“pa, kenyang.”
“ha! Buat mba putri jak dek!”
“niaa, ambeklah.”
Setelah aku jadikan satu nasinya, mama ternyata mau. Kemudian aku bagi dua di piring yang berbeda, lalu aku pun masuk ke dalam kamar. Langsung aku rebahkan tubuhku ke kasur yang aku tunggu sedari tadi. Langsung aku ambil buku tersebut. “The Khilafa”
Baru membaca bagian belakang sampul, aku langsung tertarik untuk membacanya. Baru awal membaca saja, aku sudah dikejutkan oleh cerita yang membuat dadaku sesak dan air yang menggenang di kedua mataku. Serta pertanyaan dalam benakku “mengapa? Kenapa? Bagaimana? Siapa?” bukan hanya itu. Banyak lagi.....
Isi buku itu membuatku tersentak jauh! Bahkan aku sampai takut untuk tertidur. Aku baru menyadari, aku lemah, aku bukan siapa-siapa, tak pantas aku sombong, aku masih jauh dari sebuah kebaikkan, apalagi kemuliaan.
Buku itu menceritakan tentang bagaimana kita seharusnya kita mensyukuri apa yang kita miliki sekarang. Mengajarkan kita untuk lebih sadar akan makna hidup ini, tujuan hidup ini. Realita yang ada dibuku itu mencampakkan keinginan-keinginan kita saat ini. Yang ada hanya perjuangan!
Buku itu membuat aku termenung, ketika aku terbangun dipagi hari. Menangis sesenggukkan ketika membacanya. Kisah cintakah? Memang ada disana, tapi bukan novel fiktif. Ini antara hidup dalam dunia fana dan dunia yang sesungguhnya.
Aku ingin menceritakan, namun aku sendiripun tak sanggup untuk mengatakan semua itu. Wajar, jika mereka yang ada didalam buku itu hanya bisa berjuang di tanah mereka sendiri dan mereka lebih memilih diam dalam gambar, tulisan dan lukisan, serta kiasan. Mereka sakit, bukan hanya fisik, namun juga batin mereka.
Buku itu, membuka paragdima berpikir aku tentang hidup mulai saat ini. Hidup sebagai seorang MUSLIM!