Memikirkan asal muasal suatu benda akan menjadi hal menarik dan menantang. Ya, menarik karena dalam penelusurannya kita akan menemukan sebuah kisah yang memukau di balik penciptaan sesuatu. Lalu menantang kita pada akhirnya untuk membuat sesuatu yang juga spektakuler seperti para pendahulu.
Suatu sore, saat saya telah menyelesaikan satu tulisan yang harus dikirim ke seorang teman, mata sayapun mengarah pada deretan koleksi referensi yang berjejer rapi di Pusat Sumber Belajar Dompet Dhuafa. Mulai dari ensiklopedia, bundelan berbagai majalah, tesaurus, Kamus Besar Bahasa Indonesia hingga Kamus Indonesia-Inggris/Inggris Indonesia.
Mata sayapun tertarik pada kamus biru yang tebalnya mungkin bisa kita jadikan bantal. English Oxford Dictionary! Membayangkan siapakah aktor di balik pembuatan kamus yang pertama lahir pada tahun 1984 ini? Saya pun penasaran dan mencari tahu melalui Mbah Google. Hasilnya adalah..
Dialah James Augustus Henry Murray yang karena fenomenalnya diangkat Simon Winchester dalam bukunya, The Professor and the Madman: A Tale of Murder, Insanity, and the Making of the Oxford English Dictionary (Harper Collins, 1999).
Henry adalah seorang anak yang lahir dari keluarga yang sangat sederhana. Orang tuanya adalah penjahit yang hidup di pinggiran kota. Karena impitan ekonomi, Henry tidak bisa bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Pendidikannya yang berakhir di tingkat Sekolah Dasar, tetapi tidak menyurutkan semangatnya untuk belajar dan berkarya. Henry muda sangat senang membaca dan pergi ke perpustakaan di kota tempat tinggalnya. Dia memelajari secara otodidak tentang sejarah, astronomi dan botani juga berbagai bahasa. Di usianya yang belia, 15 tahun, Henry telah menguasai Bahasa Perancis, Jerman, Latin dan Italia. Berkat wawasannya yang luas dan pemikirannya yang mendalam, Henry diangkat sebagai kepala sekolah di usia 20 tahun.
Selanjutnya, karir Henry semakin menanjak. Kecintaannya di dunia linguistik membuatnya menjadi ahli dan disegani oleh para filolog lainnya. Kecerdasan dan ketekunannya inilah yang akhirnya mengantarkan Henry diberikan tanggung jawab untuk menjadi editor English Oxford Dictionary. Setelah sebelumnya dua editor yang mengawali penyusunan kamus ini mundur akibat meninggal dunia (Herbert Coleridge) dan mundur dari tim editor (Frederick Furnivall).
Masa Perjuangan
English Oxford Dictionary ini sebenarnya digagas oleh seorang pendeta terkemuka, Richard Chevenix Trench dalam sebuah pertemuan di Perpustakaan London, Inggris di hadapan Komunitas Filologi dan Komunitas Statistik pada tahun 1857. Dalam pidatonya yang berapi-api, Trench menyampaikan bahwa harus ada sebuah kamus bahasa yang merekam seluruh kata dan kutipan yang pernah dipakai dalam rentang kehidupan manusia dalam suatu bahasa standar. Kamus ini harus memberikan catatan historis dari masing-masing arti kata dan menyebutkan tanggal kata tersebut pertama kali ditulis dalam Bahasa Inggris, selain daftar tanggal yang menunjukkan perubahan penggunaan kata tersebut selama bertahun-tahun.
Strategi pertama yang dilakukan oleh Henry setelah pengangkatan adalah membuat press release terkait proyek yang sedang disusunnya. Henry juga menyelipkan press release pada setiap buku-buku baru dan jurnal-jurnal yang diterbitkan di Inggris. Adapun press release itu berisi tentang imbauan dan permohonan bantuan kepada para sukarelawan yang bersedia membaca buku yang direkomendasikan kemudian mencatat kata dan kutipan di buku tersebut lalu mengirimkan kepadanya. Serta meminta saran dan rekomendasi buku yang harus dibaca oleh para tim editor.Â
Selanjutnya Henry membangun satu markas yang khusus mendata dan mengolah kata-kata yang ditemukannya sendiri maupun kiriman dari sukarelawan. Markas yang kemudian dikenal sebagai Scriptorium ini dibangun di tanah yang disewakan oleh Mill Hill School. Scriptorium yang lebih kelihatan seperti kandang karena dibangun dari seng dan tidak beraturan ini berhasil menyusun 291.500 entri dalam 21.730 halaman yang kemudian diterbitkan pada 29 Januari 1984.
Kini, Oxford English Dictionary telah memuat lebih dari 3,5 juta kutipan mulai dari karya sastra klasik, ahli terbitan berseri, naskah film hingga buku-buku resep. Pada bulan Desember 2016 lalu, Oxford English Dictionary ini juga berhasil mengumpulkan 500 kata baru. Kata terbaru yang menjadi The Oxford Dictionaries Word of the Year 2016 adalah post-truth – yang diartikan sebagai sebuah situasi di mana fakta-fakta yang dirujuk kurang berpengaruh dalam membentuk opini,tidak seperti pengaruhnya terhadap emosi dan kepercayaan seseorang.
Setelah hampir 150 tahun Oxford English Dictionary berkontribusi dalam memberikan pemahaman bagaimana Bahasa Inggris berkembang setiap waktu atau menggali lebih dalam asal muasal kata dan variasinya di seluruh dunia. Selain itu yang membedakan Oxford English Dictionary dengan kamus lainnya adalah tercatatnya setiap suku kata dengan artinya berdasarkan sejarah dan konteks dari kata tersebut yang telah ada baik 1000 tahun lalu hingga saat ini. Luar biasa bukan?