Aku bukan pujangga, bukan penyair, bukan pemain drama
Tidak tahu aku tentang merangkai kata indah sebagai bahasa hati
Memuji adalah kelemahan terbesarku. Aku bukan perayu, bukan penggombal
Lantas, sepasang mata itu pun muncul
Semua kata-kata pujian nan indah molek-molek berkumpul di otakku
Semua berlomba-lomba melompat terjal keluar demi sepasang mata itu
Aku menjadi seorang perayu yang handal memutar-mutar kata
Silaunya mata itu luarbiasa mempesonakan aku
itu mengapa aku tidak pernah tahan berlama-lama menatap mata itu
silaunya terlalu menghentak-hentak nafas ku
Aku terpesona, aku terpesona, aku terpesona...
Matanya, bibirnya, rambutnya, jemarinya
Izinkan aku memiliki semua itu!
Ingin ku cium, ingin ku peluk, ingin ku genggam, ingin ku sentuh
Apa ya namanya ini. Apa yang yang sedang menggebu-gebu ini.
Suaranya. Mana suaranya? Aku ingin dengar getaran udara dari bibirnya
Apa ya namanya ini. Apa yang sedang bernyanyi-nyanyi ini.
Apa. Apa! APA!!!
Aku tahu ini apa! Ini lagu! Ia sebuah lagu melodramatis
Sebuah lagu lembut, lagu yang membuat kedua sisi bibir ku tertarik ke atas
Lagu yang membuat hati ku hangat, lagu yang membuat hati ku bergetar sendu
Tatapan itu. Senyum itu. Sentuhan itu.
Lagu yang ku lupa judulnya. Apa judulnya.
Lantas, bibir itu bebisik lembut...
Judulnya...cinta
Lagu cinta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H