Mohon tunggu...
priscila oktaviana
priscila oktaviana Mohon Tunggu... -

psikolog uin maliki malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Make Your Visualisation

3 November 2014   01:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:51 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KenaliPara Synesthetiker, Guys

(Around in Human Lives)

Sebelum kita bahas, apa sihh “synesthesia” itu??? Mungkin orang biasa atau awam belum banyak yang mengetahui tentang kelainan ini. Bahasan ini berhubungan banget sama yang namanya “representasi pengetahuan lewat visual”. Representasi pengetahuan secara visual bisa digambarin saat seperti ini “anda diberi sebuah pertanyan-berapakah jumlah ‘kamar tidur’di rumah anda? Sesaat itu juga anda akan menjawab pertanyaan tersebut dengan membentuk suatu citra mental mengenai rumah yang anda tempati, dan kemudian secara mental menghitung jumlah ‘kamar tidur’ yang ada di rumah anda’. Nah kita semua mampu melihat” bentuk-bentuk atau objek-objek familiar dengan membayangkan karakteristik-karakteristik objek tersebut.

Kita juga mampu membentuk representasi-representasi mental dari pengalaman-pengalaman sensorik lainnya, sekalipun dalam keadaan stimuli fisik yang sesungguhnya. Jika saya meminta anda membayangkan sebuah pemandangan pantai di suatu pulai, misalnya Hawaii. Anda mungkin ”melihat” pohon palem, cangkang kerang di pinggir pantai, matahari dan orang-orang yang melakukan beragam aktivitas.

Nah sekarang coba untuk selama beberapa jam ke depan, saya minta anda semua untuk mencatat representasi-representasi mentalanda sendiri, yang bisa berupa representasi-representasi mental anda sendiri, yang bisa berupa representasi visual atau dari modalitas yang lain. Citra atau gambaran manakah yang terasa paling nyata, dan apakah hubungan atara citra-citra tersebut dan “kenyataan”, dan apakah peran citra atau gambaran-gambaran tersebut dalam kehidupan mental anda?

Kenyataan dan fakta-fakta diatas sangat berbalik 180°, terhadap orang yang mempunyai kelainan synesthesia. Synesthesia adalah sebuah kondisi yang di dalamnya sensasi-sensasi yang lazimnya dialami di sebuah modalitas tunggal dialami dalam dua modalitas. Fenomena ini, dan orang-orang yang mengalami fenomena tersebut, telah menjadi subjek sejumlah penelitian yang menarik dan informatif.Pernahkah terbayangkan oleh anda kira-kira gimana ya warna dari nada A atau C atau Cminor,atau mungkin warna dari klakson mobil, warna dari tuts piano yang di tekan. Selama ini yang kita tahu suara hanya bisa di dengar, tapi tahukah kamu bahwa ada suatu kelainan yang di sebut Synesthesia. Synesthesia bukan hanya melihat warna dari suara, tapi banyak lagi.

Jika seseorang mengatakan, minuman anggur rasanya persegi, angka lima kenyal seperti permen karet, hari Senin warnanya biru, atau nada-nada musik terlihat terbang di dalam ruangan. Paling-paling kita mengatakan, orang tersebut pengkhayal, pecandu ganja atau obat bius LSD atau bahkan orang yang tidak waras. Padahal, menurut penelitian para psikolog atau psikiater, satu dari setiap dua ribu orang, mengalami campuran persepsi semacam itu. Orang-orang yang dapat melihat warna hari tertentu, atau merasakan keras atau lembeknya angka tertentu, digolongkan mengidap kelainan Synesthesia.

Synesthesia tampaknya dikendalikan oleh peraturan (rule-governed), tidak terjadi secara acak. Sebagai contoh, terdapat hubungan positif antara peningkatan pola titinada (pitch) suatu suara dan peningkatan kecemerlangan (brightness)—(sebuah bensin cenderung “lebih terang” dibandingkan sebuah batuk). Synesthesia dapat diukur, dan pernyataan-pernyataan yang sahih dapat dibuat berdasarkan pengukuran-pengukuran tersebut. Sebetulnya fenomena kejiwaan ini sudah ditulis secara ilmiah sejak 300 tahun lalu. Ditulis, pada abad ke 17 ada seorang tuna netra yang menyatakan mampu mendengar penyakit cacar air, yakni seperti bunyi terompet.Akan tetapi, hingga akhir abad ke 19, tidak ada penelitian sistematis mengenai synesthesia.

