Mohon tunggu...
Afrisal Planter
Afrisal Planter Mohon Tunggu... karyawan swasta -

'Kuli kebun' di Kalimantan Barat.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Hanya Cerita Miris Tentang Petani

25 September 2014   18:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:33 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Saat membuka kompasiana saya terkejut ternyata ada hari tani tepatnya tanggal 24 september. Mungkin saya orang yang kurang informasi sehingga tidak mengetahui hari tani, padahal hidup dan pendidikan saya berbasis pertanian. Namun selama kuliah 15 tahun yang lalu tidak pernah ada dosen yang menyinggung tentang hari tani, justru yang saya dapat informasi bahwa petani adalah kaum marjinal, tidak diperhatikan secara serius oleh pemerintah, setiap kebijakan kurang berpihak kepada petani, kesejahteraan petani memprihatinkan, petani sebagai produsen hanya menjadi 'sapi perah' bagi distributor/pembeli karena hasil pertanian dihargai rendah dan banyak cerita miris dan sedih tentang petani.

Petani sebagai profesi yang mulia mulai ditinggalkan kaum muda, hal ini sangat wajar coba bayangkan harga karet di pedalaman Kalimantan Barat hanya 4000/ kg sedangkan harga di pabrik karet bisa mencapai 15000-20000/kg, harga 1 buah cempedak dihargai 1000 dan dijual kembali per kilo bisa mencapai 10000-15000, harga duku 1 karung 25 kilo dihargai 25000 di jual kembali 1 kilo 10000 hampir semua komoditi pertanian kaum petani hanya mendapat tetesan harga yang sangat kecil sehingga pertanian hanya menjadi profesi untuk bertahan hidup atau cukup untuk makan untuk sebagian besar petani di Indonesia.

Permasalahan petani sangat kompleks mulai dari budidaya pertanian, ketersediaan modal, ketersediaan saprodi dan pemasaran.Namun ada beberapa contoh komoditi pertanian yang bisa membuat petani sejahtera, salah satunya budidaya kelapa sawit. Ada beberapa hal yang menyebabkan budidaya kelapa sawit lebih menguntungkan di karenakan pendeknya mata rantai pemasaran. Seorang petani kelapa sawit hanya menyewa truk kemudian langsung menjual ke pabrik kelapa sawit sehingga margin pendapatan lebih tinggi. Pola budidaya pertanian kelapa sawit biasanya telah menggabungkan industri hulu dan hilir dalam satu wilayah yang tidak terlalu jauh dan luas, dimana pabrik kelapa sawit membutuhkan bahan baku olahan dari petani sehingga di mana ada kebun kelapa sawit dapat di pastikan terdapat pabrik olahan dan hasil kelapa sawit dapat langsung dijual.

Petani yang berhasil adalah petani sebagai produsen sekaligus pengecer atau penyalur, jika petani hanya sebagai produsen maka margin keuntungan sangat kecil. Berharap kepada pemerintah untuk menyiapkan pengabungan industri hulu dan hilir sangat kecil kemungkinannya sekarang petani harus kreatif melihat celah yang ada agar margin keuntungan dari suatu komoditi pertanian dapat lebih besar.

Salam planter

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun