Mohon tunggu...
Syarifudin Cakhyono
Syarifudin Cakhyono Mohon Tunggu... -

Wakil Ketua Tanfidz Majelis Wakil Cabang Nahdlotul Ulama (MWC NU) Pasar Rebo Jakarta Timur, Masa Khidmat 2010 – 2015.\r\nSekjen Forum Silaturrahim Assatidz Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur Periode 2012 - 2017. \r\nWakil Ketua Tanfidz PCNU Kota Administrasi Jakarta Timur, Masa Khidmat 2013 - 2018.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apakah Kita Hanya Muslimin-Muslimat Kadang Alim Kadang Kumat?

4 Agustus 2013   12:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:38 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memasuki bulan Ramadan dan hari - hari terakhir bulan Ramadlan sampai akan datangnya Idul Fitri,melihat uforia dan gegap gempita penyambutannya dimana-mana,bukan hanya di masjid,musholla,majlis taklim dan madrasah, bahkan di mal-mal dan pusat perbelanjaanpun menemukan orang-orang yang mendadak seperti orang "Soleh" berubah bergaya tampilannya dengan atribut-atribut pendukungnya,seperti baju koko,sarung dan peci di kepala.

Bahkan artis-artis di televisipun semua merubah tampilannya menjadi sangat Islami dan tertutup aurat nya, yang tadi nya selalu berpakaian serba minim,sekarang tertutup semua kulit di tubuhnya dengan baju yang "Islami'. Bahkan artis-artis yang di kenal sering berpakaian minim dan mengumbar auratpun penampilannya menjadi tampak "solehat".

Sangat menggembirakan, karena berkah Ramadlan mampu merubah penampilan seseorang menjadi sangat "Saleh-Solehat", bahkan semua tayangan di televisi disemua acara regulernya dengan kata "Ramadlan", ditambah dengan pakaian presenternya yang di sulap menjadi sangat tertutup, indah nian rasanya..

Padahal Berkah Ramadlan semestinya melahirkan dua kesalehan: Kesalehan ritual dan kesalehan sosial.

Kesalehan ritual ditentukan dan ditandai dengan sholat lima waktu yang dijalankan, zikir-zikir setelahnya, serta salat sunnah yang bersifat menetap bukan kesementaraan saja.

Sementara kesalehan sosial tak sekedar  ditandai dengan ruku' dan sujud semata, tetapi justru dengan cucuran keringat dalam hidup keseharian. Peduli dengan sesama atau dalam bahasa hadist kanjeng Nabi Muhammad Saw, adalah keimanan yang nampak ketika kita sudah bisa mencintai sesama tanpa memandang ras, suku atau agamanya.

Namun kalau melihat fenomena yang terjadi akhir-akhir ini, dengan adanya gaya pakaian "kesalehan" maka layak kiranya di sebut sebagai " kesalehan artifisial" yaitu kesalehan yang hanya di terjemahkan dan di ambil dari kulit luar dan ikonnya saja. Kesalehan hanya di jadikan sebagai gaya hidup (life style), kita melihat orang bergaya dengan surban, sarung, baju koko dan seakan-akan mewakili sebuah pernyataan: "kami sudah saleh karena sudah bersorban, sudah berjilbab, sudah berbaju koko" singkatnya berpakaian Islami.

Makanya banyak sekali pejabat yang koruptor dan kedzoliman yang selama ramadlan rajin berbaju koko, berpenampilan gaya santun, ramah dan sering datang ke masjid, tapi semua atribut dan ikon kesalehan itu tidak bisa merubah ketamakan, keserakahan, dan kekorupan, karena memang telah tampak dan terlihat jelas etika berakhirnya Ramadlan dan Idul Fitri tidak ada perubahan menjadi yang benar-benar saleh bukan kesalehan yang artifisial dan pura-pura.

Sehingga berkah Ramadlan  berupa perubahan sikap dari yang berdosa menjadi yang terampuni, dari yang kotor menjadi yang fitri, tidak mereka dapatkan.

Idul fitri bagi mereka bukanlah kembali suci dan fitri, tapi idul fitri hanya dimaknai sebagai lebaran yang kembali ke rutinitasnya sehari-hari, yang tadinya korupsi kembali korupsi, yang tadinya zalim kembali zalim lagi, yang tadinya seksi dengan pakaian terbuka auratnya kembali menjadi seksi lagi dan seterusnya.

Maka kepura-puraan seperti itu mendapatkan gelar hanya “Muslimin-Muslimat, Mukminin-Mukminat Kadang Alim kadang Kumat” bukan muslimin muslimat dan mukminin mukminat yang taat yang bertaqwa sesuai dengan panggilan Ilahi yang penuh kasih sayang.

Apakah Kita Hanya Muslimin-Muslimat Kadang Alim Kadang Kumat....?



Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun