Ada tiga pendekatan teoritis yang digunakan dalam kajian tentang berpikir dan pemecahan masalah. Pertama adalah Teori Stimulus-Respon, yang berdasarkan pada konsep bahwa berpikir adalah proses asosiatif. Kedua, teori yang berakar pada psikologi Gestalt yang menekankan pada pentingnya “pola keseluruhan” daripada “bagian-bagian terpisah” serta insight. Ketiga, teori yang memakai konsep pemrosesan informasi dengan program komputer dalam mengkaji berpikir dan pemecahan masalah.
1.Teori Stimulus-Respon
Konsepsi stimulus-respon memandang bahwa berpikir didasarkan atas proses asosiatif. Berpkir dipandang sebagai tingkah laku trial-and-error yang tidak tampak, sama seperti tingkah laku trial-and-error yang tampak dalam menghadapi berbagai situasi belajar. Individu yang belajar melakukan kegiatan melalui proses trial-and-error dalam rangka memilih respon yang tepat bagi stumulus tertentu.
Dalam menghadapi situasi bermasalah, seseorang menggunakan kebiasaan-kebiasaan yang telah dipelajari melalui pelaziman. Kebiasaan adalah aspek tingkahlaku yang telah menetap, dalam penggunaannya berasosiasi kepada tingkat tantangan yang dihadapi. Kebiasaan juga juga tersusun dalam apa yang disebut dengan hirarki rumpun-kebisaaan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa seseorang mengahadapi suatu situasi dengan hirarki macam-macam kebiasaan.
Menurut teori ini dalam suatu situasi pemecahan masalah, kebiasaan akan menetap dalam urutannya hingga berhasilnya suatu respon.
2.Teori Gestalt
Teori psikologi Gestalt mendekati persoalan berpikir dan pemecahan masalah dari pandangan bagaimana individu menentukan dunianya. Berpikir dipandang sebagai mengorganisasikan persepsi, yaitu proses di mana seseorang menangkap pola-pola keseluruhan dari stimuli, atau makna dari bagian-bagian stimuli dalam pola keseluruhan dengan berbagai cara. Berpikir dengan demikian adalah sebuah proses perseptual-kognitif.
Ciri pendekatan psikologi Gestalt terhadap pemecahan masalah tergambar pada hasil pengamatan Wolfgang Kohler terhadap simpanse miliknya: Pisang digantung di langit-langit kandang. Di sudut kandang diletakkan beberapa buah kotak. Simpanse mencoba menggapai pisang beberapa kali namun gagal. Ketika beristirahat sejenak ia melihat kotak-kotak itu. Ditariknya kotak satu demi satu kemudian ditumpuk. Dengan berdiri di atas tumpukan kotak-kotak simpanse dapat meraih pisang. Pengalaman simpanse yang menemukan pemecahan masalah ketika melihat kotak-kotak disebut insight. Keberhasilan mendapatkan insight setelah melalui pengorganisasian persepsi terhadap keseluruhan situasi masalah (pola) yang akan diatasi. Hal ini disebut juga fenomena “Ah-Ha!”.
3.Pendekatan Pemrosesan-Informasi
Pendekatan pemrosesan-informasi adalah upaya memformulasikan bentuk flowchart atau urutan kejadian, dengan penggunaan format dari program komputer. Suatu program komputer terdiri dari rangkaian langkah-langkah atau kaidah-kaidah yang menguraikan apa yang diperbuat komputer.
Bagaimanapun, manusia jauh lebih baik daripada komputer. Implikasinya adalah pendekatan pemrosesan-informasi terhadap tingkahlaku adalah sebuah program yang dapat men-simulasi-kan proses-proses psikologis digunakan sebagai model yang sangat abstrak dalam berpikir dan memecahkan masalah.
Beberapa macam program untuk memecahkan masalah dapat dikembangkan. Salah satunya adalah penyelesaian serial-letter. Masalah yang harus dipecahkan subyek adalah mengisi huruf selanjutnya, dari contoh berikut:
Program yang dibuat untuk mengatasi masalah ini harus terpasang secara instrinsik terhadap seri tersebut. Jika suatu program dapat berhasil memecahkan suatu bentuk masalah, maka temuan itu dapat menyumbang kepada teori kegiatan pemecahan masalah.
F.Saran-saran Praktis
Lima saran praktis di bawah ini dikembangkan dari prinsip-prinsip umum berpikir dan memecahkan masalah yang dapat digunakan untuk memecahkan situasi bermasalah sehari-hari.
1.Pahami masalah: dengan cara mempertanyakan apa sebenarnya permasalahan yang sedang dihadapi. Dengan menjawab apa masalahnya sebenarnya, di mana letak masalahnya, dan bagaimana peta masalahnya, maka kita sampai pada pemahaman terhadap masalah.
2.Pikirkan masalah secara seksama: dengan memahami masalah kita dapat menentukan berbagai kemungkinan pemecahan yang tepat, serta mengingat kembali pemecahan masalah serupa yang pernah dilakukan sebelumnya.
3.Kenali semua kemungkinan pemecahannya: kenali dan klasifikasikan beberapa kemungkinan pemecahan yang timbul dari penalaran. Kita dapat membuat dafar kemungkinan pemecahan dari yang paling sederhana sampai kepada yang kompeks.
4.Temukan strategi pemecahannya: pada langkah ini kita telah memahami situasi yang sebenarnya serta telah mendapatkan kesimpulan yang tepat; pemecahan yang efektif dengan menggunakan suatu pilihan dan pendekatan tertentu.
5.Evaluasi kemungkinan implementasi pemecahannya: setelah keputusan akhir diambil, evaluasi kembali pilihan itu. Pertimbangkan implementasinya, apakah pilihan tersebut rasional, logis, praktis dan layak? Jika kita sudah berketepatan hati, maka lakukanlah rangkaian tindakan yang harus dilakukan.*
Di bawah ini disajikan ringkasan dari buku How to solve it. Disebutkan ada beberapa tahapan untuk menyelesaikan problem, yaitu:
1.Memahami problem
Problem apa yang dihadapi? Bagaimana kondisi dan datanya? Bagaimana
memilah kondisi-kondisi tersebut?
2. Menyusun rencana
Menemkan hubungan antara data dengan hal-hal yang belum diketahui.
Apakah pernah problem yang mirip?
3.Melaksanakan rencana
Menjalankan rencana guna menemukan solusi, periksa setiap langkah
dengan seksama untuk membuktikan bahwa cara itu benar.
4.Menengok ke belakang
Melakukan penilaian terhadap solusi yang didapat.
Keempat tahapan ini lebih dikenal dengan See (memahami problem), Plan
(menyusun rencana), Do (melaksanakan rencana) dan Check (menguji jawaban),
5 sudah menjadi jargon sehari-hari dalam penyelesaian problem sehingga Polya layak disebut dengan Bapak problem solving.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H