Problem Solving, Creativity, and Human of Intelegence
( Tiga topik proses kognitif tingkat tinggi)
·Pemecahan Masalah (problem solving) selalu melingkupi setiap sudut aktivitas manusia, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, hukum, pendidikan bisnis, olahraga, kesehatan, industri, literatur, dsb. Manusia, monyet, dan beberapa jenis mamalia lainnya adalah jenis mahluk hidup yang mempunyai rasa keingintahuan, di antaranya keingintahuan yang berkaitan dengan cara bertahan hidup, mencari stimulasi, juga mengatasi konflik dalam kehidupan dengan kreativitas, intelegensi, dan kemampuan memecahkan maasalah.
Pemecahan masalah (problem solving) adalah suatupemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi/jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik.
Dalam perkembangannya psikologi gestalt juga mengembangkan sebuah “insight” (pemahaman) dalam memecahkan masalah. Meskipun sebelumnya psikologise gestalt terkenal berkat teorinya mengenai organisasi perseptual. Menganut para psikolog gestalt (gestaltist), suatu permasalahan, (khususnya masalah-masalah perseptual) ada ketika ketegangan atau stres muncul sebagai hasil dari interaksi antara persepsi denga memori. Dengan memikirkan suatu permasalahan, atau dengan menelitinya dari sudut pandang yang berbeda, pandangan yang “benar” dapat muncul pada saat kita memikirkankannya lebih jauh. Berikut ini ada beberapa tahap pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Hayes (1989) :
1.Mengidentifikasi permasalahan
2.Representasi masalah
3.Merencanakan sebuah solusi
4.Merealisasikan rencana
5.Mengevaluasi rencana
6.Mengevaluasi solusi
·Seringkali, kita berasumsi bahwa kebanyakan orang hanya kreatif dalam bidang tertentu saja. Kreativitas (creativity) adalah suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu bentuk permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang pragmatis (selalu dipandang menurut kegunaanya).
Mengenai proses kreativitas, sangat ironis mengingat bahwa belum adanya teori yang dominan dalam kurun waktu 20 tahun terakhir yang dapat mempersatukan studi maupun penelitian-penelitian mengenai kreativitas yang masih-masih terpisah dan kadang saling bertentangan. Berdasarkan sejarah psikologi kognitif, Wallas (1926) menjelaskan bahwa ada 4 tahapan dalam proses kreatif yaitu :
a.Persiapan
b.Inkubasi
c.Iluminasi
d.Verifikasi
Ada sebuah teori yang ada kaitannya dengan kreatifitas yaitu yang dikenal dengan sebutan “teori investasi kreativitas”. Orang yang kreatif adalah orang yang pertama kali tertantang untuk mencoba dan menghasilkan sesuatu yang baru. Prinsip teori ini ialah ‘buy low and sell high’. Maksud dari prinsip ini ialah memulai sesuatu dari awal segala upaya, meskipun orang lain berpikir bahwa itu adalah suatu hal bodoh dan tidak bermanfaat. Pada umumnya orang yang kreatif akan menjual dengan harga tinggi (sell high), yang berarti bahwa ketika sebuah ide sudah menjadi tren/mode, maka dia akan beralih pada masalah-masalah/ide-ide lain.
Sternberg dan Lubart (1996) mengembangkan teori kreativitas berdasarkan pendekatan multivariat terhadap sebuah topik yang mempunyai 6 atribut. Keenam atribut kreativitas tersebut adalah :
·Proses intelegensi
·Gaya intelektual
·Pengetahuan
·Kepribadian
·Motivasi
·Konteks lingkungan
·Inteligensi manusia adalah sebuah kemampuan untuk memperoleh, memanggil kembali (recall), dan menggunakan pengetahuan untuk memahami konsep-konsep abstrak maupun konkret dan hubungan antara objek dan ide, serta menerapkan pengetahuan secara tepat. Nickerson, Perkins, dan Smith (1985) yakin pada beberapa kemampuan yang mereka percayai merepresentasikan inteligensi manusia.
-Pertama adalah kemampuan utuk mengklasifikasikan pola
-Kedua adalah kemampuan untuk memodifikasikan perilaku secara adaptif
-Ketiga adalah kemampuan untuk berpikir secara deduktif
-Keempat adalah kemampuan untuk berpikir secara induktif (generalisasi)
-Kelima adalah kemampuan untuk mengembangkan dan menggunakan model konseptual
Teori kognitif inteligensi. Jika pemrosesan informasi mengikuti suatu tahapan tetentu, di mana setiap tahap menunjukkan suatu operasi yang unik, maka inteligensi manusia dianggap sebagai salah satu komponen dari akal (inteligensi) manusia yang berinteraksi dengan pemrosesan informasi. Sternberg mengemukakan teori tentang inteligensi yang disebut teori triarkhis (triarchic teory) yang meliputi 3 subteori, antara lain adalah :
a.Perilaku inteligen komponensial-analitis (componential intelligent behavior). Subteori ini menjelaskan struktur dan mekanisme yang mendasari perilaku inteligensi. Dalam teori ini terdapat tiga pemrosesan informasi, di antaranya
(1)Belajar bagaimana melakukan hal-hal tertentu
(2)Merencanakan hal-hal yang akan dilakukan serta bagaimana cara melakukannya
(3)Melakukan hal tersebut
b.Perilaku inteligen eksperiensial-kreatif (experiential intelligent behavior). Komponen ini memberikan fakta bahwa untuk tugas maupun situasi yang unik, perilaku yang tepat secara konstektual adalah perilaku yang tidak dianggap sebagai perilaku yang “inteligen” menurut pengalaman umum.
c.Perilaku inteligen kontekstual –praktis (contextual intelligent behavior). Perilaku inteligen kontekstual meliputi:
a.Adaptasi terhadap lingkungan
b.Pemilihan terhadap lingkungan yang lebih optimal dibanding apa yang dilakukan individu pada umunya
c.Menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi peningkatan keahlian, minat, dan nilai-nilai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H