SERANG-Perekonomian Banten berhasil mensejajarkan diri dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam kajian yang dirilis Kantor Bank Indonesia awal Mei lalu, disebutkan, kinerja perekonomian Banten triwulan I 2011mengalami peningkatkan. Angkanya cukup signifikan, menembus besaran 6,52% atau lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi nasional yakni 6,50%. Ini merupakan level pertumbuhan tertinggi sepanjang sejarah Banten hingga saat ini. Dalam rilisnya, peningkatan ini terjadi karena sektor industri yang didukung oleh sektor utama lainnya seperti sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Faktor itulah yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi Banten saat ini bisa sejajar dengan ekonomi nasional. ''Semakin tingginya minat investor pada kedua sektor utama tersebut dan didukung oleh faktor lokasi yang strategis serta tingginya permintaan pasar pada kedua sektor utama tersebut menjadi pendorong utama kinerja perekonomian Banten saat ini,'' demikian dalam rilis Kantor Bank Indonesia. Sementara itu, tekanan Inflasi Banten pada triwulan I 2011 sedikit menurun dengan membaiknya pasokan bahan makanan. Peningkatan inflasi Banten pada triwulan IV 2010 terutama dari sisi suplai mulai menurun pada Triwulan I 2011. Inflasi tahunan Banten pada akhir triwulan I 2011 adalah sebesar 5,76%. Ini relatif membaik dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya sebesar 6,10% . Masuknya masa panen padi di Banten dan meningkatnya pasokan bahan makanan lainnya baik dari sentra produksi di Banten maupun luar Banten yang didukung oleh membaiknya kondisi cuaca mendorong terjadinya peningkatan pasokan bahan makanan di Banten. Hal tersebut menyebabkan tekanan dari kelompok volatile foods (bahan makanan yang harganya fluktuatif,red) pun menurun. Terus membaiknya konsumsi, investasi dan ekspor, akan turut menyumbang peningkatan pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan II 2011 dengan proyeksi pertumbuhan pada kisaran 6,58%-6,62% . Kinerja sektor utama perekonomian Banten, yaitu sektor industri pengolahan akan terus meningkat seiring terus membaiknya permintaan barang dan jasa baik dari daerah lain di luar Banten maupun luar negeri. Struktur industri yang erat kaitannya dengan peningkatan jumlah penduduk seperti petrokimia, tekstil dan alas kaki menyebabkan pelaku usaha/investor di sektor utama tersebut terus melakukan ekspansi bisnis melalui investasi peningkatan kapasitas industri dan memperluas pasar produk baik domestik dan luar negeri. Ekspektasi percepatan realisasi belanja pemerintah serta prakiraan semakin tingginya kinerja ekspor dan impor menjadi faktor-faktor yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan mendatang dari sisi permintaan. Sementara itu, dari sisi sektoral, hampir seluruh sektor di Banten diperkirakan tumbuh meningkat. Kondisi tersebut secara simultan akan mendorong perekonomian Banten bertumbuh lebih tinggi pada periode mendatang.  Peningkatan kinerja ekonomi diperkirakan berdampak pada peningkatan tekanan inflasi dari sisi permintaan meskipun tidak signifikan. Namun dengan stabilnya pasokan bahan makanan dari sisi penawaran, inflasi Banten diprakirakan berada pada kisaran 4,75% - 5,25% atau sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan I 2011. Pencapaian kinerja ini tentu saja pantas disambut gembira oleh seluruh stakeholder di wilayah Banten. ''Namun tidak lantas membuat kita cepat berpuas diri. Pencapaian tersebut justru menjadi tantangan bagi kita semua, untuk bekerja lebih keras, lebih bersemangat dan penuh motivasi untuk terus meningkatkan laju kinerja pertumbuhan ekonomi Banten,'' kata Ratu Atut Chosiyah, Gubernur Banten akhir pekan lalu di Lippo Karawaci seraya menambahkan, hal ini seiring dan selaras dengan program pemerintah pusat melalui Masterplan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, yang dicanangkan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada 27 Mei 2011 lalu. Ditambahkan Atut, pencapaian pertumbuhan ekonomi tersebut sempat dilaporkan dirinya dalam video conference dengan Presiden SBY. Dalam kesempatan itu, Ratu Atut juga melaporkan proyek-proyek yang akan dilaksanakan di wilayah Banten sebagai bagian dari program MP3EI 2011-2025. Proyek tersebut antara lain pembangunan pabrik baja terpadu di Cilegon, yang merupakan kerjasama investasi antara PT Krakatau Steel (KS) dan Pohang Iron and Steels Company (Posco). Proyek tersebut menelan investasi senilai 6 miliar dolar AS, dengan kemampuan produksi baja hingga 6 juta ton per tahun. Pembangunannya direncanakan akan selesai pada 2013. Pelaksanaan proyek yang akan dilaksanakan dalam dua tahan ini, diperkirakan akan menyerap tenaga kerja sebanyak 149.000 orang. Pekerjaan fisiknya sendiri akan dimulai Agustus atau September tahun depan. Sementara untuk tahap kedua, sekitar 30 persen produknya akan diekspor ke Vietnam, sebagai negara yang memiliki industri hilir siap menerima produk pabrik KS-Posco. Pabrik hasil kerja sama ini menjanjikan produk berkualitas tinggi. Pabrik akan menghasilkan plat mill dengan spefikasi baru, yakni ukuran panjang 4 meter dan ketebalan 100 milimeter. Baja jenis ini digunakan untuk industri kapal-kapal samudera yang berukuran besar. Bahan baku sebagian besar berasal dari dalam negeri. Sedang sisanya, kemungkinan akan diimpor dari negara terdekat, seperti Australia. Pendirian pabrik baja terpadu ini, diperkirakan akan membuat impor baja nasional turun 20 persen. Tahun ini produksi baja nasional mencapai 5,9 juta ton. Tahun depan, produksi baja nasional ditargetkan bisa mencapai 7,4 juta ton atau sama dengan produksi 2008. (bb)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H