setiap detik pikirannya saling beradu satu sama lain, semakin cepat tak terkendali. kepala semakin sakit. bukan karena ia sakit, tapi karena ribuan pertanyaan dibenakknya yang berteriak meminta jawaban. tapi setiap pertanyaan yang di coba untuk di jawab ia akan merasa takut. gila semua itu memang membuatnya gila. gila oleh pertanyaan-pertanyaan yang tak jelas apakah ada jawabannya atau tidak. terkadang ia membenturkan kepalanya untuk mencoba menghilangkan pertanyaan-pertanyaan yang setiap harinya menyakiti isi kepalanya. bukannya hilang pertanyaan itu justru kepalanya terluka, paling parah keluar darah karena benturannya terlalu keras atau memar. selalu begitu tak pernah berubah. sampai akhirnya ia bisa berdamai dengan pertanyaan-pertanyaan itu. bukan karena pertanyaan itu ada jawaban atau dokter memberikan obat, tapi hanya karena sebuah cerita, tepatnya novel. ada salah satu pertanyaan yang sesuai dengan novel itu "apakah Tuhan itu adil?", dan akhirnya ia tahu jawabannya. Tuhan itu Maha Adil. jika kau bertanya dimana letak adilnya, ia sendiri tak tahu tapi ia yakin bahwa keyakinannya tentang Tuhan itu Maha Adil itu benar adanya. pertanyaan lain yang sesuai dengan novel itu "aku sudah lelah, aku tak bisa bersabar lagi dengan semua ini. bukankah Engkau bilang setiap cobaan yang diberikan tidak akan melebihi batas kemampuan. tapi aku tak kunjung menemukan jalan keluar justru kesabaranku habis dan rasanya aku sudah tak sanggup. lalu apakah kesabaran itu benar ada batasnya? tapi aku masih tetap menunggu keajaiban". satu demi satu pertanyaannya selama ini terjawab, tak semuanya tapi paling tidak ada yang terjawab dan kepalanya takkan terlalu sakit sekarang.
....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H