Baru pada tahun 1883 ilmuwan Inggris, Francis Galton, melakukan penelitian dengan membandingkan persepsi para sinesthetiker yakni pengidap sinesthesia. Galton menarik kesimpulan, bentuk sinesthesia paling umum, adalah fenomena mendengar warna. Memang kedengarannya amat janggal, warna dapat didengar. Hasil penelitian Galton cukup lama terlupakan dari khasanah ilmu pengetahuan. Akan tetapi di akhir tahun 70-an, sinesthesia ibaratnya ditemukan kembali oleh Dr, Richard Cytowic, pakar ilmu saraf dan peneliti otak terkemuka, pendiri rumah sakit Capitol Neurology di AS.

Kasus sinesthesia pertamanya ditemukan secara tidak sengaja, pada tahun 1979. Ketika makan malam dengan seorang temannya, ia mendengar komentar, rasa ayamnya kurang banyak titiknya.Sebagai seorang dokter ahli saraf, Cytowic langsung bereaksi, dengan menanyai lebih jauh temannya tersebut. Dengan malu-malu, temannya mengakui, ia memiliki persepsi bentuk pada rasa makanan. Misalnya saja, ayam yang enak rasanya bentuknya terdiri dari banyak titik. Temannya juga mengeluh, banyak yang menyangka ia gila atau kecanduan narkoba, karena persepsinya yang tidak lazim itu. Ketika ditanyai lebih lanjut, temannya mengatakan ia merasakan persepsi bentuk dari rasa dimanapun ia makan. Ternyata kelainan itu sudah diidapnya sejak lahir. Temannya juga mengeluh, tidak ada satupun dokter menganggap fenomena itu sebagai penyakit. Dr.Cytowic langsung teringat pada penelitian Galton mengenai gejala sinethesia. Ketika temannya diberitahu, bahwa ia tidak sendirian, karena cukup banyak yang mengidap kelainan tersebut, barulah temannya merasa lega.

Seperti ditulis dalam buku karangan Solso, dkk (Psikologi Kognitif, Ed VIII)– “Bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh warna-warana terdengar sedemikian jernihnya sehingga (saya) sulit menemukan seseorang yang mencoba mengekspresikan warna kuning terang menggunakan nada-nada bas (nada-nada yang berat), atau mengekspresikan sebuah danau yang gelap menggunakan nada-nada treble (nada-nada yang tinggi)—Kandinsky. Melanjutkan bahasa di atas bahwa Cytowic mengatakan, ada orang yang memiliki persepsi angka lima kenyal seperti karet, atau musik karya Beethoven rasanya asin, atau masakan yang enak bentuknya persegi dan rangkaian kesan lainnya, yang bagi orang normal terdengar aneh. Penelitian lebih lanjut menunjukan, sekitar 90 persen penderita kelainan persepsi synesthesia adalah wanita. Para peneliti juga menduga, synethesia adalah penyakit keturunan, akibat kelainan pada kromosom X. Itulah sebabnya, mayoritas penderitanya adalah wanita. Selain itu, kebanyakan wanita pengidap synesthesia tergolong cerdas dan kidal.

Pengidap synethesia tidak sakit jiwa, hanya saja memiliki kelainan, berupa tercampurnya persepsi pancaindera. Para synesthetiker ibaratnya menangkap persepsi lingkungan lebih luas ketimbang orang normal. Kesan yang ditumbilkan dfari pencerapan informasi, diolah dalam spektrum kemungkinan yang lebih lebar. Mereka hidup dalam dunia yang lebih beraneka warna ketimbang orang normal. Tidak adanya sebagian pemisah persepsi pancaindera itulah, yang diduga memunculkan gambaran ganjil tsb. Persepsi pancaindera menjadi bercampur aduk, sehingga muncul gambaran, kue yang enak itu rasanya segiempat, atau angka lima itu empuk dan musik rock warnanya merah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun