Satu minggu di Cibuyutan menjadi cerita dan pengalaman pribadi yang tak terlupakan bagi kami. Iya , sebuah Desa yang menjadi aksi GIMA (Gerakan IMAKA Mengajar Angkatan ke 2 ) Mahasiswa Politeknik AKA Bogor yag melakukan aksinya 1-7 Feb.2015 kemarin. Hari-hari yang kami lalui disini sangatlah sederhana, sesederhana melihat terbit-tenggelamnya matahari. Setiap orang disini melalui hari dengan kesederhanaan. Kami bangun tidur di pagi hari melakukan aktivitas yang telah kami susun untuk melakukan sedikit perubahan di desa ini. Semua berjalan dalam sebuah siklus yang sempurna. Tak banyak ragam dan warna dalam hidup orang-orang disini. Semua menurut pada suratan takdir. Lahir , tumbuh, makan seadanya, sekolah seadanya. Sebuah kederhanaan yang lama-kelamaan menjadi pasung bagi cita-cita anak-anak lembah. Sebuah kebaikan yang menjelma menjadi racun tersendiri.
Guyuran hujan mengguyur kedatangan kami (1 February 2015) , hujan membuat desa ini lengang dengan aktivitas warganya. Jam terus berdetak, jarum pendek sudah menunjuk angka dua ,seolah-olah perjalanan kami diburu oleh sang waktu. Heyy…hati-hati , jalan ini licin, tanah yang lengket. Kalo tidak hati-hati akan terpeleset. Perjalanan di bawah abu-abunya langit disertai kanan kiri daun yang basah karena hujan, membuat kami bersyukur karena Allah telah memberikan kesempatan kami melihat ciptaanNya.
14.15 WIB kami sampai disalah satu rumah yang menjadi basecamp kami (Rumah Pak RT). Disini kami tinggal layaknya orang-orang KKN. Sampai di Pak RT kami yang datang berbondong-bondong 50 orang harus terbagi bagi dalam 10 kelompok. 1 rumah terdiri dari 5-6 orang. Dan kami menginap di rumah-rumah warga, sekaligus ini adalah cara kami untuk bias berbaur dan bersosialisasi dengan warga disini.
By the Way about Cibuyutan bias dilihat disini
rahmadwi0.blogspot.com/2015/01/cerita-cibuyutan.html *Keesokan harinya………
“Roda pendidikan akan maju bila banyak orang yang bersatu padu’’
Perjalanan ke sekolah MI Mistahussholah II selalu ditempuh dengan jalan kaki bagi anak-anak lembah, jarak sekolah pun tidak terlalu jauh dari tempat kami tinggal. Hanya saja jalan yang licin, becek karena hujan membuat kami harus pintar-pintar memilih jalan, dan itu sedikit memakan waktu.
Hari ini hari senin , anak-anak sudah berangkat awal untuk mengikuti upacara bendera. Tapi , pandangan aneh terlihat. Belum ada sesosok guru yang terlihat padahal anak-anak sudah menunggu dari jam enam pagi. Disamping gue berdiri ada seorang Ibu yag berjualan nasi uduk sederhana untuk anak anak sarapan pagi, kemudian gue pribadi bertanya:
‘’Ibu , kalo disini masuk sekolah mulai jam berapa??’’
‘’Kalo disini neng, masuk mah ngk tentu kadang jam 07.30 WIB kadang juga 08.00 WIB’’ jawab ibu.
‘’Lhah terus kalo pas hari senin upacara gimana bu??’’
‘’Kalo hari senin kayak gini , kadang kadang jam 07.00 WIB neng’’ jawab ibu.
‘’Ibu tapi ini udah jam tujuh lebih tapi kok belum ada guru yang terlihat ya bu’’
‘’Berarti mulainya jam 07.30 WIB neng, tergantung Pak Idris (guru di MI ) datangnya jam berapa’’ jawab ibu.
Yah maklum saja guru yang benar-benar aktif disini bisa dikatakan hanya seorang. Yang lain hanya kadang-kadag saja hadir. Akhirnya gue mengambil inisiatif mengumpulkan anak-anak di lapangan untuk berlatih dulu sebelum upacara di mulai (pembagian tim petugas upacara). Upacara dimulai , berasa nostalgia di jaman-jaman SD dulu ikutan upacara bendera. Udah berapa tahun yaa kagak ikutan upacara??? Akhirnya sekarang bisa merasakan upacara kembali.
Selepas upacara bendera, anak-anak memasuki ruangan. Dan pengajaran selama 1 minggu ini diserahkan oleh tim Pengajar Muda GIMA 2. Selama 1 minggu ini kami membagi jadwal pelajaran sesuai dengan jadwal yang tertera disana dan ditambah dengan kekreativitas serta pengembangan bakat minat anak-anak. Setiap harinya kelas kami bertema. Ada hari dimana ada kelas Kesehatan, Kelas Agama, Kelas Kreasi, Kelas Motivasi, Kelas Seni, dll. Senang melihat anak-anak yang sangat atusias dengan kaka kaka pengajar GIMA2.
Negeri ini tidak pernah kehilangan orang teladan seperti Bapak Idris. Bagi gue pak Idris adalah orang yang mempunyai ketulusan yang luar biasa hebatnya mendidik anak-anak di MI Mistahussholah II ini dia tak pantang menyerah denga kondisi yag ada. Meski terkadang dia harus mengajar semua kelas ( 6 Kelas) dalam sehari. Rumahnya tak jauh dari sekolah, hanya berjarak kurang lebih 400 meter dari sekolah. Gue mengenal Pak Idris kurang lebih 2 minggu sebelum melakukan aksi GIMA2. Itu pun karna gue dkk yang melakukan survey lokasi aksi GIMA2. Ada 4 guru yag mengajar di MI Mistahussholah II ini ada Pak Idris, Pak Rusdi, Pak Mista dan satunya gue kurang begitu mengenal karena belum pernah saling bertegur sapa. Buah ketulusan seorang Guru yang luar biasa.
‘’Pendidikan adalah sebuah dunia yang lahir dari rahim kash sayang. Pendidikan berlangsung dalam suasana kekeluargaan dengan pendidik sebagai orang tua dan anak didik (murid) sebagai anak. Pendidikan dilakukan dengan hati lewat ungkapan rasa kasih saying, keikhlasan , kejujuran, keagamaan, dan suasana kekeluargaan. Guru tidak dibatasi dan tempat dalam mendidik siswa, sebagaimana orang tua mendidik anaknya. Demikian pula tempat pendidikannya tidak terbatas hanya di dalam ruang kelas saja, dimanapun seorang guru berada dia harus sanggup memainkan perannya sebagai seorang pendidik yang sejati. Fenomena ini yang kini hilang dari system pendidikan nasional kita sekarang (Achmad Taufik MPd).’’
Anak-anak di MI MIstahussholah II ini beraneka ragam. Suatu hari dalam kelas ada beberapa anak yang membuat gue akan selalu mengingatnya. The power of dream , memvisualisasikan sebuah mimpi akan menambah ekselerasi spirit juang untuk bergerak mewujudkan impian itu. Hope your dream com true.
Namanya Fitri sering dipanggi teman-temannya Upit, anak kelas I MI Mistahussholah II. Dia jago banget gambar. Anaknya sangat pemalu dan super duper diam. Ketika ditanya dia haya menganggukkan atau pun menggelengkan kepalanya. Sempat dari kami bermain kerumahnya, ibunya memiliki gangguan psikis sudah 1 bulan lamanya. Kurang tahu apa penyebabnya dan itu terjadi secara tiba-tiba. Ayahnya hanya bekerja diladang disawah. Setiap harinya upit diasuh oleh neneknya.
Namanya Rahma sama seperti nama gue, anak kelas IV yang mempunyai cita-cita sebagai pengusaha. Setiap harinya sepulang sekolah membantu orangtuanya di rumah memasak nasi, mencuci piring. Sedang kedua orangtuanya pergi ke lading atau ke sawah. Anaknya sangat tenang kalem, mandiri, penurut dan tidak pernah mengeluh dengan kondisi yang ada, perfeksionis banget deh, dia di kelas menjadi ketua kelas IV mengayomi ketiga teman-temannya (iya dikelas hanya terdiri 4 orang) semangattt Rahma, kelak kamu da teman-teman kamu yang dapat mengubah cibuyutan menjadi lebih baik. Negeri ini tidak pernah kehilangan anak-anak teladan seperti kamu.
Namanya Desi anak kelas II, anaknya cantik, ceria, pintar, berani, usil, banyak tingkah ngk bias diam selalu ada saja hal-hal yang menrik hati kami. Hari-harinya dilalui sangat sederhana. Banyak hal-hal kecil yang kami pelajari ketika bertemu dengan Desi.
Yang di pelukkan gue namanya Hera lengkapnya Herawati. Anak kelas III ini memiliki sifat pemalu dan pendiam. Sangat saying kepada adiknya Juhaman kelas I. setiap harinya berangkat dan pulang sekolah berdua bersama adiknya. Rumahnya paling jauh dari sekolah setiap hari harus berangkat paling awal daripada teman-temannya agar tidak terlambat ke sekolah. Pernah suatu hari diajak bermain kerumahnya.
‘’ kak, ayo main ke rumah Hera tapi rumah Hera gubug jelek pasti kaka ngk mau’’ katanya polos
‘’kata siapa kaka ngk mau main?? Nanti habis ini kita ber ramai-ramai main ke rumah Hera’’ jawab gue menghiburnya.
Hera ini adalah anak yang paling dekat dengan gue, sesampai di rumahnya ternyata rumahnya adalah satu-satunya rumah yang berada didekat bukit jauh dari rumah-rumah penduduk yang lain pun juga tidak ada listrik disana. Setiap malam menggunakan lampu minyak . rumah kecil keluarga harmonis , sederhana, tentram dan nyaman. Hanya butuh kenyamana ketika kita ingin bahagia. Terimakasih Hera untuk waktu 1 minggunya. Terimakasih telah mengajak kami main ke rumah Hera.
Pernah sewaktu gue mau pulang dia memberikan gue sepucuk surat . terharu ketika membacanya.
‘’Kak Rahma sama temen-temennya kak Rahma tetap tinggal disini yaa, kak Rahma Jangan pulang. Nanti kalo kaka pulang aku nangis’’
*Di lain Hari ……
Heyy hari ini gue dengan Ibu Guru Riska (PM GIMA2 ) belajar bersama anak-anak kelas VI . belajar kita hari ini berbeda dengan hari yang lainnya. Kita belajar diatas batu yang besar di bawah birunya langi CIBUYUTAN. Kita belajar Sains , belajar memahami ciptaan Sang Kuasa dan belajar bagaimana memaknai kehidupan. Anak-anak pun sangat antusias bermain dan belajar bersama kami. Pertanyaan yang sama terulang kembali ‘’Kakaaaa jangan pulang yaaaa, kaka tinggal disini saja. Nanti kalo kaka pulang, kita belajar sama siapaaa??” terang seorang anak yang duduk didekat gue.
Ada Sarif anak kelas VI yang menjadi ketua kelas yang mengepalai ke sepuluh teman-temannya. Anaknya kecil, lincah dan mudah di ingat karena dia anak yang paling kecil di kelasnya tapi menjadi pemimpin di kelasnya. Dia juga banyak memiliki prestasi di kelas Agama. Pandai sekali tilawah dan dia pernah juara lomba Adzan juga lohh.
‘’System pendidikan dapat di bilang berhasil apabila bisa melahirkan SATU generasi yang hebat bukan hanya SEGELINTIR orang hebat ‘’ ~William S Budiman
Ada Mistam anak yang lincah, ceria, baik, penurut ,yang selalu polos dengan pertanyaan pertanyaannya. Setiap melihat kayu di jalan dia selalu mengambilnya untuk dibawa pulang sebagai kayu bakar. Pernah seketika dia bertanya ke gue ‘’Kaka kenapa Mistam harus punya adik??’’
Pertanyaan yang menurut gue, jarang ada pemikiran seperti itu di seumuran dia. Gue pun menjawab ‘’Biar nanti Mistam punya temen main, dan di rumah Mistam jadi tambah rame kalo Mistam punya adik’’
‘’Owhh gitu yaaa kaa’’ polos
Ekh Mistam juga jago gambar lohh, dia pintar sekali mencampurkan degradasi warna lohh. Keren sekali gambarnya. Arghh rasanya belum bias move on dari anak-anak lembah Cibuyutan. REJA, HERA, JUHAMAN, DESI, ANDRI, INDRA, NIA, RAHMA, RAHMAN, MISTAM, INTAN, EMY, ASEP, SARIF, ACHAN, DINI, FITRI, DONI dan anak-anak gue semuanya. Terimakasih kalian telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengenal kalian lebih jauh. Terimakasih untuk waktu 1 minggunya. Ada banyak orang-orang hebat disini yang kelak dapat mewujudkan desa ini lebih baik lagi. Anak-anak dengan segala kemampuannya yang mempunyai cita0cita yang mulia yang akan mengubah roda kehidupan desa ini lebih baik lagi.
‘’Berdiri di depan kelas seperti berada dibarisan masa depan kayak di mesin waktu yang menuju Indonesia 2030. Senang membayangkan bahwa kita sedang ikut membentuk masa depan itu. Kita mungkin bukan guru hebat tapi setidaknya pernah menepuk pundak mereka dan menitipkan doa bahwa mereka aka terus berjuang mencapai cita-cita betapa kerumitan hidup sebenarnya.
Terimakasih Allah atas kesempatan yang luar biasa hebatnya, pengalaman yang tak terlupakan., tanpa sinyal, tanpa listrik, dan 1 minggu menjalani kehidupan yang serba terbatas.
#CATATANKAKI #AKSIGIMA2 #CIBUYUTAN #DIARYGIMA2
#1-7 FEB 2015
Bogor , 17 februari 2015
Di keheningan malam rindu akan suasana CIBUYUTAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H