Mohon tunggu...
Rivalino Shaffar
Rivalino Shaffar Mohon Tunggu... profesional -

Rivalino Shaffar (Rino) adalah seorang Fasilitator 7 Habits of Highly Effective People dan Mastering My Career. Rino adalah penulis buku-buku perencanaan karir, Ngapain Kerja Kalau Terpaksa? Masih Cuek dengan Kuliahmu dan Menjadi Bawahan Berpengaruh. Rino juga pencipta sistem perencanaan karir, The Essential Career Compass dan Anda dapat merencanakan karir Anda di websitenya www.skillmoretraining.com.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Ketika Media Ditinggal Penontonnya

3 November 2016   06:29 Diperbarui: 3 November 2016   15:29 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)

Apakah media dibentuk oleh masyarakat atau media membentuk masyarakat? Jawabannya masyarakat yang mana?

Pada awalnya, media adalah pembawa kabar apa yang terjadi pada masyarakat sehingga masyarakat tahu apa yang sedang terjadi. Namun ketika globalisasi terjadi, masyarakat dunia menjadi satu. Pemberitaan dan tontonan bisa jadi tidak mencerminkan masyarakat di mana media itu ada.

Lihat saja bagaimana tren di satu negara menjadi tren di negara lain. Media bisa menjadi pembentuk masyarakatnnya. Masyarakat yang mana yang diwakili oleh media? Masyarakat kebanyakan atau masyarakat yang kuat bayar media? Iklan dan berita saat ini lebih menjadi barang komersial. Satu pihak bisa membayar media agar kejadian di organisasi atau perusahaannya tidak meluas atau bahkan tidak diberitakan di media tersebut sehingga kerugian bisnis bisa dihentikan karena masyarakat tidak mengetahuinya.

Biaya yang paling murah untuk "menyogok" media adalah dengan "melayani" wartawan yang mencari berita. Jangan sampai berita yang ditulisnya sampai ke meja redaksi. Makanya banyak informasi yang menyatakan bahwa wartawan kami tidak menerima bayaran. Ini untuk memastikan kepada masyarakat bahwa kami netral dan benar-benar menjadi cermin yang jujur dari masyarakat dimana mereka berada.

Namun, apa yang terjadi jika media dimiliki oleh pejabat partai atau pengusaha. Tentunya mereka tidak akan mengarahkan cermin mereka kepada kebobrokan partai atau bisnisnya. Di sinilah hati nurani para karyawan, termasuk wartawan, diuji. Membela yang benar atau membela yang bayar. Wartawan yang datang meliput bencana bisa menghadapi dilema karena ternyata yang sigap menolong masyarakat adalah pihak yang berseberangan oleh kepentingan pemilik media atau investornya: tidak diliput karena perintah atasan atau meliput karena kenyataannya begitu.

Di era digital dan media sosial, kenyataan ini membuat banyak media alternatif yang dimiliki oleh pihak-pihak yang tidak terwakili atau tidak mau membayar media lain. Hal ini meramaikan pemberitaan yang saat ini bisa dinikmati dari smartphone kita. Adanya cyber team dari suatu kepentingan menjadi begitu mencarut-marutkan pemberitaan dan bahkan mengotori cermin dari media. Cyber team adalah sekelompok orang yang bertugas mendesain dan menyebarkan informasi yang diinginkan pemiliknya atau pembayarnya. Jadi memang zamannya antara yang nyata dan yang tidak nyata, yang benar dan yang salah bercampur dan membingungkan masyarakat.

Jadi bagaimana solusinya, di kala kita sadar kita mudah percaya pada apa yang kita baca atau dengar atau lihat, kita perlu kritis menyaring berita, terutama, berita yang berhubungan dengan kepentingan kita. Jika ada media yang kita yakini memihak pada yang bayar dan becermin keruh, jangan beli atau tonton, acaranya. Ketika acara talk show tidak berimbang pada pihak-pihak yang berseberangan maka jangan tonton atau simak acara tersebut. Ketika acaranya mendorong Anda menjauh dari nilai-nilai hidup Anda dan gaya hidup yang menurut Anda baik, tinggalkan.

Kirim laporan pada KPI yang mudah-mudahan masih memihak kebenaran, bukan yang bayar. Buat petisi atau bicara di media sosial secara berkelompok saling share dan like. Memang pada akhirnya, masyarakat harus menjadi masyarakat. Maksudnya, kita tidak bisa sendiri dalam membentuk media yang sangat penting bagi perkembangan hidup kita. Dan tetap kritis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun