Mohon tunggu...
Qonitah Nuraini
Qonitah Nuraini Mohon Tunggu... -

Menjadi seorang penulis adalah HARAPAN KU :D

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penyimpangan dan Pengendalian yang Terikat

30 Oktober 2014   14:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:11 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyimpangan sosial dimasyarakat sudah banyak dan biasa di tengah-tengah mereka. Namun, kerisihan juga tidak bisa dihindarkan. Peyimpangan sosial adalah perbuatan yang melanggar hak dan norma yang kemudian mendapat imbalan yang setimpal sesuai dengan perbuatannya. Penyimpangan di masyarakat banyak sekali mulai yang ringan hinga yang berat. Penyimpangan ini terjadi, dikarenakan faktor psikis pelaku yang tidak stabil atau sudah miring. Penyimpangan-penyimpangan ini, diharapkan segera tertuntaskan sehingga penyakitnya segera hilang.

Contoh dari penyimpangan sosial yang masih bisa diterima di masyarakat yang hukumannya tidak terlalu berat yaitu mabuk-mabukan, main judi, trek-trekan motor yang membuat keributan dll. Penyimpangan ini, masih termasuk ringan karna masyarakat masih memakluminya. Biasanya diberi tegur, nasihat atau dimarah-marahin agar tidak mengulangi lagi, karana hanya akan mengganggu kenyamanan masyarakat sekitarnya. Kemudian, contoh dari penyimpangan sosial yang sudah tidak bisa diterima di masyarakat yang ia pun mendapatkan hukuman sangat berat dari masyarakat, alias sudah tidak ada lagi toleransi yang diberikan. Contohnya yaitu, pemerkosaan, perampokan, pencabulan, pembunuhan, penipuan dll.  Semua penyimpangan ini sudah sangat keterlaluan. Ini menyangkut hak asasi manusia. Hukuman seperti ini, bisa sampai hukum mati, karna menyangkut nyawa manusia. Hukuman bisa berupa dihukum mati, di laporkan ke bagian wajib, di sidang, dikeluarkan dari keluarga masyarakat, menjadi bahan cemooh, di kucilkan dan di masukkan dalam penjara.

Contoh-contoh penyimpangan itu, sudah menjadi makanan sehari-hari jika melihat di televisi. Miris dan kasihan masalah seperti itu. Zaman ini serasa kembali ke zaman kebodohan, yang penuh dengan pembunuhan , pemerkosaan , pencabulan. Manusia hidup untuk bersosialisasi baik dengan yang lainnya, tapi kenapa malah ditindas yang tidak baik. Sangat di sayangkan. Semakin banyak kejahatan dimana-mana , semakin banyak tangan-tangan pembunuhan dimana-mana. Beraneka macam kejahatan membuat banyak orang khawatir yang berlebihan. Mereka pasti merasakan , lingkungan mereka sudah tidak nyaman, namun bagaimana lagi hanya kata hati-hati yang bisa jadi pegangan agar tidak terjadi apa-apa.

Lalu, dari masalah-masalah yang ada di atas, harus adanya pengendalian sosial. Apa saja pengendaliannya ? pengendalian bisa berupa nasihat atau teguran dan adanya sosialisasi tentang penyimpangan yang ada di masyarakat.  Adapun teori tentang pengendalian sosial yang dikembangan oleh Sosiolog Walter Reckless(1973) menerangkan adanya dua sistem kontrol yang mengekang motivasi kita untuk menyimpang. Pengendalian batin kita (inner conttol) mencakup moralitas yang telah kita internalisasikan hati nurani, prinsip keagamaan, ide mengenai benar dan salah. Pengendalian batin pun mencakup ketakutan pada hukuman, perasaan integritas, dan hasrat untuk menjadi seseorang yang “baik” (Hirschi 1969;Rogers 1977:Baron 2001). Pengetahuan luar kita terdiri atas orang-orang seperti keluarga, teman dan polisi yang mempengaruhi kita agar menyimpang.

Pengendalian bisa juga melalui faktor keluarga, karna keluarga adalah faktor pertama dalam pembentukan  kepribadian seseorang. Pengendalian lewat keluarga akan banyak sekali nasihat dan teguran dari anggota keluarga. Ada memang yang sadar tapi ada juga yang masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Upaya seperti ini , agar psikis mereka tidak terbebani terlalu dalam. Ada yang cuman dinasihatin saja , malah sampe gila karna  dia sangat merasa bersalah.  Pengedalian seperti ini jangan menjatuhkan diri mereka tapi beri semangat agar mereka bangkita dari kesalahan dari apa yang mereka lakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun