Mohon tunggu...
Qonitah Nuraini
Qonitah Nuraini Mohon Tunggu... -

Menjadi seorang penulis adalah HARAPAN KU :D

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rindu Menggila

8 Desember 2014   01:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:50 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gemuruh butir berjatuhan, membasahi setiap sudut objek sekitar. Kilatan dahsyat menyilaukan kacamata tak bersalah. Suara bisingan menjadi pelengkap butiran keberkahan jatuh. Penghuni bumi menyambut dengan cinta yang hangat, memberikan kehangatan dengan berkumpul bersama dalam bangunan kokoh. Dan orang pun bersuka cita menyambut butir-butir kehidupan itu jatuh. Aku tersadar, hari dimana semua penduduk belahan bumi memanfaatkan bersama orang tercinta. Entah kapan, aku bisa merasakan itu lagi. Berada di tengah-tengah mereka yang menjadi pendampingku sejak aku mulai menghirup dunia ini.

Membayangkan sesuatu yang tak tau apa maksud bayanganku. Memiliki sebuah impian besar yang aku tak tau harus bagaimana aku mendapatkannya. Berlari sekuat tenaga berharap ada mereka yang bisa membantuku. Mencoba memecahkan masalah apa yang aku punya saat ini. Aku seperti orang linglung yang tak tau harus bagaimana aku menghadapi masalah terbesarku. Aku seseorang yang menapaki kaki diatas garis besar MAHA , yang masih bertanya-tanya, benarkah aku sudah menjadi MAHA? Mengapa selalu saja aku berfikir, aku masih kecil belum tau apa-apa, aku masih ingin bermain bersama mereka, menikmati hujan turun, berlari bersama kesana-kemari, melantangkan suara kami “tik tik... bunyi hujan diatas genteng ... airnya turun tidak terkira...” hingga aku duduk manis di meja makan menikmati hidangan anget dari sang ibu tercinta.

Bayangan rumah seakan melekat erat di otakku. Merangsang seluruh organ ku untuk mengajakku pergi dan berlari berkumpul bersama mereka. Namun, tak mungkin ku meninggalkan tulisan yang sudah ku rangkai sedemikian rupa sebagai penenang para pembaca. Ya tuhan, aku tak tau mengapa aku ini? Merasakan kesedihan juga tidak, merasakan kebahagiaan juga tidak, tapi aku merasakan kerinduan yang mendalam mereka yang menjadi penyemangatku 3 tahun belakangan ini. Kerinduan itu susah buat ku ungkapkan. Bagaimana tidak, hidup bersama dalam satu naungan dengan tujuan yang sama, bersusah payah memperjuangkan sesuatu yang menjadi impian kami, yang kemudian sebagian impi itu terwujud di akhir penghujung kebersamaan kami.

Aku sayang kalian karna Allah, sahabat. Sahabat yang tak pernah ku bayangkan kita akan bersama, yang tetap kuat kokoh berdiri, padahal kita tau penghancur selalu ada du tengah-tengah keharmonisan itu. Satu per satu keluar dengan alasan tak kuat, namun kami lah yang mampu bertahan dengan segala apa yang tak akankami ketahui. Walau saat ini, entah dimana saja kalian berada aku tetap rindu kalian, aku tak bisa melupakan setiap memori yang kita lakukan, kejadian tiap detik yang begitu berharga, mulai dari tertawa hingga menangis tersedu-sedu yang berharap kita gak akan ke pisah jauh. Mungkin, semua orang bertanya, kok sampai segitunya banget sih ? kan Cuma sahabat ?! sahabat juga bisa di cari lagi kok, di tempat yang baru dengan perilaku yang mungkin lebih baik dari mereka. Adakah dari kita yang sudah melupakan masalalu itu? Sangat menyedihkan.

Ya .. aku paham, mungkin kalian belum pernah merasakan seperti posisiku saat itu. Yang tak mudah berdiri dengan berbagai sifat dan karakter yang berbeda. Yang memiliki keegoisan tinggi, yang tidak peka, yang tidak mau berteman dengan mereka yang biasa-biasa saja, dan segala kriteria yang tidak kita sukai. Namun, kami berusaha menyatukan perbedaan itu dengan prinsip kami. Hingga saat ini kami pun masih tetap terlihat seperti dulu, walau ruang dan waktu kami berbeda. Hanya Allah yang menyatukan hati kami dengan do’a kami. Hanya do’a yang mampu mengobati kerinduan ku pada mereka. Terkadang aku menyesali, mengapa aku harus memilih jalan yang tak sejalan dengan mereka ? berjauhan seperti ini membuatku tak tau sanggupkah aku ini !!. tapi, mereka tau yang terbaik buat aku, memotivasiku sekuat mereka agar aku tak mudah menyesali sesuatu yang sudah menjadi takdirku.” Kamu bisa berdiri tegap dengan keadaanmu yang baru. Percayalah kebahagiaan akan tetap kau raih meski jarak kita yang terpisah, namun hati kita tetap terpaut dengan do’a kita, Allah mencintaimu bila kau mencintaimu”.

Saat pijakan MAHA ini sudah berbeda, semoga kebersamaan kita tak pernah luntur. Tetap subur hingga waktu tak tentu. Menjalin sebuah hubungan dengan jarak jauh dengan harmonis. Semoga kita kan bisa berkumpul bersama, bersama kita mewujudkan mimpi ynag belum kita capai ketika dulu kita bersama. Teman akan selalu ada disaat pijakan ini sudah berbeda. Salam perjuangan buat kita semua, semoga aku kamu kita dan mereka sukses bersama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun