariwijaya
Rendi Hariwijaya Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Hukum Universitas Sriwijaya. Aktif dalam kegiatan Jurnalis Kritis. Menulis adalah bagian dari hidup. Hidup yang terdokumentasi dengan baik hanya dapat direkam melalui jejak rekam tulisan yang dikreasikan. @Chief Editor Media Sriwijaya

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Disalih Fungsi Sungai, Ikan Betok pun Turut 'Menggugat'

15 Juni 2011   14:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:29 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Coba sekali-sekali anda menyambangi dan menyaksikan dengan teliti stasiun kereta api satu-satunya milik warga Palembang, Stasiun Kertapati.  sekilas, tampak biasa dan lazimnya pemandangan stasiun kereta api yang kumuh dan beraroma batubara legam yang pekat. stasiun yang berlokasi dibilangan Jalan KH. Wahid Hasyim Seberang Ulu Kota Palembang ini merupakan wilayah yang memang kerap kali menjadi daerah rawan kejahatan. angka kriminalitas yang tinggi kerap distereotipkan dengan wlayah yang berdekatan dengan lokas venue SEA Games terbesar di Sumsel ini, Jakabaring. tak ayal, stigma yang melakat erat dengan wilayah Kertapati yang merupakan disposisi makna kata 'Kereta Mati' ini semakin kuat. tak hanya sebagai daerah yang dengan predikat angka krimnalitas tinggi, persoalan kedisiplinan pun kerap kali dikeluhkan sejumlah kalangan terhadap wilayah yang menjad perbatasan antara Kota Palembang dengan Ogan Ilir ini. bukan tanpa alasan, keberadaan sejumlah pasar, daerah aliran sungai dan lokasi-lokasi peruntukkan umum lainnya kerap kali mengalami disalih fungsi. ambil contoh paling jomplang mengenai perbedaan peruntukkan daerah aliran sungai di wilayah ulu dan ilir.meskipun secara umum, daerah aliran sungai di wilayah Palembang mengalami pergeseran ekosistem dan dijadkan sebagai tempat pembuangan sampah akhir yang paling mutakhir, lantaran sekali buang langsung hilang. namun, perbedaan paling jomplang terletak pada tata kelola daerah aliran sungai di kedua wilayah ini. bila di wilayah ilir, masih banyak DAS yang lumayan bersih dan dikategorikan layak, berbeda halnya dengan ulu. hampir 90% DAS diwilayah ini menjadi TPA paling canggih. efeknya, kualitas sungai menurun,  bahkan menimbulkan bau yang tak sedap dan tak layak dipandang mata. bukan tanpa alasan, bila beberapa pekan terakhir pemkot mengeluhkan disiplin masyarakat untuk sadar bahwa sungai bukan tempat pembuangan sampah. sungai tempat dimana kita menggantungkan kehidupan. dengan adanya sungai, suplai air secara merata bisa kita dapatkan.untuk warga Palembang, dimana lagi selain sungai musi sebagai sumber utama air yang mereka minum sehari-hari. memang ada bantuan teknologi yang mampu memfiltrasi kotoran yang terkandung dalam air. namun, bila kadarnya terlalu tinggi. tentu bantuan teknologi tidak serta merta bisa digunakan secara utuh. dampaknya, masyarakat Palembang tidak bisa mengonsumsi air bersih. baik untuk MCK ataupun kebutuhan primer lainnya. ujung-ujungnya pemerintah yang dipersalahkan. padahal, kelakuan dan disiplin warga sendiri yang kerap menjadi 'donatur' buruknya kualitas air sungai di Palembang. Palembang yang dikenal sebagai negeri sembilan sungai kini bergeser menjadi negeri satu sungai. jelas, hingga kini hanya sungai musi yang menjadi satu-satunya sungai yang dijadikan sebagai sumber air bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat Palembang. loh, kan ada sungai ogan ? setali tiga uang. sungai tersebut justru malah penuh dengan kotoran. padatnya pemukiman pinggiran sungai yang kerap menjadikan sungai sebagai pusat kegiatan MCK setiap kepala keluarga lambat laun berujung pada semakin polutifnya sungai tersebut dengan beragam jenis bakteri dan jamur yang sulit untuk dimatikan. sudah saatnya kita menyayangi sungai kita. lantaran disanalah kita hidup. tanpa air ? bagaimana kita bisa hidup bila tanpa air didepan gelas yang saban hari kita gunakan untuk minum. sebelum ikan betok dan kroni-kroninya mengguat kelak diakhirat, mari kita wujudkan solidaritas antar sesama makhluk hidup yang memegang hak dan meneguhkan kewajiban sebagai khalifah di muka bumi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun