Mohon tunggu...
Rahmad Nuthihar
Rahmad Nuthihar Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

ada untuk belajar, menghargai hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[MPK] Broken Hearted Diaries : Lara Cintaku yang Lalu

11 Juni 2011   13:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:37 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tre…tree.t…treet..

Hapeku bergetar, sengaja aku buat menjadi diam sebelumnya agar tak mengusik tidurku. Kuarahakan tanganku untuk mengambilnya di atas meja sisi kiri ranjang. Jam masih menunjukkan pukul 06.30 wib, tidak biasanya aku harus bangun awal ditanggal merah seperti ini, saat dimana tidak perlu masuk kantor. Kuhidupkan lampu tidur agar suasana lebih terang.

Lara Cintaku yang Lalu

Ternyata ada pesan masuk baru di hapeku, tetapi tidak tercantum nama pemilik nomor tersebut. Ah… mungkin saja ini nomor baru yang mengenali diriku tetapi aku tidak menyimpan dengan memberikan namanya. Pelan-pelan aku baca pesan itu walaupun mataku agak berat untuk kubuka. Namun kupaksakan agar aku tau apa isi pesan tersebut.

“Kepada rekan – rekan sekalian, hari ini kita akan menghadiri pesta perkawinan, kumpul jam 9 di kantor, TTD, Kabag Humas”

Mengganggu tidurku saja, jika pesan tersebut bukan beratasnamakan Kabag humas di kantorku maka pasti segera kumaki pengirim pesan itu dengan kata kasar, toh dia mengusik tidurku saja. Aku tak segera beranjak dari tempat tidurku, aku masih saja berselimut hangat dengan sprei yang ku tutupi ke seluruh permukaan tubuhku. Sempat kutoleh di samping kananku, istriku juga masih tidur begitu lelapnya. Udara begitu sejuk, akhirnya kembali membawa ku ke alam mimpi.

Aku ikut terbawa suasana menuju satu kenangan masa lalu, kali ini aku bermimpi sesuatu yang aneh tetapi tidak asing bagiku. Aku berjumpa dengan mantan kekasihku yang bernama Lara, yang kutinggal beberapa bulan lalu. Sekarang dia tampak lebih cantik dengan pakaian putih, seragam khas seorang perawat. Ia memeriksa tekanan darahku dengan alat pengukur tensi yang dieratkannya pada lengan kananku. Dia terus memompa tensimeter itu agar mengetahui berapa tekanan darahku. Kemudian dengan tangan kanannya ia terus meraba menyusuri jantungku dengan stetoskop yang dipasangkan ke telinganya. Lara begitu konsentrasi mendengar tiap denyutan jantungku, memeriksa penyakit apa yang gerangan aku derita. Sementara degup jantungku kian tidak menentu…dia melemparkan senyuman manis padaku, akupun membalas senyumannya dengan bibir yang kubuka kecil.Cantik parasnya, sungguh menawan.. aku dibuat terkagum- kagum melihat wanita berseragam serba putih itu.

Duhft!, aku terbangun dari tidurku lantaran binaran matahari yang begitu menyilaukan tepat mengarah ke mataku, sengaja menyisipi dirinya melewati ventilasi jendela untuk menghentikan mimpi indahku. “Pantas saja matahari dan bulan tidak bisa akur, jelas cahaya mereka berbeda.  Jika bulan cahayanya dinanti sedangkan matahari begitu dibenci, ucapkan menepis kekesalan dihatiku”.

Aku segera menuju kamar mandi untuk membasahi tubuhku dengan siraman air supaya menyegarkan tubuhku. Sepintas angin lalu aku terbayang mimpiku yang tadi shubuh, tentang mantan kekasihku Lara. Ada apa gerangan?, bathinku. Orang mengatakan bahwa mimpi sebagai bunga tidur penghias alam mimpi. Namun jika mimpi pada saat pagi menjelang itu, apakah adalah satu kenyataan yang akan terjadi nantinya?. Terus apa maksud dia memeriksa tubuhku?, selama ini aku masih sehat-sehat saja dan tidak tidak ada penyakit serius yang aku derita. Ah.. ini pasti hanyalah bunga tidur ucapku.

Seusai aku mandi, aku bergegas ke kamar untuk mengenakan pakaian. Teringat akan pesan tadi pagi untuk menghadiri kondangan, maka aku mengenakan baju batik serta celana panjang berwarna coklat menambah kharisma seorang sarjana ekonomi tentunya, demikian pikiranku. Aku segera ke garasi, tak kuhiraukan  lagi sarapan yang ditawarkan istriku. Aku sudah hampir terlambat…

Kali ini aku tidak mengendarai mobil dan sengaja kupilih mengendarai motor untuk menghindari kemacetan selama perjalanan. Aku belum tau ke mana kondangan yang akan dituju dan pesan tersebut hanya mengarahkan kami untuk berkumpul di kantor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun