Seminggu yang lalu teman baik saya di Kampung dikabarkan hamil dan harus keluar dari sekolahnya, padahal dia dikenal sebagai salah satu siswa yang lumayan pintar dan anak ketua RT yang sering mempimpin sholat di Masjid, yang juga disegani dan dihormati. Sampai saya geleng-geleng kepala sendiri. Ternyata penyebabnya saat Ia harus melaksanakan PKL ( praktek kerja lapangan ) di sebuah swalayan dan harus pulang malam, karena takut, Ia selalu minta diantar jemput pacarnya. Namun sang pacar malah memanfaatkan hal itu. Jika pulang terlalu malam alasanya lembur PKL, padahal? Lebih parahnya lagi sang pacar yang telah merusak masa depanya itu hanyalah seorang penjaga studio music yang ia kenal lewat dunia maya.
Belum lama ini saya juga dapat kabar kalo teman SMP saya sudah melahirkan seorang bayi laki-laki. Yang bikin saya heran, anaknya sudah berumur tujuh bulan, kalo dipikir-pikir jadi dia hamil saat masih sekolah dong? Bahkan dia harus merelakan ijazah SMA nya musnah karena salah pergaulanya. Berbagai alasan diberikan teman saya agar dia bisa pulang malam bahkan menginap dirumah sang pacar yang berada di Solo. Mulai dari ban bocor dan menginap dirumah saudara. Yang disayangkan, ternyata sang pacar itu hanya seorang lulusan SD yang Ia kenal lewat teman baiknya . Sangat mengenaskan, bahkan saya sering melihat keluh kesah hidupnya dimedia social, sang suami tidak mau bertanggung jawab dan pergi meninggalkanya. Ibaratnya sudah jatuh tertimpa tangga.
Mungkin kita semua juga banyak menemukan kasus tersebut disekitar lingkungan tempat tinggal kita. Memang anak muda jaman sekarang makin aneh-aneh saja kelakuanya, perkara resiko masa depan dinomor dua kan, dan kenikmatan sesaat di agung-agungkan. Lalu sebenarnya siapa yang harus disalahkan kalau begini?
Pergaulan adalah sebuah tuntutan untuk kebutuhan hidup kita. Dengan bergaul kita bisa lebih mengenal siapa diri kita, menyatu dengan berbagai kebudayaan, suku, ras, yang berbeda-beda, membuat kita saling menghargai dan menyayangi sehingga terbentuknya suatu kehidupan yang tentram dan damai, namun jika suatu pergaulan itu disalah gunakan, tidak menutup kemungkinan itulah yang menjadi penyebab hancurnya masa depan kita sendiri. Seorang filsuf berpendapat bahwa 4 orang teman terdekat dalam hidup kita ( pacar atau sahabat ) ikut menentukan jalan masa depan kita. Pendapat itu hampir 70% mungkin benar.
Peran orang tua, teman-teman sekitar dan sekolah sangat menentukan bagaimana ego karakter dalam diri kita terbentuk. Suatu keluarga yang harmonis dan memiliki aturan khusus yang fleksibel dan menimbulkan rasa nyaman tanpa menekan serta mengekang sang anak akan menbuat kita lebih menghargai dan mengerti bahwa sebuah pergaulan juga memiliki batasan. Teman-teman lingkungan kita tak kalah penting peranya, pilihlah teman yang mengajarkan kita akan sebuah pentingnya masa depan dan sehat dalam pergaulan.
Pergaulan yang sehat dan menuntun kita pada sebuah hal yang positif sangat mudah kita dapatkan. Berbagai organisasi dibangun disekitar kita, sekolah, kampus, dengan terbuka dan senang hati melayani berbagai keluh kesah anggotanya. Teman yang baik adalah teman yang menuntun ita dan senantiasa member sebuah sugesti indah untuk masa depan kita.
Berkaca dari banyaknya kasus salah pergaulan yang bahkan ada disekitar kita, membuat kita harusnya semakin sadar bahwa sebuah pergaulan yang salah tak mungkin berbekas indah bahkan akan menghancurkan impian dan harapan mulia orang tua kita.
Selamat bergaul teman :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H