Mohon tunggu...
Dini Wikartaatmadja
Dini Wikartaatmadja Mohon Tunggu... profesional -

Pustakawan, Penulis, Violist

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saya Dini, Seorang Pustakawan!

21 Juli 2014   15:06 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:43 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sesampainya di Kongres tersebut atas nama perwakilan dari UI saya benar-benar dag dig dug. Betapa tidak, saya melihat banyak Pustakawan dari berbagai penjuru dunia. Mereka terlihat sangat percaya diri dan mengeluarkan aura yang kepustakawanan yang kental. Entah bagaimana saya menjelaskan tapi ya begitulah. Kebnayakn dari mereka berprofesi sebagai Pustakawan sudah melewati angka 10 tahun. Ada Pustakawan Perguruan Tinggi, Pustakawan Sekolah, Pustakawan Peprustakaan Umum, Information Scientist.

Semua berkumpul menjadi satu. Saling bertukar pengalaman juga kartu nama. Untungnya saat itu saya sudah punya inisiatif punya kartu nama sendiri. Setiap saya memberikan kartu nama maka saya kan sedikit mewawancarai dengan pertanyaan yang seragam, "Pustakawan mana dan mengapa memilih profesi ini?". Semua jawaban selalu sama , "Panggilan hati". Saya inagt sekali dengan jawaban tersebut. Saya semakin bingung,tapi saya tetap mendengarkan dan mengamati. Ya baiklah, panggilan hati. Sepulang dari KL saya semakin banyak merenung dan lebih bersemangat kuliah. Kali ini saya berupaya untuk menyerap setiap informasi yang diberikan di perkuliahan. Saya lebih berani untuk mendatangi dosen-dosen dan meminjam buku-buku tentang Kepustakawanan.

Tidak lepas dari sana, saya mendapatkan kesempatan untuk menjadi Peninjau dari Coca Cola Foundation untuk Perpustakaan yang akan diberikan bantuan dari CCF. Saya berkeliling Jawa dan Kalimantan. Saya mendatangi Perpustakaan-perpustakaan baik di pelosok daerah maupun di perkotaan. Saya terpesona. Ya..terpesona dengan para Pustaakwan di daerah juga perpustakaan yang bisa mnejadi bagian dari masyarakat. Di Jakarta saya melihat perpustakaan sepi dari pengunjung juga pustakawan yang kebanyakan kurang bersahabat.

Tapi berbeda di daerah-daerah yang benar-benar menjadikan profesi Pustakawan ini seperti Malaikat. Membantu dan menolong orang-orang untuk lari dan meningalkan kebodohan. Bagaimana tidak, program-program mereka yang dijalankan secara aktif ke masyarakat juga perpustakaan yang bisa menjadi rumah kedua bagi masyarakat adalah hal yang menakjubkan. Sekali lagi saya meyakini ini adalah petunjuk Tuhan yang kedua. Hingga puncaknya saya mendapatkan undangan dari CONSAL di Vietnam untuk hadir di Kongres tersbut. Saya kembali GR kalau Tuhan benar-benar memperhatikan saya. Surat undangan dialamatkan ke rumah juga kampus. Saya sekali lagi bersikeras untuk ikut walaupun dengan berdarah-darah akhirnya saya sampai juga menjejakkan kaki ke acara bergengsi tersebut.

Saya bertemu dengan pustakawan hebat dari berbagai belahan dunia, John Hickok salah satunya, Pustakawan dari California ini cukup mampu membuat saya menambah keyakinan untuk profesi ini. Katanya di saat breakfast, "Pustakawan itu seperti dokter sekaligus guru. Dia menyembuhkan orang-orang dari kebodohan juga mengajarkan pengetahuan. Ini adalah profesi yang sangat mulia. Profesi yang Tuhan ciptakan untuk orang-orang pilihan", paparnya dengan senyum. Saya tertegun.

Sejak saat itu saya memutuskan untuk menapaki profesi ini,Pustakawan. Dalam menapaki jalan Kepustakawanan saya pun dipertemukan dengan Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia melalui Pak Blasius Sudarsono. Semakin mantap pula saya menjejaki profesi ini. Semakin kuat pula hati ini untuk mengabdi dan menjalani profesi, Pustakawan dengan hati yang benar. Banyak hal yang saya dapatkan setelah saya bekerja di YPPI. Tidak hanya berupa keilmuan tapi juga kehidupan.

Bos saya di YPPI banyak mengajarkan banyak hal yang saya yakin akan sangat berguna untuk menjalani kehidupan ini. Saya pun banyak bertemu para Pustakawan Sejati juga rendah hati yang memliki semangat yang tinggi untuk mengabdikan dirinya untuk Bangsa dan Negara.Mereka tidak hanya sekedar berteori, mereka melakukan aksinya. Mereka berkorban tidak hanya harta terkadang nyawa-pun jadi taruhan. Mereka tidak pernah menuntut tapi mereka berkreasi untuk membuka sumber-sumber harapan. Mereka bagi saya adalah sumber inspirasi dan pahlawan yang sebenarnya. Saat ini saya pun berada di dekat Pahlawan lainnya yakni bos saya sendiri. Saya menyadari belum memberikan kontribusi apa-apa untuk kemajuan Kepustakawanan Indonesia tapi saya juga tidak mau kalah dari Pustakawan lainnya untuk kontribusi kepada bangsanya lewat jalannya masing-masing. Ya. saya Dini Wikartaatmadja dan saya seorang PUSTAKAWAN.  Salam Literasi! :)

23 September 2013

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun