Motor ini jarang ku gunakan, ketika aku nyalakan starter beberapa kali dia tidak mau menyala. Huft.. motor sialan !.
Aku mencoba kick starter tetap juga tidak mau menyala, lelah aku menunjangnya dengan paksa beberapa kali kemudian barulah motor sialan ini hidup. Memang jarang aku menggunakannya, jikapun aku pakai hanya untuk jarak yang dekat saja seperti ngopi di warung. Seingatku, motor ini dulu sering ku pakai pada waktu berkencan dengan Lara. Motor inilah yang setia menemani hari-hari indah memutari sudut-sudut kota
aku bersamanya. Ini bukan motor sialan, ini lebih tepat motor kenangan…
Kenapa aku terus memikirkannya ya?, bathinku.
Aku bergegas menuju ke kantor menelusuri jalanan yang sedikit dipadati oleh pengguna jalan. Setiba di kantor rekan-rekan kerjaku sudah berkumpul. Mereka tiba lebih awal daripadaku dan mereka sengaja menunggu kedatanganku.
“ kenapa lama sekali pak?”
“ motor ni, dari tadi gak mau hidup!”
“titip di parkiran aja pak, kita ke sana pakai mobil saya aja” seru seorang diantaranya.
Selama di perjalanan kami saling berbincang-bincang mengenai pekerjaan kami ke depan, tak terasa kami tiba di depan halaman rumah siempunya pesta tersebut. Suasana begitu ramai, terlintas di pandangan ku terlihat papan bunga bertuliskan nama Lara dan Aldy, lengkap dengan embel-embelnya. Aku semakin terkejut, “apakah ini Lara mantan kekasihku, ah.. di dunia ini banyak perempuan bernama seperti itu”. Kami dipersilahkan untuk masuk ke dalam rumah, guna menunggu kedatangan para pengantin yang nantinya didudukkan di atas pelaminan.
Sepasang pengantin mengenakan baju khas daerahnya mendekat ke arah pelaminan, muka sang gadis tertutupi oleh keramaian, susah bagiku memandangnya dengan jelas wajah. Siapapun para undangan laki-laki pasti ingin melihat sipengantin wanita dengan wajah seutuhnya. Suasana sedikit menyepi, kini sepasang kekasih tersebut duduk di atas pelaminan.
Sungguh kaget diriku melihat pengantin itu, lantaran ia benar mantan kekasih ku dulu. Sejuta perasaan merasuki jiwaku, senang melihatnya kini telah memiliki pasangan dan sedih dia harus menikahi lelaki lain bukan aku yang duduk di sampingnya. Galau merasuki jiwaku, lantas bagaimana caranya aku bisa menyalami mereka, apa yang akan ku bilang nantinya?.