Ketika berbicara mengenai etika, apa yang muncul dalam benak anda ? Dalam kehidupan sehari hari pun kita sering mengasumsikan mengenai hal yang baik dan yang buruk. Secara garis besarnya memang tak salah, tapi pengimlementasian kita yang masih perlu dikaji ulang. Dalam kehidupan yang modern ini, kita sering berkiprah dengan dunia IT dan segala sosial medianya. Tak jarang kita menjumpai orang yang meluapkan segala isi hati dan permasalahanya ke dalam media sosial. Ada yang pamer lewat sosial media, ada yang curhat, dan ada yang berkicau yang aneh aneh. Kalau masih tergolong wajar sih tidak apa apa, tapi kalau sudah menyangkut fitnah, pelecehan nama baik, SARA, ataupun menyangkut nama baik. Ranah hukum lah jalan akhirnya. Seperti kasus pengguna sosial media facebook yang lagi hits akhir-akhir ini, sebut saja namanya A. Seorang pemuda di Jakarta yang awalnya cuma iseng iseng, tapi malah akan berakhir dijeruji besi. Untung “Beliaunya” legowo dan mau memaafkan, kalau tidak ???? Akan jadi apa nantinya…
Sebenarnya kita berkicau didunia sosial itu boleh-boleh saja, tapi ya itu harus ada batasan batasan tertentu. Jangan seenaknya saja, atau labil sesuai mood kita. Bahkan secara gamblangdalam nilai nilai luhur Pancasila telah disebutkan tentang bagaimana caranya kita itu saling toleransi satu sama lain. Bukan malah saling menyakiti dan saling menghujat sesama warga Negara. Meskipun tanpa maksud tertentu, akan tetapi perbuatan seperti itu secara tak langsung akan merusak moral dan kepribadian bangsa. Aneh dan konyolkan bila suatu bangsa terpecah belah hanya gara gara unggahan tak penting dalam sosial media ? Maka dari itu, seyogyanya kita harus berhati hati, dalam bertindak ataupun berkicau dalam sosial media.
Kasus real dalam beretika, pernah suatu ketika saya menemui kicauan atau wacana dalam sosial media, yang menurut saya aneh. Sebagai misal ini masalah panyebutan nama seseorang, apalagiini orang yang terpandang. Layaknya penyebutan nama presiden kita sekarang ini Bapak Ir.H. Joko Widodo. Dalam sosial media ataupun dalam kehidupan sehari hari kita sering mencantumkan atau menyebutkan dengan julukan “JOKOWI”.HELO….?Itu presiden loh pak, buk. Meski itu merupakan panggilan sapaan sehari hari, tapi dalam kaidah beretika , setidaknya mbok ya kita itu memberikan rasa hormat kita kepada Beliau dengan menambahkan kata “bapak” , atau “saudara”. Dalam hal ini, kebiasaan yang kita anut sudah sepantasnya diubah. Menurut anda semuanya, lebih sopan mana antara penyebutan nama“JOKOWI” saja, dengan menambahkan kata “bapak” dibagian depannya ? Saya kira, anda semua sudah mengerti mana yang menurut anda dianggap sopan atau tidak.
Penerapan nilai kesopanan dalam kehidupan sehari hari harusnya sudah mulai ditanamkan sejak dini. Baik dalam berkata ataupundalam berperilaku. Tapi dalam hal ini ada banyak factor disekitar kita yang dapat mempengaruhi nilai nilai tersebut. Seperti dari keluarga, teman, sekolah, lingkungan sekitar, teknologi ataupun perkembangan zaman. Dan pada akhirnya semua dapat kembali ke pribadi masing masing. Etika yang ada pada diri kita merupakan cerminan lingkungan dan orang orang disekitar kita. Kita harus bisa menjaga harkat dan martabat kita , dengan pandai beretika. Dengan begitu orang orang yang disekeliling kita tidak terkena imbasnya. Terima kasih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI