GIMA ( Gerakan IMAKA Mengajar ) Angkatan 2 merupakan gerakan mahasiswa Politeknik AKA Bogor yang memiliki tujuan utama untuk memotivasi serta menumbuhkan semangat murid-murid SD di daerah tertinggal. Melalui gerakan ini para pengajar akan mengajarkan pendidikan akademik maupun non akademik melalui cara pengajaran yang menarik agar para murid antusias dalam menerima pelajaran di sekolah. Mengajar adalah belajar. Serta ada kegiatan-kegiatan pendukung , dimana para panitia akan melakukan aksi sosial diantaranya mengajarkan hal-hal yang selama ini telah didapatkan dari kampus. Kampung Cibuyutan ini terletak antara gunung Lingga dan Gunung sungging, Desa Sukarasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor. Lokasinya paling ujung timur yang berbatasan dengan Cianjur. Untuk menuju kampung Cibuyutan yag menurut saya itu daerahnya terisolasi banget bahkan tidak ada atau bahkan sama sekali tidak ada upaya untuk membuat akses transportasi kesana, meski yang saya denger-denger nih kabupaten Bogor merupakan penerima APBD terbesar di provinsi Jawa Barat. Tujuan kedatangan kami kesana ialah ingin mengetahui secara detailnya permasalahan-permasalahan yang ada di kampung tersebut seperti misal pendidikan anak-anak disana. Kami dari pihak panitia pun tidak hanya fokus pada pengembangan pendidikan tapi juga mengamalkan salah satu point Tri Dharma Perguruan Tinggi ialah pengabdian kepada masyarakat. Medan perjalanan yang cukup sulit. Jalannya apalagi bebatuan tajam dan tak beraspal dilengkapi dengan rumput-rumput hijau. track naik turun.Ditambah jalan yang menanjak dan setapak, licin, kiri kanan sawah, semak belukar tebal, melewati tanaman liar serta hutan pepohonan yang menjulang. Selama melakukan perjalanan dengan berjalan kaki menuju Cibuyutan, beberapa pengendara sepeda motor bolak-balik melintasi track perjalanan kami, yapzzz siapa lagi kalau bukan penduduk asli Cibuyutan. Track nya yang cukup sulit dilalui pejalan kaki , namun sangat mudah dilalui pengendara motor seperti mereka Keletihan yang kami hadapi dalam menempuh perjalanan panjang dengan kaki yang track nya terjal sedikit terobati kenampakan alam yang luar biasa. Sawah, hutan terhampar luas dikanan-kiri jalan, sawah yang merupakan pendapatan pokok utama bagi warga kampung. Hutan merupakan mata pencaharian yang tidak akan lepas. Alhamdulillah banget Allah telah memberikan kesempatan kepada saya khususnya buat melihat ciptaan Nya Hal yang perlu kalian tahu tentang Kp.CIBUYUTAN itu kampung yang hanya mempunyai kesempatan sedikit listrik dan air. Seperti yang kita tahu bahwa air dan listrik itu adalah hal yang sangat dibutuhkan oleh warga. Bayangin aja kalo tidak ada…….apa yang akan terjadi?? Kalo misal hujan nih, listrik menyala kemaren pas saya kesana itu pukul 17.36 WIB sampai 21.30 WIB. Rentang waktu yang sedikit bukan. Bahkan untuk airnya sendiri yang susah dan sulit dicari, jadi setia warga disana mengunakan ember atau bak untuk menampung air hujan yang akan digunakan untuk keperluan. Setelah mengetahui permasalahan-permasalahn yang ada, dari kami panitia GIMA-2 berinisiatif untuk memberikan bantuan dalam sistem perairan mengalirkan air dari sumber menuju Musholla yang jaraknya 1,2 km dan melakukan aksi mengajar selama 1 minggu di MI Mistahussholah II. Alhamdulillah aksi GIMA2 tersebut tersampaikan pada tanggal 1-7 February 2015 lalu. Terimakasih kami ucapkan kepada SPONSOR ( BNI, IkaAKAB dll ) , MITRA STRATEGIS (Para Donatur ), dan REKAN MEDIA ( Bogor Today, RRI Bogor dll )kami ucapkan terimakasih telah membantu dari sokongan dana dan publikasi AKSI GIMA2 ini. Tak Lupa kepada warga CIBUYUTAN yang sudah memberikan jamuan hangatnya kepada kami pendatang. Terimakasih sudah menjadi tuan rumah yang begitu baik yang mau menerima kekurangan dan beberapa keegoan kami. Serta kepada Guru-Guru di MI Mistahussholah II yang telah mengijinkan kami malakukan aksi mengajar disana juga kepada anak-anak didik MI yang sudah memberikan pengalaman dan keceriaan bagi kami.
‘’Pendidikan adalah sebuah dunia yang lahir dari rahim kash sayang. Pendidikan berlangsung dalam suasana kekeluargaan dengan pendidik sebagai orang tua dan anak didik (murid) sebagai anak. Pendidikan dilakukan dengan hati lewat ungkapan rasa kasih saying, keikhlasan , kejujuran, keagamaan, dan suasana kekeluargaan. Guru tidak dibatasi dan tempat dalam mendidik siswa, sebagaimana orang tua mendidik anaknya. Demikian pula tempat pendidikannya tidak terbatas hanya di dalam ruang kelas saja, dimanapun seorang guru berada dia harus sanggup memainkan perannya sebagai seorang pendidik yang sejati. Fenomena ini yang kini hilang dari system pendidikan nasional kita sekarang (Achmad Taufik MPd).’’
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H